Bab 01: Jangan Panik, Itu Jebakan Roh

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode




Zuuuuu………..bersamaan dengan suara rendah dari sebuah mesin, perlahan kasur itupun masuk ke dalam mesin pemeriksa yang besar.

“U……….”

Di atas kasur itu tengah terbaring Itsuka Shidou, yang perlahan menutup kelopak mantanya.

Hingga saat ini, ia telah menjalani beberapa pemeriksaan, dan sesuai perkiraan, rasanya kurang menyenangkan.

Rasanya menakutkan seolah ia adalah manusia purba yang tengah ditelan oleh monster raksasa.

Setelah seluruh tubuh Shidou ke dalam mesin itu, cahaya dari sinar-x menembus tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, mesin itupun mengeluarkan kembali kasur dimana Shidou tengah terbaring.

“---------Ya, sudah selesai Shidou.”

“Ng…………….”

Setelah mendengar suara yang berasal dari atas, Shidou pun membuka matanya yang tadi telah tertutup.

Di samping kasur itu, berdiri seorang gadis menatapnya dengan penuh perhatian. Rambutnya diikat oleh pita berwarna hitam.

Gadis itu sedang memakan chupa-cups di mulutnya. Jika kau melihat penampilannya yang seperti itu, kau hanya akan merasakan kalau dia hanyalah seorang gadis yang manis.

Gadis itu mengenakan pakaian militer berwarna merah, ekspresi wajahnya datar. Penampilannya terlihat kurang pas dengan pakaian itu.

Gadis itu sudah pasti. Tidak lain adalah adik perempuan Shidou sendiri, sekaligus komandan <Ratatosk>, Itsuka Kotori.

“Bagaimana keadaan tubuhmu?”

“Aah, aku baik-baik saja. Tapi……… berapa lama aku harus terus menjalani ini? Rasanya sudah setengah bulan aku menjalaninya………”

Shidou tersenyum kecut sambil membangunkan tubuhnya dari atas kasur. Memang benar hingga saat ini, sesaat setelah ia menyegel kekuatan roh, ia selalu menjalani pemeriksaan semacam ini, akan tetapi, jangka waktu permeriksaannya saat ini menjadi lebih lama dibandingkan biasanya.

Sejauh ini, Shidou sendiri sudah paham cara kerja mesin ini. Mesin dan peralatan dari MR1 ini terlihat seperti cylinder raksasa yang saling terhubung. Lubang masuknya yang besar membuatnya terlihat seperti mulut ular.

Melihat reaksi Shidou, Kotori menghela napas.

“Hey…………..Shidou, kau sudah mengerti, ‘kan? Mengenai bagaimana kondisi tubuhmu saat ini?”

“Uh…………….”

Sejujurnya, Shidou enggan untuk menjawabnya.

Pada awal bulan ini, terdapat sesuatu yang mengganggu hubungan antara Shidou dengan para roh.

Di akibatkan kekuatan para roh yang menjadi lepas kendali, justru malah Shidou lah yang menjadi lepas kendali.

Tetapi berkat bantuan dari semua orang, masalah itu dapat terselesaikan. Sejak saat itu, Kotori jadi lebih memperhatikan kondisi tubuh Shidou daripada sebelumnya.

“Maaf…………terimakasih, karena aku tidak ingat apapun aku jadi tidak tahu harus berkata apa………”

Shidou meminta maaf, Kotori hanya berkata “Huh………” lalu mengalihkan pandangannya dari Shidou.

“………….Fuu. Benar juga. Maaf.”

“Ah, tidak, bukan begitu maksud………..”

Melihat reaksi Kotori, Shidou langsung terdiam dan merenung.

Sejak saat itu, pembicaraan jadi terhenti untuk beberapa detik.

Saat ini Kotori memperlihatkan sikap yang berbeda dari biasanya. Ia tidak membalas Shidou dengan omelan kasar seperti biasanya. Itu semua karena Kotori merasa bersalah karena telah berusaha menghabisi Shidou sebelumnya.

“Ah…………..”

Entah mengapa, itu terasa tidak nyaman. Bukannya Shidou ingin membuat Kotori marah, tetapi sebagai kakak laki-lakinya, melihat Kotori sangat depresi membuat Shidou merasakan sakit.

Shidou merubah posisi tubuhnya di atas kasur, kemudian mulai mendekat ke arah Kotori saat itu juga.

“Apa~, jangan merajuk begitu~. Kakak jadi kesepian nih~”

“Apa……………?! T-Tunggu, apa yang kau lakukan?!”

“Ahh! Jangan nempel-nempel!”

Wajah Kotori menjadi merah, kemudian Shidou menerima pukulan dari Kotori setelahnya. Entah bagaimana, Kotori yang biasa sudah kembali sekarang. Setelah merasakan rasa sakit di kepalanya, Shidou mengusap kepalanya dan tertawa kecil.

“……………………..Apa-apaan kau, menakutkan. Tidakkah kau merasa kalau ada yang aneh dengan dirimu itu?”

“Bukan begitu, pukulanmu tadi membuktikan kalau kau sudah kembali menjadi Kotori yang biasanya. Terimakasih Kotori.”

Setelah Shidou mengatakan itu, wajah Kotori kembali memerah. Sangat jelas terlihat di wajahnya. Lalu, Shidou mengusap kepala Kotori. Bahu Kotori gemetar sedikit, tetapi ia membiarkan Shidou terus mengusap kepalanya.

Setelah itu, terdengar samar-samar suara seseorang memanggil mereka.

“…………………..Maaf mengganggu, kalian berdua.”

“…………!”

Setelah mendengar suara itu, badan Kotori mulai gemetaran. Segera, ia menjauhkan tangan Shidou dari atas kepalanya.

“A-Aah Reine, kau cepat juga. Apakah hasilnya sudah keluar?”

Kemudian ekspresi wajah semua orang berubah menjadi serius, mereka pergi mendekati sumber suara tersebut. Shidou dan Kotori berjalan bersama, ada seseorang yang melihat mereka dari arah sana.

Saat itu, terdapat seorang wanita mengenakan seragam <Ratatosk>. Wanita itu memiliki rambut panjang yang ditata dengan gaya rambut sederhana dan menaruh boneka teddy bear tua di kantung dadanya. Boneka teddy bear itu memiliki banyak goresan, dan wajah wanita itu terlihat sangat pucat. Dadanya yang besar menekan boneka teddy bear itu sehingga membuat dadanya terlihat lebih besar lagi.

Murasame Reine, seorang analis di sana, sekaligus rekan kerja Kotori.

“………………..Ya. Benda ini mirip dengan <Fraxinus>, mesin ini memiliki realizer yang ter-install di dalamnya.”

Sambil mengatakan itu, tangan Reine menunjuk beberapa dokumen yang terpampang di papan board.

“…………………Lihatlah, nilai kekuatan roh di dalam Shin dari awal hingga saat ini sudah mulai turun ke keadaan normal. Mesin ini tidak dapat mendeteksi kekuatan roh yang tidak normal dalam dirinya. Status hubungan diantara kau dan para roh juga sudah kembali normal………..Dengan begini, kau bisa kembali ke permeriksaan rutin yang biasanya.”

“Benarkah? Syukurlah.”

Sembari Shidou berkata begitu, ia mengubah kembali posisi tubuhnya dan meregangkan tubuhnya.

Saat ini Shidou dan yang lainnya tengah berada di dalam fasilitas bawah tanah milik <Ratatosk>. Karena <Fraxinus> saat ini sedang dalam perbaikan, mereka semua harus menlangsungkan permeriksaan medis rutin di fasilitas bawah tanah.

Sebagai tambahan, setengah bulan telah berlalu semenjak hari itu dan sekarang sudah hampir mencapai akhir bulan. Saat ini sekolah sedang dalam masa liburan musim dingin, dan setelah ini akan ada liburan Tahun Baru. Di saat itu, akan ada banyak hal yang bisa mereka tonton. Mulai esok hari, hingga akhir liburan nanti, mereka dapat menggunakan waktu senggang mereka untuk apapun. Berkat itu, sekarang Shidou jadi bisa mengurusi masalah dapur dengan lebih baik.

Dan, melihat reaksi Shidou, “……….Tapi” Reine melanjutkan kalimatnya.

“……………..Setelah ini, kita harus membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan kondisi tubuhmu.”

“Eh…………?”

Dengan nada suara khawatir, ekspresi wajah Shidou menjadi kaku.

“Apa maksudmu………………jangan bilang kalau, sesuatu terjadi kepada para roh juga!?”

“………………Tidak, bukan itu yang kumaksud…………… Itu mengenai rekor tes fisik yang kau buat saat kau sedang sakit dan aksimu yang menggoda Ai, Mai, Mii dan Nona Okamine saat demam mu berlangsung, yang masih harus kita selesaikan.”

“Buh!”

Mendengar kata-kata Reine, Shidou langsung terbatuk-batuk.

“……………..Mengenai rekor tidak biasa dari tes fisik, kita akan mencoba mengatasinya. Rekor lari 50 meter itu lumayan menyusahkan………. kita bisa mengatakan kalau itu dikarenakan oleh angin yang bertiup kencang saat itu, atau karena kau secara tidak sengaja meminum obat demam yang tanpa diketahui mengandung kadar obat penguat stamina dalam batas bahannya. Kurasa kita masih bisa mengarang suatu alasan.”

“Yah, kurasa tidak akan semudah itu, sih……….”

Tapi, daripada membiarkan orang lain tahu mengenai para roh, Shidou lebih memilih untuk setuju dengan ide ini.

Tetapi, masalah yang sesungguhnya adalah yang satu lagi. Reine juga mengerti betul akan hal ini. Bahkan hingga saat ini, masalah ini masih belum terselesaikan.

“Dan untuk masalah Ai, Mai, dan Mii, kita bisa mengatakan kalau itu cuma bercanda. Sekarang yang tersisa untuk diselesaikan cuma tinggal satu. Orang itu adalah Nona Okamine. Intinya, kami dapat membatalkan pemesanan upacara pernikahannya…………..”

“Gwah!”

Begitu mendengar kata-kata tak terduga dari Reine, Shidou kembali terbatuk-batuk.

“P-Pemesanan upacara pernikahan…………..!?”

“………..Ya. Entah bagaimana, kami dapat menjelaskan situasi kepadanya, sekarang dia sudah mengerti situasinya, tapi tetap saja, dia ingin memastikan dari mulutmu langsung kalau semua itu cuma kesalah pahaman semata. Aku akan mengatur tempat pertemuanmu degannya, cobalah selesaikan masalah ini sebelum libur musim dingin ini berakhir.”

“………………Kuh, yang satu ini lumayan sulit………….”

Berbagai kemungkinan mulai bermunculan di dalam kepala Shidou.

Setelah itu, sebuah suara terdengar muncul dari kantung seragam Reine. Suara alarm *Pipipip* berdering.

“…………..Ng, jadi sudah waktunya.”

“Apakah kau ada urusan lain?”

“……………Ya. Mari bertemu lagi nanti, kita akan bertemu lagi di perencanaan selanjutnya.”

“Begitukah? Kalu begitu, aku juga permisi, karena aku harus meminta maaf kepada orang itu.”

Shidou meminta izin untuk pergi, Reine menyetujui rencananya, sementara Kotori melambaikan tangannya.

“………….Aah, maaf.”

“Mungkin aku juga, aku akan kembali saat makan malam nanti. Apa kau butuh mobil?”

“Ng…………… Kurasa tidak. Aku akan pergi berbelanja sebelum pulang ke rumah nanti.”

“Begitu, ya? Kalau begitu, sampai jumpa.”

“Ya.”

Shidou melambaikan tangannya, kemudian meninggalkan ruangan itu.

Setelah itu, Shidou pergi ke ruang ganti tepat di sebelah ruangan itu untuk berganti pakaian. Lalu, Shidou berjalan menyusuri lorong dengan santai.

Di tengah jalan, Shidou mengeluarkan Hp nya dari kantung bajunya untuk melihat jam, sekarang masih belum jam 2 siang.

“Ng……………masih ada beberapa waktu tersisa. Apa yang akan kulakukan, ya…………”

Sembari berjalan, isi kepala Shidou dipenuhi oleh berbagai menu yang akan ia hidangkan untuk makan malam nanti. Suara langkahnya bergema di dalam lorong.

Selagi berjalan, terdengar suara langkah lain terdengar dari arah yang berlawanan menghampiri Shidou.

“Ooh, Shidou-kun. Sudah mau pulang ke rumah?”

“Apa pemeriksaannya sudah selesai?”

Seorang pria yang mengenakan sarung tangan dan kacamata, dan seorang wanita berambut sebahu. Sang wanitalah yang tadi memanggil Shidou. Mereka berdua adalah anggota <Ratatosk>, Nakatsugawa Munechika dan Shiizaki Hinako. Sepertinya mereka baru saja kembali dari berbelanja, karena saat ini mereka sedang memegang kantung plastic di tangan mereka.

“Ya. Akhirnya aku bisa bebas karena kondisi tubuhku sudah kembali normal.”

“Haha, itu bagus. Tubuh adalah harta kita yang paling berharga.”

“Kurasa juga begitu. Jagalah tubuhmu dengan baik.”

“Haha………..Tentu saja. Apa kalian berdua kembali dari berbelanja?”

“Ya. Di <Fraxinus>, sangatlah sulit untuk pergi keluar, tapi di fasilitas bawah tanah ini, kami bisa pergi keluar lebih mudah.”

“Aah, benar juga ya.”

Setuju, Shidou menganggukkan kepalanya. Tepat di dekat pintu keluar masuk fasilitas bawah tanah ini terdapat pusat dari Kota Tenguu. Di sana terdapat banyak gedung-gedung mengelilingi setiap sudut jalan, dan juga perumahan para penduduk. Mereka berdua terlihat lebih senang tinggal di tempat ini karena mereka bisa pergi keluar dengan lebih mudah.

Tentu saja, sebagai anggota <Ratatosk>, mereka tidak boleh membiarkan warga sipil mengetahui keberadaan organisasi ini. Jadi, Nakatsugawa dan yang lainnya saat ini tidak mengenakan seragam <Ratatosk>. Melainkan mengenakan jas yang lebih terlihat seperti seragam perusahaan biasa. Mereka juga mengenakan tanda pengenal di leher mereka untuk membuktikan bahwa mereka adalah karyawan perusahaan.

Dengan begini, tidak ada seorangpun yang akan berpikir jika mereka adalah anggota dari organisasi rahasia sama sekali.

“Tapi, entah mengapa aku merasa sedikit kesepian. Sebagai seorang pria, aku merindukan sensasi ketika sedang menjalani tugas di dalam pesawat tempur. Bekerja keras hingga mencapai batas! Kuharap <Fraxinus> bisa segera selesai diperbaiki!”

Lalu, Nakatsugawa mengepalkan tangannya dan kacamatanyapun mulai berkilauan. Shidou menyeringai melihat aksi Nakatsugawa……………Tetapi sebagai anak laki-laki, Shidou dapat mengerti apa yang Nakatsugawa maksud dengan itu.

“Jadi…………..Apa yang kalian beli?”

Ketika Shidou bertanya, mereka berdua tersenyum dan menunjukkan isi kantung plastic di tangan mereka.

Di dalamnya, terdapat begitu banyak makanan manis yang mungkin merupakan pesanannya Kotori.

“Chupa-Cups, kan?”

“Ah, jadi kau sudah tahu, ya?”

Mendengar tebakan Shidou, Shiizaki tersenyum dan berkata “Seperti yang diharapkan dari seorang kakak.”

“Aku juga membeli beberapa makanan manis untuk persediaan dan juga ini!”

Selanjutnya, Nakatsugawa mengeluarkan sebuah buku dari kantung plastik itu.

Itu adalah majalah Shounen Manga berukuran kertas B5. Sampul depannya bergambarkan seorang anak lelaki yang sedang bergaya dengan sebuah pedang. Di atasnya terdapat logo <Weekly Shounen Blast>.

“Ng? Apa ini………..Blast?”

“Benar sekali. Ini edisi terbaru yang dijual hari ini. Apa Shidou-kun pernah membacanya sebelumnya?”

“Tentu saja. Itu sudah jelas. Di jaman ini, tak ada seorangpun yang belum pernah membaca majalah populer ini.”

Tetapi, apakah itu? Shidou memiringkan kepalanya dengan penasaran. Melihat reaksi Shidou, Nakatsugawa menunjukkan jarinya ke bagian kiri bawah sampul depan buku itu.

“Apa maksudmu, ini………….Eeh?”

Seolah tak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya, Shidou melihat dari dekat sekali lagi.

Melihat reaksinya ini, Nakatsugawa mengangguk dengan penuh kepuasan.

“Tepat. Setelah sekian lama tidak terbit, serial karya Honjou Souji [SILVER BULLET], baru saja mulai diterbitkan kembali bulan ini!”

“Ah, kau benar. Dulu aku juga sering membaca ini. Untuk alasan tertentu beberapa tahun yang lalu, serial ini tiba-tiba saja berhenti diterbitkan, dan setelah itu tidak pernah diterbitkan lagi di majalah dalam waktu yang lama, kan?”

“Benar! Pengarangnya dan penerbitnya memutuskan untuk melanjutkan serial ini lagi. Dikatakan bahwa serial ini berhenti sekian lama karena penyakit mendadak yang diderita oleh pengarangnya, tapi sebenarnya, itu semua cuma alasan yang dibuat-buat supaya Honjou bisa kembali bekerja! Hal seperti ini bisa sampai terjadi……………Aku masih tidak bisa mempercayainya, aku bisa kembali membaca kelanjutan dari [SILVER BULLET] merupakan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya…………..!”

“Ha~, Uwaah~, Kangen rasanya.”

Tertarik, Shidou dan Nakatsugawa melanjutkan diskusi mereka yang semakin memanas. Shiizaki mengernyitkan alisnya, kemudian mengeluarkan Hpnya dari dalam kantungnya dan mendekatkan Hp itu ke telinganya.

“Ya, ini Shiizaki………..Aah, ya, mengerti. Kami akan segera kembali.”

Shiizaki mengakhiri teleponnya. Ia meminta maaf pada Shidou dan memberitahukan kalau mereka harus segera kembali.

“Aku benar-benar minta maaf, tapi kami harus pergi sekarang. Ini, bisa tolong berikan kepada Komander?”

Sambil mengucapkan itu, ia memberikan kantung belanjaan itu kepada Shidou. Shidou mengambil kantung tersebut dan setuju untuk memberikannya pada Kotori.

“Tidak masalah. Kau bisa focus pada pekerjaanmu.”

“Terimakasih banyak. Kami terselamatkan. Kalu begitu………”

Shiizaki menundukkan kepalanya kepada Shidou, kemudian ia berjalan dengan terburu-buru ke arah yang berlawanan lalu menghilang dari pandangan Shidou. Melihat Shiizaki pergi, Nakatsugawa juga meminta ijin untuk undur diri.

“Kalau begitu, aku juga permisi dulu. Sebelum liburan ini berakhir, aku akan menyelesaikan membaca [SILVER BULLET]!”

“Haha………Kalau begitu, sampai jumpa lagi.”

Setelah Shidou mengucapkan salam perpisahan pada Nakatsugawa, Nakatsugawa pergi berjalan ke arah yang berlawanan dari Shiizaki pergi tadi.

“Kalau begitu~ ayo segera antarkan ini pada Kotori.”

Karena kantung belanja yang dibawa Shidou itu ringan, ia bisa kembali dengan cepat, pintu ruangan itupun sudah terbuka.

“Oi~ Kotori. Ini pesananmu dari Shiizaki-san…………Eh.”

Secara instan, tubuh Shidou membeku.

Tapi reaksi seperti itu memang normal.Di dalam ruangan itu ada Kotori dan Reine, dan ada seorang gadis yang sedang dipegangi dengan erat……………..Dengan kasar Kotori melemparkan gadis itu ke atas kasur, lalu melepas secara paksa pakaian rumah sakit gadis itu.

“Kya~! Kyaaaaaaaaaa!”

“Kau ini! Diamlah…………! Buka pakaianmu!”

“Ko, Kotori…………..?”

Tepat di depan matanya saat ini, terdapat hamparan padang bunga. Detak jantung Shidou semakin cepat, lalu Kotori mulai menyadari keberadaan Shidou. Melihat Shidou, bahu Kotori mulai gemetar.

“S-Shidou!? Bukankah tadi kau sudah pergi?”

“Y-yah, aku tadinya mau ke sini untuk mengantarkan barang pesananmu………….”

Shidou mengalihkan pandangannya dari Kotori.

“Bagaimana mengataknnya ya…………maaf. Tapi, memaksakan kehendak kepada orang lain itu hal yang buruk, kau tahu…………..”

“Kau benar-benar sudah salah paham!”

Kotori mencoba menjelaskan keadaan. Ia memperbaiki pakaian gadis tadi yang tengah terbaring di atas kasur. Kotori melepaskan tangannya dari gadis itu lalu berdiri hingga Shidou dapat melihat gadis tersebut.

Gadis itu terlihat seumuran dengan Kotori. Rambutnya diikat satu dibelakang, dan ada tahi lalat kecil di bawah mata kirinya.

Gadis itu mengenakan pakaian rumah sakit yang sama dengan yang dikenakan Shidou tadi. Hanya ada satu penjelasan mengapa gadis itu memakai pakaian itu. Kondisi badan gadis itu pastilah sedang tidak dalam keadaan baik.

Melihat penampilan itu, mata Shidou terbelalak.

“Mana!?”

“Eh………….? Ah, kakak!”

Gadis itu merespon dengan nada kaget.

Saat ini disana, terdapat seorang gadis yang menyebut dirinya sendiri sebagai adik kandung dari Shidou, nama gadis itu adalah Takamiya Mana.

“Ya. Tidak ada masalah serius sih. Sekarang ini kami cuma berpikir kalau kami harus melakukan pemeriksaan detail padanya, tapi anak ini terus menolak.”

“Itu tidak perlu, karena Mana tidak merasakan sakit dimanapun~itu saja! Karena itulah aku baik-baik saja!”

“……………………”

Kotori menatap tajam ke arah Mana. Mana tersenyum kecut dan keringat dingin mengalir di pipinya.

Kalau diingat-ingat lagi, Shidou mulai mengingatnya kembali. Waktu itu ketika kekuatan roh di dalam Shidou lepas kendali, DEM datang untuk menyerangnya, dan dia mendengar jika Mana datang tepat pada waktunya sebelum hal buruk sempat terjadi.

“Begitu ya………..Kau juga sudah menolongku. Terimakasih, Mana.”

“Kakak…………….”

Mendengar perkataan Shidou, Mana tersenyum lebar kemudian berdiri.

“Apa yang kakak katakan? Mana dan kakak bukanlah orang asing, jadi tidak perlu berkata begitu!”

“Haha………..Benar juga.”

Shidou membalas dengan senyuman.

Lalu Mana, yang tadinya tersenyum lebar mendadak merubah ekspresi wajahnya menjadi sangat serius, perlahan berjalan mendekat sambil menatap ke arah Shidou.

“Ngomong-ngomong, kakak. Ada sesuatu yang selalu ingin kutanyakan jika aku bertemu dengan kakak………..”

“Ng, apa itu?”

“Ya. Tentang apa yang dikatakan kakak waktu itu-“

Tetapi sesuatu mengganggu Mana sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Kotori berkata “Ngh……………..”

Kotori tertawa dengan cara yang aneh dan menaruh tangannya di atas pundak Mana.

“Maanaaaaaaa? Kenapa kau lari seperti itu sementara kau berbicara dengan Shidou?”

“Eh? Ah, tidak, bukannya aku berniat untuk melarikan diri atau semacamnya………..”

Meskipun Kotori bersikap dengan sangat bersahabat, entah mengapa terdapat sesuatu yang terasa dingin terdengar diantara kata-katanya. Wajah Manapun memucat. Meskipun Shidou tidak dapat melihat wajah Kotori dari posisinya saat ini, entah mengapa ia mengetahui jika saat ini ekspresi wajah Kotori pastilah terlihat sangat menyeramkan.

Meskipun begitu, Kotori hanya menghela napas.

“Jangan salah paham. Itu tidak seperti aku jadi marah atau semacamnya. Sekarang, jika kau tidak ada saat itu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Dan aku benar-benar berterimakasih untuk itu.”

Mana dapat merasakan ketulusan hati Kotori dari kata-katanya, Mana menenangkan dirinya sedikit saat melihat ini, tiba-tiba saja Kotori menguatkan pegangan tangannya di atas bahu Mana.

“Maka dari itu, tidak ada alasan bagimu untuk merasa takut. Jadi kau jangan takut. Tentang kau yang pergi begitu saja tanpa memperdulikan keadaan tubuhmu, atau mengenai kecerobohanmu saat menggunakan Realizer, atau tentang kau yang tidak pernah bisa dihubungi setelahnya, tapi malah saling menukar kabar dengan Reine tanpa sepengetahuanku. Aku sama sekali tidak keberatan dengan itu sedikitpuuuuuuuuuun.”

“H-Hiiiiiiii!?”

Jari jemari Kotori menancap kuat di atas bahunya Mana. Air mata mulai mengalir dari kedua mata Mana dan iapun menggelengkan kepalanya berulang kali.

“H-Hey, Kotori……………Jangan terlalu berlebihan, oke?”

Mendengar perkataan Shidou, Kotori berbalik dan menatap tajam ke arahnya.

“Bagiku mendengar kata-kata seperti itu dari dirimu, bagaimana menjelaskannya ya, aku tidak kenal dengan siapapun yang akan selalu melakukan hal-hal berbahaya seperti kalian berdua kakak-adik lakukan.”

“Ugh………..”

“Itu…………..”

Baik Shidou maupun Mana tidak dapat membantahnya dan berhenti berbicara. Dengan begini, mereka kembali ke persoalan yang tadi.

Melihat reaksi mereka berdua, Kotori hanya bisa menghela napas. Lalu, Kotori kembali menatap ke arah Mana lagi.

“Bagaimanapun juga, jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi, oke. Kau harus menjalani pemeriksaan ini, dan kau akan menerima perawatan dengan benar. Bersiaplah. Kami akan memeriksamu dengan detail hingga ke bagian tertentu yang kau sendiri bahkan tidak mungkin tahu.”

“Kyaaa~! Kyaaaaaaaaaa!”

Sementara Mana berteriak, Kotori terus memegangi bahu Mana. Kaki Mana bulai gemetar dan Mana melihat ke arah Shidou sambil berteriak.

“Kakaaaaaaaak! Selamatkan akuuuuuu!”

“Tidak, kau tidak boleh melarikan diri……….Sampai jumpa lagi.”




Meskipun,Mana berteriak, Shidou hanya mengambil kembali tas belanja yang ia taruh didekatnya, kemudian ia berjalan keluar dari ruang pemeriksaan dan menaiki elevator. Ia melewati tiga lapis pintu elektronik dan akhirnya muncul di dalam sebuah bangunan umum. Bila dibandingkan dengan dekorasi interior di dalam fasilitas rahasia di bawah tanah, bagian luar bangunan nampak normal.

Kemudian Shidou teringat kembali apa yang harus ia lakukan saat ini.

“Lalu………….”

Sebuah tempat terbayang di dalam benak Shidou selagi ia berjalan.

Meskipun hanya sehari telah berlalu semenjak hari Natal, dekorasi dari daerah pertokoan telah berubah dari gaya barat menjadi sangat bergaya Jepang. Pepohonan Natal yang tadinya berjejeran di depan daerah pertokoan saat ini telah berganti dengan deretan pernak pernik Tahun Baru, menunjukkan bahwa Tahun Baru sebentar lagi tiba. Tidak hanya itu, bahkan Santa Klaus dan para rusa terbangnya telah menghilang dari pandangan. Hanya tinggal beberapa bungkus kue tertinggal atas di etalase, meskipun temanya sudah tidak tepat lagi saat ini.

Perubahan secepat ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Malahan, ini terjadi setiap tahunnya, tetapi Shidou tetap beranggapan jika kejadian ini sangatlah menarik. Lagi pula, semua orang yang tadinya sibuk menjalani malam suci di hari yang lalu sekarang telah kembali kepada rutinitas sehari-hari mereka sambil menunggu datangnya Tahun Baru. Meskipun terdapat beberapa festival nasional yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepercayaan orang Jepang, hingga saat ini, semua festival ini telah diikut sertakan di dalam event besar selama seminggu penuh. Pada sat itu, semua orang sangatlah sibuk. Dan itu tidak terelakkan.

Sementara berjalan menyusuri jalanan, Shidou menatap kearah dekorasi pertokoan yang dipenuhi tema Tahun Baru, lalu iapun membuat suara *fuu* selagi menghela napas.

“Meskipun hal ini terus terjadi setiap tahun……….Tetapi perubahan secepat ini tetaplah sangat mengejutkan. Mood semua orang memang sangat cepat berubah.”

Meskipun ia berkata begitu, Shidou tidaklah membenci itu semua. Tidak, malahan, ia sangatlah menantikan kejadian ini.

Bisa melihat suasana kota menjadi sangat ramai sangatlah menyenangkan, dan yang lebih bagus lagi, terdapat sangat banyak bahan masakan yang biasanya jarang ditemukan dipajang di daerah pertokoan. Dan ada banyak diskon juga yang ditawarkan pada saat seperti ini. Hanya dengan melihatnya saja, Shidou merasa jika ini lebih menyenangkan daripada memasak.

“Ngomong-ngomong, apa yang harus kulakukan sekarang………………”

Shidou memegang dagunya sembari berpikir. Ia berpikir untuk memasak lebih sedikit untuk makan malam hari ini daripada yang ia buat untuk malam Natal. Selain itu, malam Tahun Baru dan Tahun Baru masih akan datang beberapa hari lagi. Walaupun <Ratatoskr> mengatakan kalau merekalah yang akan membayar semua biaya untuk makanan, tetapi terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatan tubuh.

Ia memutuskan jika ia tidak akan memasak terlalu banyak, tetapi Shidou tetap bertekad akan membuat sesuatu yang lezat untuk menu malam ini juga.

“Mungkin masakan Jepan akan bagus…………Akhir-akhir ini aku sudah lama tidak makan ikan.”

Ia berbicara kepada dirinya sendiri dengan nada ceria, lalu mengangguk selagi berkata Oke.

Waktu menunjukkan pukul 2:30 siang. Matahari masih tetap berada di atas langit tertinggi. Meski begitu, suhu udaranya lumayan dingin dikarenakan saat ini adalah minggu terakhir di bulan Desember. Berkat musim panas lalu, Shidou telah mengetahui bahan apa saja yang harus ia beli, ia mengumpulkan semua bahan yang ia harus beli.

“……………Oke. Di sini, kan?”

Tiga puluh menit kemudian, Shidou telah selesai membeli semua kebutuhan untuk memasak makan malam. Setelah itu, iapun berjalan pulang menuju rumah dari daerah pertokoan tersebut.

Lalu…………

“………………..Ng?”

Tiba-tiba, Shidou berhenti tepat di pojokan jalan.

Tetapi itu jelas saja. Tepat di depan Shidou saat ini, terdapat seorang gadis tengah terbaring tak sadarkan diri di jalanan.

“Apa…………..!?”

Melihat situasi yang tak terduga, bahu Shidou gemetar.

“A-Apa kau baik-baik saja!?”

Ia berlari menuju gadis tersebut. Menaruh tas belanjaannya di tengah jalan, ia berusaha membangunkan gadis tersebut.

Tetapi, Shidou menghentikan tangannya. Dikatakan bahwa jika kau kebetulan menemukan seseorang terbaring pingsan di tengah jalan, tidaklah tepat untuk menggerakkan badan mereka secara sembarangan. Jika gadis ini merupakan korban kecelakaan lalu lintas dan sempat membenturkan kepalanya di suatu tempat, merubah posisi tubuhnya sepertinya akan sangat fatal.

Lalu, sementara Shidou bingung apa yang harus dilakukan, gadis itu tiba-tiba saja menggerakkan ujung jarinya.

Setelah itu, gadis itu mengangkat kepalanya secara perlahan. Lalu, wajah dari gadis yang sempat mencium tanah itupun mulai terlihat.

Dari penampilannya, gadis itu mungkin satu atau dua tahun lebih tua dari Shidou. Kedua matanya nampak letih dan bibirnya pun kering. Dilihat dari wajahnya, aura kelelahan nampak sangat jelas terlihat. Kantung matanya terlihat tebal dan lingkaran hitam mengitari kedua matanya. Daripada tertabrak oleh mobil dalam kecelakaan lalu lintas, rasanya lebih tepat dikatakan jika ia hanya pingsan karena kelelahan.

Menyadari bahwa gadis itu masih sadarkan diri, Shidou mengangkan bahu gadis tersebut, berusaha untuk membantunya berdiri.

Sidou tidak begitu yakin karena ia hanya dapat melihat bagian belakang gadis tersebut, tetapi kelihatannya gadis tersebut hanya mengenakan jaket di atas baju kamarnya. Begitulah cara gadis itu berpakaian. Sebagai tambahan, di tengah suhu dingin ini, gadis itu hanya mengenakan sepasang sandal tanpa mengenakan kaus kaki sama sekali.

Mungkin gadis itu adalah seseorang yang tinggal di daerah itu, karena gadis itu berani bepergian keluar tanpa mengkhawatirkan cuaca dingin. Terkadang, Shidou juga berpakain serupa saat ia pergi ke mini market terdekat di tengah malam.

Lalu, gadis itu memfokuskan pandangannya untuk melihat wajah Shidou dan menggerakkan bibirnya untuk berbicara. Kemudian, gadis itu mengeluarkan suara yang terdengar mirip dengan suara rintihan.

“-------rut, --------par…………”

“Eh? A-Apa katamu? Apa yang terjadi?”

Sementara Shidou mendengarkan sekali lagi, gadis itu mengatakan kembali kalimat yang sama.

“……………Perutku lapar…………..”

“……………….Hah?”

Mendengar hal itu, mata Shidou terbuka lebar. Lalu, dari arah perut gadis itu terdengar suara *Kruyuuuuuk*…………. Begitulah bunyinya.

Beberapa menit kemudian, Shidou membantu gadis yang pingsan di tengah jalan tadi. Mereka berjalan menyusuri jalanan dengan Shidou sebagai penuntunnya.

“……………..Ng~, maaf ya~, bocah………..”

Gadis yang tengah Shidou gendong mengeluarkan suara yang lemah.

Pada akhirnya, meskipun kesadarannya telah kembali, gadis itu tetap bersikeras jika ia tidak dapat bergerak karena perutnya yang lapar, jadi Shidou tidak punya pilihan lain selain mengantarnya pulang ke rumahnya.

“Tidak usah dipikirkan……….Daripada itu, apa benar kau baik-baik saja? Apa benar tidak usah pergi ke rumah sakit dulu?”

“Ya~, tak apa~, tak apa~. Aku tidak sakit sedikitpun. Lagipula, bukankah akan memakan banyak waktu cuma untuk pergi ke sana?”

Berkata begitu, gadis itu melambaikan dan menggoyangkan tangannya.

“Ngomong-ngomon, tidak usah bicara sesopan itu~ Aku tidak suka terlalu formal~”

“Aah………Aku paham.”

“Hey~, kamu masih belum mengubah cara bicaramu~”

“A-Aku………..Mengerti.”

Shidou menjawab gadis itu sambil berkeringat dingin.

Bertolak belakang dengan tubuh ramping gadis itu, kepribadiannya sangatlah blak-blakkan, benar-benar gadis yang sulit ditebak.

Terlebih, pingsan karena kelaparan di negara maju semacam Jepang pada zaman sekarang bukanlah hal yang wajar. Bagaimanapun juga, pemandangan tak terduga ini sangatlah mengejutkan, Shidou bahkan masih belum sempat mendengarkan situasi gadis itu hingga saat ini. Membuat Shidou bingung hal macam apa yang telah terjadi pada gadis itu.

“Ah, tolong pergi ke mansion di sana.”

Sementara Shidou berpikir, gadis itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk kearah yang berlawanan dengan tempat mereka saat ini.

Mata Shidou terbuka lebar begitu melihat kearah dimana ujung jari gadis itu menunjuk.

Disana, terdapat sebuah bangunan tinggi, nampaknya tingginya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan bangunan lainnya. Itu adalah bangunan mansion yang mewah.

“Eh? Disana?”

“Hmm……..Benar……..Ah, jangan katakan kalau kau berpikir jika aku tinggal di apartemen yang lebih kumuh?”

“T-Tidak, aku tidak berpikir………..”

Shidou sempat ragu untuk menjawabnya. Kenyataannya, tebakan gadis itu sangatlah tepat.

Pada dasarnya, semakin tinggi bangunan mansionnya, maka semakin tinggi pula biayanya. Bila melihat dari penampilan gadis itu, sejujurnya, ia tak dapat mencocokkan antara penampilan gadis itu dengan mansion mewah yang berada tepat di depan matanya.

“Ehehe………..Ayolah, itu kan bukan masalah. Bagaimana ya? Kau lihat, itu perbedaan. Hal yang serupa juga terjadi padamu, kan? Sama seperti remaja lain pada umumnya.”

“………….Uhm, itu, aku tidak begitu mengerti maksudmu.”

Shidou mengekerutkan alisnya selagi menjawab gadis itu…….Entah mengapa, begitu membicaran soal perbedaan, Shidou masih tidak dapat mengerti kepribadian gadis ini sama sekali.

“—Ah, bocah, maaf, tapi bisakah kau membawaku ke dalam ruanganku? Aku tidak tahu kenapa, tapi untuk beberapa alasan kedua kakiku tidak bisa digerakkan~. Apa itu semua karena aku jarang menggerakkan kakiku jadi mereka mengalami penurunan dalam funginya~?”

“Aah, kurasa aku bisa………..Apa benar kau tidak usah pergi ke rumah sakit?”

Shidou tidak memiliki urusan penting lain yang harus ia kerjakan, jadi ia tidak memiliki alasan untuk menolak. Terlebih lagi, jika ia meninggalkan gadis itu di sini, ada kemungkinan jika gadis itu akan pingsan lagi dan mati di tengah jalan dan Shidou akan merasa sangat bersalah jika hal seperti itu terjadi………

Jika dipikirkan secara normal, hal semacam itu semestinya mustahil terjadi. Hal seperti itu hanya akan terjadi di dalam komik, meskipun situasi di dalam komik itu benar-benar terjadi kepada gadis ini. Terkadang hal semacam itu dapat terjadi di dalam kehidupan nyata juga.

Shidou, selagi menggendong gadis itu, berjalan melewati gerbang mansion. Lalu, mereka tiba di depan pintu auto-lock.

“Lalu………….”

Di dalam mansion mewah semacam itu, mereka memiliki auto-lock yang harus di unlock terlebih dahulu. Tetapi, nomor pinnya harus diketahui hanya oleh orang-orang yang tinggal di mansion tersebut, dan orang yang bersangkutan tidak dapat mengetikkan nomor pinnya dari belakang punggung Shidou.

Mungkin, mengintip kearah nomor pin orang lain bukanlah hal yang baik, tetapi situasi saat ini membuatnya tidak memiliki pilihan lain lagi. Kemudian, Shidou berbicara kepada gadis yang tengah ia gendong di punggungnya.

“Aku akan menutup mataku, jadi saat itu……….”

“Ah, nomor ruangannya adalah 1801, dan nomor pinnya 1234, oke?”

“Keamanannya!?”

Terkejut oleh perkataan gadis itu, Shidou mengeluarkan suara yang terdengar aneh.

“Eh, kenapa barusan kau berteriak? Itu sangat menghibur. Lakukan lagi, lagi.”

“Lupakan! Kau tidak boleh membiarkan orang lain tahu mengenai hal semacam itu dengan mudahnya!”

“Eh? Kenapa?”

Gadis itu bertanya kembali dengan nada kaget. Shidou menggaruk kepalanya karena merasa stress dan kembali berbicara.

“Itu tidak bagus untuk keamanannya, bukan begitu!? Jika orang lain selain mereka yang tinggal disini sampai tahu password nya, maka mereka bisa pergi keluar masuk dengan mudahnya! Kita baru pertama kali bertemu, dan aku ini laki-laki tahu!”

Shidou menjelaskan teori itu dengan nada suara tinggi, gadis itu kemudian berkata “Oh” dan menutup mulutnya dengan tangannya.

“Akankah kau melakukannya, bocah? Mustahil, itu sangat mengejutkan.”

“Aku tidak akan melakukannya! Aku cuma memberitahukanmu hal yang sewajarnya saja!”

“…………..Ah~, aku tahu. Meskipun kau terlihat seperti seorang herbivora, tetapi sebenarnya kau itu seorang karnivora………….Mungkin ini yang disebut sebagai perbedaan. Aku menjadi lebih bijak sekarang.”

“Apa kau bahkan mendengarkan ketika ada orang lain sedang berbicara padamu!?”

“Aku mendengarkan, mendengarkan kok. Super mendengarkan malahan……….Ngomong-ngomong, aku cuma ingin tahu sekedar untuk referensi, jika seorang laki-laki masuk ke dalam kamar seorang gadis, hal apa yang akan ia lakukan pertama kali?”

“Kau memang benar-benar tidak mendengarkanku, kan!?”

Shidou berkata sambil berteriak kepada gadis itu, mendadak ia merasakan jika ada seseorang tengah memperhatikan mereka dari suatu tempat.

“Ng………..?”

Di sana, terdapat seseorang tengah menatap tajam kearah mereka……..Karena hal itu, tubuh Shidou mulai gemetar.

Di sana, seorang wanita tengah berdiri. Wanita itu adalah manager dari mansion ini………Nampaknya, ia adalah pengurus dari mansion ini. Karena Shidou dan gadis itu membuat kegaduhan tepat di depan pintu gerbang di lobby mansion, wanita itu menatap kearah mereka berdua dengan tatapan curiga. Wanita itu sepertinya berniat memanggil polisi, karena ia tengah menggenggam telepon saat ini.

“A-Ahaha………”

Shidou membuat senyuman kecil dengan terpaksa, ia mengetikkan nomor pin yang tadi ia dengar dari gadis itu, lalu pintu otomatis itupun segera terbuka.

“………….Permisi.”

“Oke-oke, pak~”

Gadis itu merespon dengan nada ceria. Shidou menghela napas, kemudian iapun berjalan keluar dari lobby menuju lorong.

Setelah itu, ia menaiki elevator. Shidou dapat melihat dekorasi indah dari ruangan di bawahnya sebelum akhirnya menuju ke ruangan yang dituju.

“……………..Hey, kita sudah sampai. Apa tak apa jika aku menurunkanmu di sini?”

“Ng~, terimakasih. Tapi kalau kau meninggalkanku seperti ini, aku pasti akan mati nanti.”

“……………..Ha. Kalau begitu, berikan padaku kuncinya. Aku akan membukakannya.”

“Dimengerti. Ah, tapi kuncinya ada di kantung celana belakang pantatku, jadi tolong ambil dengan perlahan ya~”

“Kenapa kau taruh di sana!?”

Shidou berteriak sementara gadis itu melingkarkan legannya ke leher Shidou.

“Aku tidak punya niat buruk sama sekali, kok. Aku cuma ingin menunjukkan rasa terimakasihku karena telah menolongku di jalan tadi, jadi kupikir aku harus memberikanmu beberapa service untuk menyegarkanmu. Bahkan jika kau menaruh tanganmu di tempat yang salah seperti misalnya di dalam celanaku, aku masih tidak masalah kalau itu di atas celana dalamku.”

“Kau ini bicara apa sih!?”

“Ng~, tidak~, yaah~, setidaknya kurasa aku harus menunjukkan rasa terimakasihku, jadi aku terus ‘menekankan’ punyaku kepadamu selama ini, tapi kau tidak menunjukkan reaksi apapun ~. Oh, mungkin bocah ini lebih menyukai pantat? Begitulah pikirku.”

“Yang kau pikirkan itu melewati batas kewajaran!?”

“Ah, mungkin bocah lebih menyukai dada yang besar? Kau tidak tertarik dengan dada dibawah ukuran 80 cm? Maaf soal itu~. Aku tidak bisa berbuat apapun untuk mengubahnya~.”

“Bisakah kau tidak melibatkan orang lain kedalam ketertarikanmu yang aneh itu?”

Shidou terus berteriak untuk sementara, dan kemudian sekali lagi, ia menghela napas panjang.

“Lupakan, berikan saja padaku kuncinya. Atau aku akan meninggalkanmu di sini.”

“Aw, Sepertinya aku tidak punya pilihan lain~”

Setelah mengatakan itu, gadis itupun menaruh tangannya kedalam kantung yang ada di pantat celananya.

“Ah……………., Mendadak…………Kya…………”

“Jangan mengeluarkan suara aneh di belakang punggung seseorang, oke………”

“Apa-apaan itu, kau tidak asik.”

Gadis itu menggembungkan pipinya, kemudian iapun memberikan kuncinya. Shidou membuka pintunya dan masuk ke dalam ruangan itu.

“Maaf mengganggu.”

“Kumaafkan karena sudah mengganggu~”

“…………….”

“Eh, kau tidak bertingkah sebagai Tsukkomi lagi?”

Tidak memperdulikan perkataan sang gadis, Shidou melepaskan kedua sepatunya sebelum memasuki ruangan itu.

Dari pintu masuk ruangan itu, terdapat sebuah lorong yang panjang. Di sana, ruangan itu dipenuhi oleh bergunung-gunung tumpukan majalah dan komik.

“Lalu, dimana kamarmu?”

“Di sana~”

Setelah gadis itu menunjukkan jalannya, ia berjalan menuju ruangan itu.

Lagi, kamar gadis itu dipenuhi oleh tumpukan komik. Hampir seluruh permukaan dinding telah berubah menjadi lemari buku, tetapi tetap saja, pada akhirnya buku-buku tersebut hanya tertumpuk tinggi di dalam ruangan.

Kasur gadis itu malah lebih parah lagi. Terdapat sebuah kasur di tengah kamar yang besar, tapi kelihatannya cuma muat untuk seorang saja. Ditambah lagi, buku-buku berserakan di seluruh kamar. Intinya, gadis itu sepertinya memiliki rasa suka yang amat sangat terhadap buku, karena kasurnya tampak seperti peti jenazah yang sudah dipersiapkan dengan buku bertebaran di atasnya daripada kumpulan bunga.

“Uh, tunggu.”

Sementara Shidou berdiri sebentar tepat di depan kasur, gadis itu memindahkan tubuhnya dari punggung Shidou ke atas kasur tersebut. Menggelincir ke bawah seperti layaknya lumpur dan bagaikan potongan puzzle, gadis itu berbaring di atas kasur dengan nyamannya.

“Ng~, akhirnya kita sampai.”

“Haa………….”

Lalu, setelah akhirnya membaringkan sang gadis, Shidou menghela napas. Ia melihat ke sekeliling interior ruangan dan berhasil menemukan sesuatu di dalamnya.

“Ini…………..”

Meskipun tidaklah sopan melihat kedalam kamar seorang gadis yang baru saja ia temui, ia tidak bisa menang melawan rasa ingin tahunya sendiri. Ia berjalan maju menuju arah tertentu, di sebelah sana ia dapat melihat sesuatu yang sulit dipercaya. Itu adalah meja kerja yang lumayan besar. Terdapat bermacam-macam perlengkapan menggambar berjejeran di atasnya, disana juga terdapat lampu pipih yang dapat menyinari seluruh permukaan meja.

Diatas lampu tersebut, terdapat selembar kertas tebal berukuran B4 berada di tengah meja tersebut. Itu adalah coma skrip, tidak hanya telah tergambar degan beberapa karakter dan latar belakang, tetapi juga terdapat beberapa teks tertulis di atasnya. Skrip itu nampak telah selesai dan hampir siap untuk di tintai, karena sketsa kasar yang digambar dengan menggunakan pensil masih belum dihapus saat ini.


Benar----------Ini adalah pertamakalinya Shidou melihat itu secara langsung, itu sudah tidak salah lagi.


Dan apa yang ada di sana itu adalah apa yang disebut sebagai skrip untuk membuat komik.


“Eh, mungkinkah, kau menggambar komik?”


Shidou bertanya kepada gadis yang tengah tidur dengan tenang di atas kasur layaknya mayat. Kemudian, gadis itupun mengangkat tangannya.


“Ng-------? Itu benar. Aku adalah seorang professional……….Aku terlalu focus dengan pekerjaanku sampai aku lupa untuk makan~………….Jadi kupikir aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke mini market terdekat atau ke super market. Lalu, aku menyadari kalau gravitasi bumi jadi semakin memberat.”


Setelah mengatakan itu, gadis itu mengangkat tangannya sebelum akhirnya menurunkan tangannya kembali ke atas kasur. Shidou nampak tercengang dan tersenyum kecut.


“Jadi, itu sebabnya……..Tapi kalau kau seorang professional, bukankah kau punya asisten?”


“Ng--------Biasanya sih begitu, tapi aku lebih suka menyelesaikan segala sesuatunya sampai akhir seorang diri~. Yah, kalau kau memang merasa nyaman melakukan semua itu seorang diri, maka itu tidak masalah. Walau terkadang, aku merasa seolah aku nyaris mati.”


“Tapi kurasa itu kesalahan yang fatal…………”


Shidou menggaruk pipinya sebelum akhirnya menatap kembali ke arah skrip komik di atas meja.


Itu tidak seperti Shidou selalu membaca komik setiap waktu seperti seorang maniak atau semacamnya, tetapi Shidou juga menyukai membaca komik layaknya remaja SMU pada umumnya. Ia bahkan membeli komik kesukaannya juga. Bagaimanapun juga, ini adalah pertamakalinya ia melihat skrip mentah nya, jadi itu benar-benar pengalaman yang lumayan menarik.


Ditebak dari gaya menggambarnya, ini adalah Komik Shounen. Meskipun itu masih belum sepenuhnya selesai, Shidou bisa mengatakan jika gadis itu memang adalah seorang professional—


“……………..Hmm?”


Kemudian, Shidou mengernyitkan alisnya, ia membungkukkan badannya kedepan dan mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih dekat skrip nya.


Karena skrip nya masih belum selesai saat ini, Shidou tidak begitu yakin. Akan tetapi, ia mengenali gaya menggambar itu di suatu tempat.


“………………Eh, ini, jangan-jangan [SILVER BULLET]!?”


Shidou langsung berteriak. Benar. Di sebelah sana adalah komik yang Nakatsugawa bicarakan sebelumnya [SILVER BULLET].


“Oh? Kau tahu juga ya. Mungkin, kau salah satu pembacaku? Terimakasih~”


Gadis itu kembali melambaikan salah satu tangannya, Shidou menjadi lebih penasaran lagi. Shidou berbalik dan kembali bertanya.


“Tidak, tunggu sebentar. Jadi itu artinya kau adalah Honjou Souji…………?”


“Ng~, benar~”


“K-Kau bukan seorang pria?”


“Ah~, itu ya? Itu cuma nama samaran, nama samaran. Nama asliku adalah Nia. Honjou Nia. Senang berkenalan denganmu~”


Setelah berkata begitu, menunjukkan senyuman yang lebar, lalu kembali berbicara.


“Itu lumayan normal, kau tahu. Ada banyak sekali penulis wanita melakukan hal yang sama saat mereka menggambar komik Shounen. Contohnya, Takajou-san penulis [OTHER FAKE] sebenarnya juga seorang wanita.”


“Eh!? B-Benarkah!?”


Begitu mendengar informasi itu, mata Shidou terbelalak………..Lalu iapun kembali berpikir.


Selain daripada masalah jenis kelamin sebelumnya, Shidou menemukan hal lain yang jauh lebih aneh masih tertinggal.


“Tidak-tidak-tidak………..Itu masih tetap saja aneh. Karena [SILVER BULLET] adalah komik yang beredar pada saat aku masih SD, kau tahu? Itu artinya awal mula karir dari Honjou Souji jauh sebelum saat itu…..”


Shidou berteriak kembali hingga membuat tenggorokannya bergetar. Ia menatap penampilan Nia sekali lagi.


Kemungkinan umurnya sekitar 18 atau 19 tahun………..Tidak peduli seberapa efektifnya makeup yang ia kenakan untuk membuat penampilannya terlihat lebih muda, 20 tahun adalah batasan kemungkinan umur aslinya. Jika usia asli gadis ini benar-benar 30 tahun, penampilan awet muda semacam itu adalah sesuatu yang semua orang selalu inginkan. Tidak diragukan lagi jika perusahaan kecantikan dan TV Channel akan mendatangi gadis itu untuk mengambil keuntungan.


Dalam hal ini, gadis itu pastilah anak perempuan dari Honjou Souji yang memiliki gaya menggambar yang sama persis dan mewarisi nama yang sama dengannya sebagai generasi kedua………Terdapat beberapa orang diluar sana melakukan hal yang serupa.


Akan tetapi, Nia dapat menebak apa yang Shidou tengah pikirkan, kemudian ia berkata *fufu*, sementara ia mengangkat bahunya.


“Maaf saja, tapi dari awal hingga saat ini, Honjou Souji dan aku adalah orang yang sama. Ngomong-ngomong, sudah sekitar sepuluh tahun telah berlalu semenjak debut pertamaku.”


“S-Sepuluh tahun………”


Shidou tercengang mendengar penjelasan tersebut, kebenaran yang diungkapkan oleh Nia terus terngiang bagai suara drum, Shidou nampak kebingungan mendengar teori semacam itu.


Jika dipikirkan secara normal, hal seperti itu seharusnya mustahil terjadi. Kemungkinan jika semua teori itu hanyalah bagian dari gurauan Nia sangatlah tinggi.


Tetapi, skrip yang terdapat di atas meja itu sudah jelas merupakan gaya menggambarnya Honjou. Tentu saja, ada juga kemungkinan jika semua itu hanyalah copy dari gambar yang asli. Bagaimanapun juga, jika komik ini benar-benar dipublikasikan oleh [BLAST], maka itu akan menjadi bukti keaslian dari skrip tersebut.


Sementara Shidou memikirkan itu, Nia berkata “Oh, ya ampun~” dan menghela napas.


“Uhm………Meskipun hasilnya agak berbeda dari yang kuinginkan, tapi yaah, sudahlah. ~Akan kuberitahu. Rahasiaku adalah—“


“EH……….?”


Mendengar kata-kata Nia, Shidou agak terkejut.


Memang benar jika Shidou merasa penasaran akan hal itu, tapi…….Apapun itu, benarkah itu tidak apa untuk memberitahukannya kepada orang asing seperti Shidou? Pertanyaan semacam itu muncul di dalam benak Shidou.


“Sebenarnya~”


Tetapi, beberapa saat kemudian….


Gu~……….Kruyuuuuuuuuuk………….


Suara itu keluar dari dalam perut Nia lebih kencang dari sebelumnya.


Terlebih lagi, karena Nia hampir mengatakan hal yang serius, ia membuat ekspresi wajah yang serius untuk menunjukkan bahwa situasi sebelumnya akan menjadi lumayan serius.


“B-Bocah……….”


Nia memanggil Shidou dengan suara lemah. Shidou menghela napas dan menggaruk kepalanya.


“Oke, oke…….Aku akan meminjam dapurmu sebentar.”


“Ya~……….”


Lalu, Shidou berjalan keluar dari kamar itu, tapi kemudian kembali berbalik ke arah Nia dengan segera.


“…………..Aku cuma ingin menanyakan ini untuk memastikan saja. Kau bisa memakan makanan biasa, kan? Kau tidak menghisap darah untuk menjaga penampilanmu yang awet muda itu, ‘kan?”


“Eh? Apa kau akan membiarkanku menghisap darahmu?”


Kemudian, Niapun mencoba meniru tingkah binatang karnivora dengan menekukkan jari-jemari kedua tangannya membentuk cakar, “Gaah~” dan iapun menggemeretakkan giginya. Tapi, ia kehilangan energi fisiknya dengan segera dan lalu terjatuh.


“……………..Untuk saat ini, ku anggap itu sebagai iya.”


Shidou mengatakan itu dengan mata setengah terbuka. Ia meninggalkan kamar itu dan berjalan sendirian menuju dapur.


Melihat sikap Nia, Shidou menduga jika tempat mencuci piringnya akan dipenuhi oleh piring kotor. Akan tetapi, selain daripada meja makan yang berdebu, isi dapur itu nampak tertata rapih.


“Heee. Sungguh mengejutkan………..Aku tahu tidaklah sopan kalau aku berkata begini, tapi ini lumayan rapih.”


Tetapi, sesaat kemudian, Shidou mengubah pendapatnya barusan. Hanya dengan melihat ke arah meja makan itu saja sudah sangat memperjelas semuanya. Di pojokan dapur, Shidou dapat melihat sampah bekas makanan instant dari mini market.


Dengan kata lain, daripada Nia yang tidak pernah membersihkan tempat ini, nampaknya ia memang tidak pernah menggunakan tempat ini sekalipun. Ia pastilah selalu makan diluar atau membeli bekal makanan dari mini market. Dengan kata lain, Nia pastilah selalu memakan makanan instant setiap kali ia makan.


“…………….”


Shidou tetap terdiam sambil menaruh tangannya di atas dahinya. Iapun mulai mengelap meja itu dengan semacam kain basah.


“Yaah…………..Sekarang.”


Setelah ia selesai membersihkan semua kotoran yang ada, ia melihat kesekeliling dapur dan berjalan untuk membuka kulkas.


“………….C-Cuma sake……….?”


Shidou mengutarakan rasa tidak percayanya atas apa yang baru saja ia lihat, lalu iapun menarik laci bagian sayuran untuk memeriksa. Didalam sana hanya terdapat beberapa botol sake, serta beberapa buah buku yang menutupinya.


“……………..”


Shidou menutup kulkas itu secara perlahan. Ia kembali ke pintu masuk dan mengambil kantung belanjaan yang ia bawa tadi, ia memutuskan untuk memilih beberapa bahan masakan yang tepat sebelum kembali ke dapur. Sebenarnya, itu semua untuk makan malam para roh, tapi………karena porsi yang dibeli lebih banyak dari biasanya, itu pasti baik-baik saja. Dan yang lebih penting lagi, ia tidak bisa membiarkan gadis bernama Nia ini sampai mati kelaparan.


Shidou membasuh tangannya, lalu mulai memasak seperti yang biasa ia lakukan. Walau, tidak banyak perlengkapan memasak yang dapat ia gunakan, sehingga mustahil bisa membuat masakan yang lezat. Terlebih, tidak banyak waktu yang tersisa untuk memasak karena ia tidak boleh membiarkan Nia menunggu terlalu lama.


Setelah Shidou memutuskan, ia memasukkan air kedalam satu-satunya panci yang ada di dapur. Lalu, ia juga memasukkan beras mentah kedalam air itu, kemudian menyalakan apinya untuk mulai memasak.


Setelah itu, ia menaruh beberapa bawang kecil ketempat dimana api tadi dinyalakan, beserta beberapa pasta kacang. Ia juga menambahkan beberapa sake ala Jepang yang ia pinjam dari dalam kulkas untuk menambahkan cita rasa. Dan sebagai sentuhan akhir, ia memasukkan beberapa butir telur ke bahan campuran tadi untuk menyelesaikan sup nya yang sederhana.


Dengan begini, masakan ini telah selesai dibuat hanya dalam waktu singkat. Shidou membawa masakan itu kepada Nia, yang tengah hampir mati kelaparan. Meskipun ini hanyalah menu yang sederhana, Shidou berpikir jika masakan ini cukup baik untuk gadis itu.


“Oke, kuharap ini sudah cukup.”



Setelah Shidou mengatakan itu, ia kembali ke kamar Nia untuk mengantarkan Zousui.


“Ini, aku sudah selesai. Supnya masih panas, jadi hati-hati.”


“Waaah! Selamat makan~!”


Shidou menaruh mangkuk yang dipenuhi oleh Zousui di atas meja dekat kasur, lalu Nia menepukkan tangannya. Dan dengan tenaga yang masih lemah iapun mangambil Zousui tersebut.


“Woaaaaah!”


Teantu saja, makanan itu masih panas. Tubuh Nia gemetaran sedikit.


“Aku ‘kan sudah bilang………..”


“Fuuh~, Fuuh~”


Belajar dari kesalahan sebelumnya, sekarang Nia meniup dahulu sendoknya sebelum memasukkan makanan itu kedalam mulutnya.


Setelah itu, iapun merasakan Zousui itu sembari mengunyahnya didalam mulutnya, kemudian iapun berkata,


“Aaaaah~……..”


Nia mengeluarkan suara yang mirip dengan suara seorang pria tua yang sedang berada di pemandian air panas. Air mata mulai menetes dari pelupuk matanya karena terhanyut oleh sensasi makanan itu. Ia terus menggerakkan sendoknya.


“Sungguh lezat………Apa yang baru saja kau biarkan aku makan……….Apa…….”


Sembari berkata demikian, ia terus memakan Zousui yang tersisa. Setelah lima menit berlalu, mangkuk Zousui itupun telah kosong.


“Fuh~ Terimakasih untuk makananya. Tidak~, tadi itu sungguh lezat. Sudah seminggu yang lalu semenjak aku memakan makanan yang masih hangat.”


“Seminggu……….”


Shidou tersenyum kecut dan lalu membersihkan meja tempat Nia makan tadi. Iapun menoleh saat ia hampir membuka pintu untuk kembali ke dapur.


“Yaah, aku akan mencucikan piring kotornya, setelah itu aku akan pulang ke rumah. Mulai dari saat ini, tolong makan dengan benar sebelum kau jatuh pingsan lagi.”


“Ah~, tunggu sebentar.”


Lalu, selagi Shidou hampir meninggalkan kamar itu, Nia memanggilnya.


“Apa itu masih belum cukup? Maaf, tapi semua bahan masakan itu harusnya untuk makan malam di rumahku. Kalau kau masih mau lebih, pesan delivery saja.”


“Ah~ Bukan itu! Bukan begitu maksudku.”


Lalu Niapun melambaikan tangannya, ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah skrip gambar yang belum selesai yang berada di atas meja.


“Seperti kataku sebelumnya, aku tidak mempekerjakan asisten. Tidak apa jika itu hanya tugas yang sederhana, bisakah kau membantuku? Tolonglah! Aku akan membayarmu lebih untuk itu.”


“……………..Eh?”


Karena dimintai tolong sesuatu yang tak terduga, mata Shidou terbelalak.


Tapi ia harus segera menolak permintaan mustahil Nia tepat setelah ia selesai memasak untuk Nia.


“T-Tidak-tidak-tidak. Apa yang kau katakan? Itu sungguh mustahil.”


“Eh~, bukannya itu tak apa~. Apa kau punya urusan lain?”


“Tidak, bukan itu maksudku………Aku belum pernah menyentuh skrip seorang professional sebelumnya, aku tidak bisa mempertanggungjawabkan apapun kalau aku membuat suatu kesalahan.”


“Tidak apa~, tidak apa~. Aku cuma memintamu untuk melakukan penghapusan saja. Kau cuma harus mengeluarkan sedikit tenaga untuk melakukan itu.”


“Meskipun kau berkata begitu………”


“Tolonglah, tolonglah. tolonglah! Saat ini tanganku sudah dipenuhi oleh pekerjaan-pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan~. Kalau begini terus, aku tidak akan bisa menyelesaikan skrip nya tepat waktu………”


Nia terus memohon, Shidou menghela napas panjang.


“………Haa. Baiklah, tapi cuma tugas sederhana saja, ya?”


Setalh Shidou menyerah adu argument dengannya, Nia membuat senyuman lebar.


“Baiklah~, baiklah~. Kalau begitu, ayo pergi ke ruang kerja. Sesuai dugaan, kamar ini terlalu sempit untuk dipakai oleh kita berdua~.”


Selagi berkata begitu, Nia bangun dari kasur dan berkata “Nggggh………”


Ia meregangkan tubuhnya. Setelah bertingkah malas-malasan barusan, gadis itu telah mendapatkan kembali tenagannya dengan sangat luar biasa cepat.


“Ruang kerja………Apa kau punya tempat lain selain disini?”


“Ya. Aku mempersiapkan semuanya seperti ini, jadi ketika aku merasa kalau aku hampir mati karena kelelahan bekerja, aku bisa segera pingsan kapanpun juga, tapi aku juga punya ruang kerja lain untuk digunakan~”


“Meskipun kau mengatakannya seolah itu adalah hal yang normal, itu tetap saja aneh.”


Mata Shidou setengah tertutup saat ia mengatakan itu, Nia nampak tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Setelah itu, Shidou mengikuti Nia ke ruang kerja yang lain.


“Ayo, masuk, masuk.”


“Wah……….”


Nia meminta Shidou untuk masuk ke ruang kerja itu, pemandangannya membuat Shidou takjub.


Di dalam ruangan itu, entah mengapa suasananya terasa sangat tenang. Pemandangan dari ruangan ini sungguh nampak seperti layaknya tempat kerja seorang seniman.


“Di sana, kau bisa menggunakan meja itu.”


“Eh, bolehkah? Entah mengapa suasananya membuatku merasa seolah meja itu adalah tempat suci milik seorang seniman………”


“Tak apa, tak apa. Ah, atau mungkin kau lebih menyukai meja di kamarku yang tadi? Apa kau ingin mencium bauku selagi bekerja?”


“Ah, tempat ini bagus juga.”


Shidou langsung menolak, gadis itu nampak merasa tidak puas dan menggembungkan pipinya.


“Jadi, bagian mana yang harus kuhapus?”


“Aah, kalau begitu tolong bagian yang ini.”


Setelah Shidou bertanya, Nia memakai kaca matanya dan mulai menandai beberapa bagian di atas kertas. Ia menunjuk beberapa lembar skrip yang sudah selesai ditintai.


“Setelah kau selesai menghapus draft nya, tolong warnai bagian yang kosong dengan tinta hitam.”


“…………….Ng?”


Nia mengatakan itu dengan tenang, Shidou memiringkan kepalanya.


“T-Tunggu sebentar! Bukannya kau cuma ingin aku melakukan Gomu-kake!? Meskipun itu adalah Beta-nuri, tidak seharusnya kau membiarkan seorang amatiran melakukannya!”


“Tenang saja~, tenang saja~. Karena kau lumayan berbakat, kau pasti bisa melakukannya. Lagipula, selama kau mewarnai semua itu dengan tinta hitam, kau boleh menggunakan perlengkapan menggambar manapun sesukamu. Triknya adalah menggunakan pena berujung lancip untuk bagian yang kecil terlebih dahulu, lalu mewarnai bagian yang besar dengan sesuatu yang lebih cepat.”


“Tidak, tunggu, apa kau mendengarkan waktu orang lain sedang berbicara……….…….?”


“Aku mendengarkan~. Tapi seperti kataku tadi, itu bukan masalah. Bocah, kau sudah pernah menggunakan perlengkapan menggambar sebelumnya, ‘kan?”


“Hah……………? A-Apa, mendadak saja………….”


Mendengar kata-kata itu, wajah Shidou mendadak menjadi pucat.


Lalu, Nia mengangkat ujung bibirnya dan kembali berkata,


“Kau tahu, bocah? Untuk mereka yang tidak tahu apapun soal komik, mereka tidak akan menyebut menghapus sebagai [Gomu-kake], atau hitam sebagai [Beta].”


“…………..Cih!”


Berbisik, Shidou terkejut.


“I-Itu………….”


“Mungkin begitu, ya? Ketika kau masih SMP, kau menggambar sebuah ilustrasi menggunakan karakter buatanmu sendiri. Tidak~, aku tahu, aku tahu. Awalnya, kau menggambar itu menggunakan pensil di buku tulismu. Lalu, suatu hari kau memutuskan untuk pergi ke toko peralatan alat tulis untuk membeli sebuah pena untuk komik beserta dengan tintanya, tapi kemudian kau menemukan jika semua itu sulit digunakan.”


“!? T-tidak, aku……….”


“Lalu, kau sempat terpikir ingin menggunakan screen tone juga, tapi ‘Mustahil, bagaimana mungkin harga per lembarnya begitu mahal, padahal itu hanya untuk sekali pakai!’ Lalu kaupun menyerah setelah mengatakan itu.”


“G-Guu………”


“Setelah itu, kau mengetahui kalau kau bisa menggunakan computer untuk menggambar. Dengan begitu aku bisa menggambar sebanyak yang aku mau! Begitulah pikirmu, tapi kemudian kau menjadi sangat terkejut setelah mengetahui harga untuk pen tablet dan software nya, iya kan?”


“A-Aaaaaaaaaah…………….!”


Tubuh Shidou mulai gemetaran selagi ia menggaruk kepalanya.


“Dan lalu…………..”


“OK, aku mengerti! Akan kulakukan, tidak usah mengatakan lebih dari itu. Kumohon.”


“Kalau begitu, kuserahkan padamu ya bocah! Dan aku akan bekerja di sebelah sana.”


Shidou mengatakan itu dengan nada tidak puas, Nia mulai tertawa begitu melihatnya dan mengacungkan jempolnya kepada Shidou selagi ia kembali ke kamarnya.


“Oh, ya ampun………”


Shidou menghela napas.


Tapi itu tidak terelakkan. Lalu, Shidou duduk di atas kursi, ia menggenggam penghapus di tangannya dan mulai menghapus bagian pensil nya dengan berhati-hati.


Setelah itu, ia mengambil Fude-pen di tangannya dan mulai mengerjakan Beta-nuri seperti yang Nia instruksikan.


Shidou mulai mewarnai bagian yang ditandai X menggunakan Fude-pen, dengan jalur arah dari bagian dalam ke bagian luar. Setelah itu, ia mulai mewarnai seluruh bagian permukaannya.


Meskipun ia hanya mengulangi pekerjaan yang sama, tetapi bentuk dan ukuran yang harus diwarnai berbeda-beda.


Terbebani oleh tekanan bahwa ia tidak boleh merusak skrip seorang professional telah membuat Shidou merasa sangat tegang. Ketika ia mengerjakan pekerjaannya, ia berusaha untuk menyelesaikannya secepat mungkin.


Setelah beberapa waktu berlalu, Shidou membawa skrip yang telah selesai diwarnai, lalu pergi menuju tempat Nia berada.


“Oh, jadi kau sudah selesai, ya? Hee~, bukankah kau ini lumayan berbakat?”


“……………..Aah, entah bagaimana aku berhasil melakukannya. Ya ampun, sudah lama sekali semenjak terakhir kalinya aku mengerjakan sesuatu yang rumit seperti ini.”


Menghela napas, Shidou terus menggerakkan tubuhnya secara perlahan sembari memutar bahunya.


Lalu, ketika ia menengok ke sebelah sana, wajah Shidou memucat sementara tubuhnya gemetar.


“Apa…………..!?”


Tidak salah lagi. Di sebelah sana, Nia telah mengganti baju kamarnya yang telah ia kenakan sedari tadi. Ia berganti pakaian dengan kostum Maid yang nampak lumayan seksi. Roknya sangat pendek, dan bagian dadanya nampak lumayan terbuka. Melihat penampilan yang sangat sensasional, Shidou menelan ludahnya.


“A-Apa yang sedang kau kenakan……….”


“Eh? Aah, pakaian ini kubeli sebagai referensi untuk pekerjaanku, telah kuputuskan untuk memberikanmu sedikit servis atas bantuanmu. Lihat, bukankah ekstra pembayarannya terlihat begitu menggoda? Bagaimana? Meskipun dadaku itu datar, tetapi gayaku tidaklah buruk, bukan?”


“Aku tidak menyangka kalau ini yang kau maksud sebagai bayaran ekstra?”


Menaruh tangannya di atas pinggangnya, Nia berkata. Setelah itu, Nia melambaikan sebuah amplop di tangannya.


“Cuma bercanda. Ini cuma untuk fan service. Ini upahmu.”


Lalu, Nia memberikan amplop itu kepada Shidou, tetapi sesuatu muncul di benak Nia.


Setelah itu, senyuman jahil muncul di wajah Nia, ia menarik bagian dada dari pakaian Maid nya, lalu menaruh amplop itu ditengah-tengah dadanya.


“Jaid, bocah. Ini upahmu.”


“Tu………….Apa yang kau lakukan!?”


“Tak apa~, tak apa~, lihat-lihat, ambillah!”


Setelah mengatakan itu, Nia merapatkan bahunya untuk memperbesar ukuran dadanya.


Lalu *Slip*, amplopnya terselip dan jatuh melewati roknya.


“……………….”


“Ah…………..”


Shidou berbicara dengan suara kecil, Nia sangat terkejut hingga ia terjatuh di atas tempat ia tengah berdiri.


“Kuh………..Apakah memiliki dada kecil memanglah suatu kejahatan……………!?”


“……………….Err, aku harus pulang ke rumah sekarang.”


Shidou pamit pulang sembari berkeringat dingin, ia mulai mempersiapkan barang-barangnya sebelum pulang. Entah mengapa, kalau ia membiarkan ini terus berlanjut, maka ia tidak akan pernah bisa pulang ke rumahnya lagi.


“Eh? Bagaimana dengan upahmu?”


“Tidak apa, aku tidak membutuhkannya. Lagipula aku juga jadi mendapatkan pengalaman yang berharga.”


“Eeh~, Kau tidak boleh begitu~. Lihat, belilah lebih banyak makanan lezat dengan uang ini.”


“Justru seharusnya Nialah yang membeli makanan untuk dimakan, terlepas dari makanan itu enak ataupun tidak”


Shidou mengatakan itu dengan mata setengah tertutup. Nia nampak terkejut mendengarnya.


“Uwah, aku tidak menduga yang satu ini.”


“Aku tidak bermaksud apapun………Sampai jumpa. Lain kali, jangan pingsan di tengah jalan lagi.”


Lalu, Shidou melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan kamar itu. Nia yang tidak tahu harus berbuat apa mulai menarik baju Shidou.


“Tu-Tu-Tu-Tunggu sebentar. Aku merasa itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan begini saja.”


“Meskipun kau bilang begitu……….”


Shidou nampak kebingungan. Lalu Nia menepukkan tangannya.


“Ah, bagaimana kalau begini. Bocah, apa kau senggang Sabtu ini?”


“Ng………..? Kenapa mendadak.”


“Aku akan memiliki satu hari penuh liburan setelah menyelesaikan skrip ini. Ayo kita berkencan. Aah, tentu saja akulah yang akan membayar semuanya.”


“EH………….?”


Setelah mendengar kata-kata yang tak terduga, mata Shidou terbelalak. Siapa yang menyangka, ia tidak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan tawaran seperti itu.


“Ah, tapi sebagai gantinya, biarkan aku yang memutuskan lokasinya. Karena aku tidak mendapatkan kesempatan untuk pergi berbelanja akhir-akhir ini, aku ingin pergi ke Akiba~”


Dengan nada riang, Nia tersenyum. Shidou menghela napas dan menggaruk kepalanya.


“……………Itu, apa kau mengatakan kalau kau ingin aku membawakan semua belanjaanmu?”


“Giku!?”


Nia menunjukkan ekspresi terkejut yang berlebih dan terdiam untuk sesaat. Ini pertamakalinya Shidou mendengar kata “Giku” keluar dari mulut seseorang.


“Haa…………Maaf, tapi bisakah kau ajak orang lain saja? Bagaimana kalau mengajak temanmu saja?”


Setelah mengatakan itu, wajah Nia langsung menjadi muram.


Tapi ia segera kembali kepada dirinya yang ceria dan menggelengkan kepalanya.


“Tidak………….Haha. Itu karena aku tidak punya teman sama sekali~”


Setelah mengatakan semua itu, Nia mengernyitkan alisnya.


“—Tapi apa benar kau tidak masalah dengan itu?”


“Eh?”


Untuk beberapa alasan, terdapat maksud tersembunyi dibalik kata-kata tersebut, Shidou mengernyitkan alisnya. Lalu, Nia mengangkat ujung dari bibirnya dan kembali berkata.


“—Bukankah itu sudah menjadi tugasmu untuk membuat roh jatuh cinta padamu, bocah? Bukan………Itsuka Shidou-kun?”


“Hah?”


Untuk sesaat, Shidou tidak dapat mengerti apa yang Nia katakan, lalu Shidou mengeluarkan suara yang menggelikan.
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded