Bab 03: Baiklah, Kalau Begitu 2D Adalah Apa Yang Kau Butuhkan

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode



“…………………Mustahil. Kenapa hal seperti itu………………?”

Duduk di atas kursi di dalam ruang kendalil bawah tanah milik <Ratatoskr>, Kotori berbisik dengan penuh keputusasaan.

Akan tetapi itu jelas saja. Karena, roh yang menjadi target sendiri telah mendeklarasikan jika ia tidak pernah jatuh cinta pada siapapun kecuali 2D.

“2D…………….Intinya, sesuatu semacam komik atau karakter anime?”

“K-Kurasa begitu………….”

Duduk di tempat yang lebih rendah di ruang kendali, <Presiden> Migimoto berkata demikian sambil berkeringat dingin di dahinya. Suara Shidou terngiang dari speaker yang dipasang di ruang kendali.

“A-Apa yang harus kulakukan………….?”

Saat ini, di atas layar raksasa di ruang kendali, penampakan Shidou dapat terlihat tengah berada di dalam toilet. Supaya bisa berdiskusi dengan ruang kendali, ia menggunakan alasan ingin pergi ke kamar mandi supaya bisa memisahkan diri untuk sementara waktu dari Nia, yang masih berada di dalam toko hamburger.

………………Yah, walau Nia dapat mengetahui apa yang mereka bicarakan jika ia memang menginginkannya, tapi tidak ada pertanda jika ia akan mengeluarkan <Raziel> untuk saat ini.

Meski, itulah alasan mengapa mereka harus memikirkan sesuatu untuk mengubah situasi. Kotoripun memegangi dagunya.

“Yah, walau kau bertanya padaku…………..Meskipun kebencian Miku terhadap lelaki juga sangat menyusahkan, tapi untuk yang satu ini aku sudah kehabisan akal……………”

Merespon perkataan Kotori, Nakatsugawa angkat bicara.

“Tetapi, di zaman sekarang terdapat banyak remaja yang juga memiliki situasi yang sama. Mereka semua menyukai karakter dari anime dan komik. Yaah, semua karakter itu memang dibuat dengan tujuan supaya bisa dicintai oleh para pembaca dan penonton, yang artinya mereka memiliki kepribadian yang ideal. Terlebih, mereka semua cantik dan juga tampan. Dengan standar seperti itu, tentu saja akan ada perbedaan besar bila dibandingkan dengan manusia sungguhan.”

“Kau benar-benar tahu banyak soal itu, ya………………….”

Kotori berkomentar dengan mata setengah terbuka. Itu mengingatkan dirinya akan gelar kedua Nakatsugawa sebagai <Penghancur Dimensi>. Nyatanya, ia adalah master percintaan yang memiliki 100 pengantin.

Akan tetapi, Nakatsugawa berkata *Tch, tch* sembari menggelengkan jarinya.

“Komandan, aku jua tidak keberatan dengan pengisi suara.”

“…………….Aah, tentu.”

Kotori agak terkejut sambil menghela napas.

Tapi, terdapat beberapa hal yang tepat di dalam pendapat tersebut. Membuat wajah yang rumit, Kotori melanjutkan.

“Perbedaan antara kenyataan, ya……………..Tapi, kalau begitu, bukankah itu artinya siapapun tidak masalah selama mereka 2D?”

“Tentu saja! Semua pengantinku tercinta juga dipilih berdasarkan pengalamanku yang telah menjalani hidup sebagai Otaku selama lebih dari 20 tahun, dan mereka semua adalah gadis yang cantik!”

“Baiklah, baiklah. Kita kesampingkan yang satu itu.Nia juga memiliki ketertarikan terhadap karakter, kan? Pastinya, tadi ia mengatakan sesuatu mengenai karakter yang ia sukai, bukan begitu?”

“Aku yakin dia adalah Tokiya dari [CHRONICLE]. Ia memiliki kepribadian yang tenang dan tipe karakter yang populer di kalangan wanita!”

“Fuun…………..Aku mengerti. Intinya, Nia bisa mencintai karakter itu, kan?”

Setelah mengatakan itu, Kotori membuat suara “Hihihi” setelah tersenyum licik.

“………………………Hah?”

Di sisi lain, Shidou dapat terlihat di layar monitor, ia berkeringat dingin karena entah bagaimana ia dapat merasakan sesuatu yang buruk di sebelah sana.

“Ng~………………”

Nia tengah duduk-duduk di dalam toko hamburger, ia menarik sedotan dari gelas jus kosong ke atas dan ke bawah.

Ia telah selesai memakan hamburger begitu juga dengan kentangnya, dan karena perutnya sudah kenyang, harusnya mereka pergi dari toko itu sekarang juga, tetapi………………20 menit telah berlalu semenjak Shidou pergi ke toilet. Nia sudah merasa sangat lelah menunggunya walau hanya sebentar lagi.

“Ng~, bukannya aku tertarik untuk mengomentari keadaan fisik orang lain, tapi ini agak terlalu lama~. Apa saat ini ia tengah membetulkan makeup atau semacamnya?”

Berkata kepada dirinya sendiri, Nia mengadukkan sedotan di tangannya seperti sebelumya,. -----------Kemudian ia mengingat sesuatu dengan segera.

“Tidak…………….Aku paham. Mungkin saat ini ia sedang berdiskusi dengan ruang kendali?”

Yah, kalau itu masalahnya, maka Nia tidak bisa protes. Bagaimanapun, Nialah yang telah melemparkan bom berbahaya kepada Shidou dan yang lainnya barusan.

“………………Tidak bagus. Sepertinya aku telah melakukan hal buruk------“

Sejak awal, Nia sudah tahu jika ia tidak akan bisa mencintai manusia sungguhan sama sekali. Melihat itu, Nia merasa bersalah atas kelakuannya kepada Shidou.

Meskipun, apa yang dikatakannya barusan kepada Shidou bukanlah kebohongan.

Sebenarnya, Nai tidak keberatan kehilangan kekuatan roh nya. Jika memungkinkan, ia ingin agar kekuatannya dapat tersegel.

Maka dari itulah, ia merencanakan pertemuan dengan seorang anak lelaki yang dapat menyegel kekuatan roh dengan cara membuat mereka jatuh cinta padanya dan mencium mereka---------Shidou.

Mungkin jika itu Shidou, Nia mengira dirinya akan bisa membuka hatinya kepada Shidou.

Akan tetapi, hasilnya tidak berubah sedikitpun.

Bukan berarti ia tidak menyukai Shidou atau semacamnya. Malahan, ia sungguh berterimakasih pada Shidou karena telah membantunya kabur dari pesawat DEM dengan menembaknya jatuh waktu itu, lagipula kencan hari ini juga menyenangkan.

Tetapi…………….Itu tetap percuma. Nia tidak dapat membuka dirinya pada orang lain.

“Tidak perduli seberapa baik orang itu, selama mereka manusia 3D………….Aku tidak bisa menerima mereka.”

Nia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Sesuai dugaan, tidak ada cara lain.

Lalu, di sebelah sana, terdapat pertanda seseorang datang dari arah belakang Nia. Nampaknya, Shidou telah kembali dari toilet.

“Aah, kau sudah kembali, bocah. Kalau begitu, ayo pergi—“

Kemudian,

Begitu Nia menoleh, sesaat, tubuhnya langsung membatu.

“Eh…………….?”

Yang berdiri di sana bukanlah orang yang ia kira sebelumnya. Malahan, orang itu mengenakan mantel compang-camping di tubuhnya, dan dahi serta tangannya dibalut oleh perban. Sebagai tambahan, terdapat sebuah pedang menggantung di pinggangnya. Dia adalah pria yang gayanya nampak seperti pengelana yang liar.

Ia memiliki rambut panjang dan terlihat kotor. -----------Tidak salah lagi. Dia adalah…………..”

“T-Tokiya………..?”

Tercengang, Nia mengeluarkan suara dengan nada terkejut.

Itu benar. Seseorang yang tengah berdiri di hadapan Nia adalah cinta pertamanya. Pria itu adaah Tokiya dari [CHRONICLE].

“……………………”

Shidou berdiri di hadapan Nia, seolah mencoba menghilangkan rasa tegangnya. Ia kesulitan untuk membuat ekspresi wajah yang luar biasa tenang.

Walau kenyataannya, hati Shidou berdetak sangat kencang seolah itu akan meledak.

Itu benar. Pakaian Shidou saat ini adalah sesuatu yang tidak akan kau lihat diluar acara semacam Anime Convention. Meskipun mereka tengah berada di Akihabara, hal seperti masih nampak aneh. Semua pengunjung di toko mulai melihat kearah Shidou karena penasaran.

Shidou menoleh ke arah Nia, ia menatap Shidou dengan ekspresi tercengang.

“---------------Jangan menghalangiku, wanita.”

Dengan nada rendah, Shidou mencoba meniru Tokiya dari [CHRONICLE] dengan cara berbicara seperti dia berdasarkan apa yang Shidou ingat mengenai karakter itu.

Setelah itu, Shidou berjalan ke arah Nia lalu duduk di sampingnya.

Bahu Nia bergetar, ia membetulkan posisi kacamatanya dan menatap ke wajah Shidou.

“T-Tokiya……………..? Kenapa………………”

Kemudian, mata Nia terbelalak seolah baru saja menyadari sesuatu.

“………………..Eh, bocah?”

“Apa yang kau bicarakan? Kau sama sekali tidak punya hak untuk memanggilku bocah.”

“………………..!”

Shidou melontarkan tatapan dingin kepada Nia sembari berkata demikian, Nia agak terkejut. Pipinya merona merah.

Beberapa saat kemudian, sebuah suara bordering dari income di telinga Shidou.

“I-Ini…………….!”

“Ada apa?”

“Apa!? Nilai kepuasan Nia-chan meningkat!”

“Level ketertarikannya meningkat, meskipun hanya sedikit!”

“………………….”

Entah mengapa, rencananya berjalan dengan lancar. Shidou merasa lega tanpa menunjukkan itu di wajahnya.

“Hoo~………………..Hee~……………….”

Niapun menatap Shidou dengan seksama dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Iapun mengangguk dan membuat pose seolah ia adalah seorang kritikus seni yang tengah menatap ke arah sebuah lukisan.

“Menakjubkan…………….Bukankah kualitasnya sangat bagus? Itu sungguh berbeda dengan kostum kualitas rendah. Hingga saat ini, aku telah melihat beragam kostum Tokiya, tapi aku belum pernah melihat seseorang yang mengenakan kualitas yang sebagus ini.”

Kemudian, Nia menarik lengan mantel tersebut dan memerah karena kegirangan………..Sejujurnya, Shidou tidak yakin apakah Nia sebetulnya merasa tertarik kepada dirinya atau hanya mengagumi kostumnya saja.

Walau, karena level ketertarikannya telah meningkat, Shidou harus melanjutkan rencananya. Shidou membuang mukanya dan menepis tangan Nia dari mantelnya.

“Kau menyebalkan, wanita.”

“Haa………………”

Shidou mengatakannya dengan kasar, Nia membungkuk sementara wajahnya makin memerah.

“Level ketertarikannya meningkat lagi…………….!”

“Dengan level seperti ini…………Dia bisa melakukannya!”

Dari intercom, Shidou dapat mendengar teriakan keras dari suara para anggota kru.

Shidou mencoba sebaik mungkin untuk berbicara semirip mungkin dengan Tokiya…………..Entah bagaimana, hal itu berhasil menyentuh hati Nia. Untuk beberapa alasan, Nia tidak bisa tenang. Nia mulai membetulkan rambutnya yang berantakan.

Saat itu juga, dari intercom Shidou, suara alarm berdering.

“Shidou, sudah saatnya! Level ketertarikannya telah mencapai zona aman untuk melakukan penyegelan! Jangan sampai kehilangan kesempatan ini!”

“…………………..!”

Tubuh Shidou membeku begitu mendengar perkataan Kotori.

Jangan kehilangan kesempatan----------Ini artinya, sekarang adalah saat yang tepat untuk menciumnya.

Meskipun saat ini mereka tengah berada di tempat umum…………..Jika Shidou kehilangan kesempatan bagus ini, ia tidak tahu kapan kesempatan seperti ini akan ada lagi.

Shidou pun membulatkan tekadnya. Hatinya berdetak kencang tapi ia tidak boleh menunjukkan itu di wajahnya. Perlahan, ia mengubah posisi tubuhnya sembari menatap Nia.

“Eh………….? Ada apa?”

“Diamlah.”

Mendengar perintah Shidou, Nia menutup mulutnya dengan patuh.

Shidou menaruh tangannya di pundak Nia, sementara tangan lainnya memegangi dagu Nia.

Setelah itu, dengan perlahan Shidou mendekatkan bibirnya kepada bibir Nia.

Walaupun itu bukan cara yang tepat untuk melakukannya, tapi ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan supaya bisa menyegel kekuatan roh nya.

-------------Tetapi,

“…………………Tunggu.”

Bibir Shidou berhenti tepat di dekat bibir Nia.

Nia mengeluarkan suara dingin yang terdengar berbeda dengan nada penuh antusias yang ia miliki hingga saat ini.

Kemudian, sebuah alarm yang menandakan keadaan mental yang memburuk mulai berdering *Bii! Bii!*.

“Shidou, level ketertarikannya menurun dengan luar biasa cepat!”

“…………….Eh?”

Tanpa sadar Shidou berbicara dengan cara biasa, kemudian Nia mendorong dirinya dari bahu Shidou.

Setelah itu, “-------Haa* Nia menghela napas berat selagi menarik rambutnya sendiri.

“Hey……………Apa yang telah kau lakukan?”

“Huh? Apa yang……………”

“Tokiya tidak akan pernah menyentuh seorang wanita, kau tahu! Berpikirlah dengan akal sehat! Tokiya saat ini tengah melakukan perjalanan tanpa arah dengan tujuan untuk mengejar musuh yang telah membunuh adik perempuannya yang juga menjadi kekasihnya, Hibari!? Di tengah perjalanannya yang penuh kesepian, iapun berjumpa dengan Ryougo, Kotetsu dan yang lainnya. Melalui pertarungan dengan mereka, Tokiya mulai memahami arti dari persahabatan!”

Nia berteriak seolah ia adalah orang yang berbeda. Shidou merasa dikuasai oleh Nia dan terdorong ke kursi.

“Pada dasarnya aku tidak keberatan dengan Toki x Ryou! Tapi Toki x Ko juga berhasil! Jika dengan wanita, itu hanya Ok dengan Hibari jika itu di dalam dunia mimpi atau berupa ingatan masa lalu! Tidak ada tempat bagiku untuk masuk ke dalam dunia yang indah itu! Aku tidak apa hanya dengan menjadi seorang penonton! Aku seorang pengamat penyendiri! Malahan, aku tidak keberatan menjadi sebuah dinding!”

“O-Oi, tenanglah, Nia……………..”

Shidou mencoba menenangkannya, tetapi Nia melontarkan tatapan tajam kepadanya.

“Tokiya tidak akan pernah mengatakan itu!”

“Uwaaa……………!”

“--------------Kalau kau ingin aku jatuh cinta padamu, maka kau harus menjadi 2D dulu!”

Bokong Shidou ditendang oleh Nia, melemparkan ia dari dalam toko hamburger.



“………………..Intinya, itu tidak baik sama sekali.”

Shidou telah kembali dari Akihabara.

Shidou berkata demikian dengan napas terengah-engah, seluruh wajah dan tubuhnya dibalut oleh plester.

Ngomong-ngomong, setelah itu Nia, yang tidak dapat menerima karakternya yang tercinta dihina seperti itu, meninggalkan toko dengan amarah lalu kembali ke rumahnya seorang diri. ---------Tentunya, ia ikut membawa serta kopernya yang dipenuhi oleh barang-barang dan buku-buku yang ia beli.

Sekarang ini, Shidou tengah berada di dalam ruang kendali fasilitas bawah tanah <Ratatoskr>. Di depan layar monitor raksasa, tengah ditatap oleh Kotori dan dibawah sana terdapat kru <Fraxinus> yang tengah duduk-duduk.

“Ara ara……………Kau lumayan babak-belur juga, ya?”

“Dan memangnya kau pikir itu salah siapa!? Siapa!?”

Shidou mengatakan itu dengan mata setengah terbuka, Kotori bersikap masa bodoh sambil berkata “Ya ampun.”

“Kita tidak berdaya soal itu kan? Karena di sendiri telah mendeklarasikan jika ia hanya menyukai 2D, apa yang bisa kita lakukan jadi terbatas. Selain itu--------Meskipun akhirnya kita gagal, setidaknya level ketertarikannya sempat meningkat untuk sementara. Ini adalah data penting.”

“Meskipun kau bilang begitu, level ketertarikan itu muncul karena dia berhadapan dengan Tokiya, kan? Kita tidak bisa menggunakan metode yang sama lagi, jadi itu tidak ada gunanya…………”

“………………..Tidak.”

Menyanggah pernyataan Shidou, Reine angkat bicara selagi ia duduk di kursi bawah dari ruang kendali.

“……………..Itu tidak begitu tepat. Dari hasil ini, menandakan bahwa meskipun karakter yang ia cintai berubah menjadi 3D, level ketertarikannya terhadap karakter itu akan tetap sama.”

“A-AKu mengerti……….Tapi, bukankah hasilnya akan sama saja? Tidak perduli seberapa banyak aku mencoba untuk tetap tenang, aku tidak memiliki kepercayaan diri kalau aku dapat bertingkah semirip itu dengan karakter yang ia sukai hingga ke level dimana itu dapat meyakinkan Nia. Meskipun aku bisa menyegelnya dengan cara seperti itu, apa yang akan terjadi selanjutnya mungkin lebih menakutkan lagi………”

Wajah Shidou memucat. Itulah yang menjadi pusat perhatian Shidou.

Pada nyatanya, Shidou bukanlah Tokiya. Bagaimanapun juga pastilah terdapat perbedaan muncul di beberapa bagian yang membuat Shidou tidak dapat terus memenuhi standar ideal nya Nia. Jika itu sampai terjadi, kemudian keadaan mental Nia menjadi tidak stabil dan segelnya rusak seketika, maka kekuatannya akan kembali kepadanya.

Akan tetapi, Reine nampaknya memahami apa yang dikhawatirkan oleh Shidou, kemudian iapun melanjutkan.

“……………Ngomong-ngomong, aku punya ide.”

“Ide……………….?”

“Ya.”

Kotori menjawab pertanyaan Shidou. Iapun menunjuk ke arah monitor di depan mereka.

Disana, wujud Nia dapat terlihat dari kamera tersembunyi yang tersambung dengan monitor.

“Mungkin yang Shidou katakan ada benarnya juga. Tidak mungkin kau bisa terus berpura-pura sebagai seorang karater. ----------Tapi, kalau ada seorang karakter yang Shidou bisa mainkan secara sempurna dan bisa ia terus lakukan, maka itu akan lain cerita, kan?”

“Hah…………? Yaah, kalaupun itu benar……….Tidak mungkin karakter semacam itu benar ada.”

“Lihat saja nanti. Itu akan segera tiba.”

“Tiba?”

Shidou bertanya, Kotori pun tersenyum licik.

“……………….Ah~”


Nia tengah berada di dalam kamar mansion miliknya. Ia dikelilingi oleh buku-buku yang bertebaran. Iapun menutup buku komik yang baru saja selesai ia baca, kemudian memeluk buku itu di dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri.

Walaupun ia telah membeli segunung buku seolah ia tengah berada di dalam sebuah acara festival, terdapat hal lain yang terus mengganggu dirinya. Hingga ia tak bisa merasakan nikmatnya membaca buku-buku baru miliknya.

Meski, itu bukan berarti Nia tidak mengetahui apa yang terus mengganggu dirinya.

Itu benar. Anak lelaki itu………….Itsuka Shidou.

“Ng~…………………..”

Niapun menempatkan komik tersebut di atas tumpukan buku tepat di samping tempat tidurnya, lalu ia memeluk bantalnya.

“…………………Sudah kuduga, bukan pilihan tepat untuk pulang seorang diri.”

Setelah ia mengingat hal tersebut, Nia menggelengkan tubuhnya.

Nia, begitu melihat Shidou yang berdandan mirip Tokiya, tetapi malah bertingkah tidak seperti Tokiya, telah membuatnya merasa marah…………….Tapi jika dipikir baik-baik, Nia bahkan telah mengatakan banyak hal yang kejam. Sebagai seseorang yang lebih tua, harusnya ia menunjukkan reaksi yang lebih dewasa lagi. Lagipula, Shidou melakukan hal itu bukan untuk mempermainkan Nia.

Niapun menghela napas, ia menyentuh bibirnya dengan menggunakan jari telunjuknya.

“………………..Mungkin harusnya aku membiarkannya menciumku. -----------Tapi, jika aku tidak bisa membuka hatiku padanya, maka ia tidak akan bisa menyegel kekuatanku dan itu akan sia-sia saja………”

Lalu, Nia memeluk bantalnya semakin erat.

Meskipun Nia tidak mencari tahu bagaimana <Ratatoskr> memperhitungkan level ketertarikannya, tapi nilai milik Nia pastilah tidak mencapai level dimana penyegelan bisa dilakukan.

Benar. Nia tidak dapat membuka hatinya untuk manusia 3D.

“Ah~ Ya ampun~ Apa yang harus kulakukan~? Beritahu aku, Rasielmon~!”

Nia menendangkan kakinya dan terus bertanya. Tapi tentu saja, tidak ada seorangpun di sekitarnya untuk menjawab pertanyaannya.

<Raziel> adalah Angel yang serba tahu. Akan tetapi, itu tidak dapat memberitahukan Nia apa yang harus ia lakukan.

“……………………….”

Nia menatap ke langit-langit dan perlahan mengangkat tangan kirinya ke atas.

Nia memberikan perintah di dalam pikirannya supaya <Raziel> segera muncul di udara. Setelah itu iapun membuka sampul depannya, lalu Nia akan dapat mengetahui informasi apapun yang ia ingin ketahui.

Contohnya----------Benar. Apa yang Shidou lakukan saat ini?

“……………………”

Untuk sesaat, Nia menghela napas lagi dan menarik kembali tangannya.

Alasannya sederhana saja. *Ting-Tong*, intercom kamarnya berbunyi.

“…………….Siapa itu?”

Perlahan Nia terbangun, dan mulai berjalan menuju layar intercom.

Niapun menekan tombol call dan mulai berbicara.

“Ya-ya~, siapa itu?”

“Permisi, saya adalah tukang pos. Saya mengantarkan sebuah paket yang ditujukan untuk Nn. Honjou Nia.”

“Sebuah paket?”

Nia memiringkan kepalanya dan berpikir. Tetapi, ia tidak tahu apakah itu.

“Apa ini……………….Yaah, baiklah, silahkan bawa masuk.”

“Mengerti.”

Nia menekan tombol pada interphone dan membuka kunci otomatisnya.

Tidak lama kemudian, lonceng yang tergantung di depan pintu pun berdering.

“Baiklah-baiklah……………..”

Ketika pintunya terbuka, sang tukan pos, yang mengenakan topi hingga menutupi kedua matanya, masuk dengan membawa paket di tangannya.

“Tolong stamp di sebelah sini dan ditandatangani.”

“Baiklah, tanda tangan……………Oke.”

“Terimakasih banyak. Saya mohon undur diri.”

Sang tukang pos itu membungkuk pada Nia kemudian meninggalkan kamar Nia.

Niapun kembali menutup pintu yang terbuka tadi. Ia membuka bungkusan paket tersebut. Lalu, dari dalam paket terdapat satu set game dengan gambar seorang lelaki tampan diatasnya. Sebuah pesan tertulis di atas secarik kertas tipis.

“Ng………………? Apa ini-apa ini? Dengan penuh rasa terimakasih, kami mempersembahkan edisi spesial dari game PC terbaru milik kami……………..?”

Nia menggaruk kepalanya. Kalau dipikir-pikir, dulu ia pernah mengirimkan beberapa survey dari beberapa perusahaan sebanyak beberapa kali. Mungkin ini ada hubungannya dengan itu.

“……………Yah, tak apalah. Kalau mereka mengirimkanku sesuatu, maka aku akan menerimanya. Karena mood ku sekarang sungguh buruk, mungkin aku harus mencobanya?”

Nia berjalan menyusuri lorong menuju ke ruang kerja, ia menghidupkan komputernya dan memasukkan disk-nya. Lalu instalasi pun segera dimulai, pada akhirnya awalan game-pun nampak di atas layar.

“[Cintai Aku Shido Kecilku ~Versi Gadis~]? Fuun…………Mungkin ini game Otome bertema anak SMU?”

Nia mengoperasikan mouse-nya dan menekan tombol [START].

Kemudian, layar untuk memasukkan nama tokoh utamanya pun muncul.

“Ng~, tidak ada nama default-nya ya? Kalau begitu, Nia saja.”

Nia memasukkan nama aslinya, lalu game pun dimulai.

Tokoh utamanya adalah seorang murid kelas 2 SMU yang baru saja pindah sekolah. Mulai dari sini, Nia akan berjumpa dengan karakter lainnya, kemudian ia akan jatuh cinta dengan seseorang disini.

Meskipun pada dasarnya Nia menyukai komik, tetapi ia juga suka bermain game. Khususnya, game simulasi percintaan yang dibuat untuk perempuan seperti yang satu ini. Bagi Nia yang tidak bisa mencintai manusia 3D, ia merasa sangat bersyukur dengan keberadaan game semacam itu. Lagipula, hanya dengan meng-klik saja, seorang pria tampan akan datang dan jatuh cinta kepadanya. Nia juga seorang gadis. Itu tidak seperti Nia tidak ingin jatuh cinta. Malahan, ia juga ingin bisa merasakan *Dag-Dig-Dug*.

“Huhu, dilihat dari kosntruksinya sepertinya ini game simulasi orthodox. Kurasa ini terserah pada karakter utamanya.”

Nia terus meng-klik dan melanjutkan perbincangannya.

Kemudian, sang tokoh utama Nia berbicara dengan teman sekelasnya. Seorang anak lelaki yang nampak lembut, berhawa sejuk dan berpenampilan netral. Namanya adalah----------Itsuki Shidou.

“……………Ng?”

Nia memiringkan kepalanya. Entah mengapa sepertinya karakter ini terlihat mirip dengan seorang anak lelaki yang bersamanya tadi.

“………………..Yah, mungkin Cuma imajinasiku saja.”

Lalu, Nia terus meng-klik untuk berinteraksi dengan Itsuki-kun.

“Haha…………….Nia sungguh gadis yang menarik.”

“Uwaa!?”

Begitu mendengar suaranya, mata Nia terbelalak.

Benar. Saat ini, karakter ini barusan memanggil “Nia” dengan sangat natural.

Memang benar, beberapa saat yang lalu, ia mengetikkan Nia sebagai nama tokoh utamanya. Walau dalam hal game semacam itu yang dapat mengucapkan nama tokoh utamanya, terdapat banyak sekali game yang menggunakan kombinasi rekaman kata-kata untuk pengucapannya………...Selain itu, biasanya pengucapan dalam game itu terasa sangat menyedihkan.

“Heh~! Luar biasa~! Baru sebentar aku tidak mengikutinya dan teknologi telah menjadi semaju ini!”

Hanya dengan itu, rasa ketertarikan Nia terhadap karakter itu meningkat. Ia melanjutkan perbincangan dengan Itsuki-kun.

Setelah itu musiknya berbunyi *Jreeng!*, peritah terakhirnya adalah untuk memutuskan kencannya. Itsuki-kun kemudian bertanya “Kemana kau ingin pergi?”

Kemudian,

“……………..Apa!?”

Normalnya pada saat seperti ini akan muncul beberapa pilihan, tetapi…………..Di game ini tidak ada sama sekali.

Tertera di atas layar, terdapat sebuah kalimat yang bertuliskan ”Silahkan ketik kencan yang kau inginkan”

“Bodoh sekali……………Apa itu artinya aku harus mengetiknya dengan menggunakan keyboard ku!? Itu mustahil………….”

Meskipun ia meragukannya, Nia mulai mengetik tombol keyboard.

“[Aku ingin membeli doujin terbaru di Akiba]”

Kemudian, Nia menekan tombol Enter seolah berkata apakah itu memang bisa meresponnya.

Lalu, Itsuki-kun tersenyum lembut.

“Jadi, membeli doujin di Akiba, ya? Haha, itu memang Nia sekali. Tentu saja itu tidak masalah. ------Ah, tapi karena kita masih murid SMU, tidak boleh beli buku yang aneh-aneh, ya?”

“Uooooooooooooooh!?”

Begitu melihat reaksinya, Nia langsung terperanjat dari kursinya.

Siapa sangka hanya dengan perintah sederhana begitu, Itsuki-kun dapat berinteraksi dengan Nia senatural ini? Sebenarnya inovasi macam apa yang telah diciptakan?

Niapun berkata “Kekuatan tekhnologi sungguh mengagumkan----------!”, kemudian ia melanjutkan ceritanya dengan terus meng-klik.

“-------------Hee, aku paham. Jadi Nia menyukai buku yang seperti ini, ya? ……………Tidak? Aku tidak keberatan sih. Kalau kau bisa menikmati sesuatu sampai seperti itu, bukankah itu hal yang indah?”

Di dalam fasilitas bawah tanah <Ratatoskr>, Shidou mengucapkan setiap kalimat yang muncul di atas layar sembari mengenakan headphone.

Alur permainannya ditampilkan di atas monitor. Tiap saat, kalimat yang diketik oleh Nia akan muncul di tempat mereka dan Shidou akan memberikan jawaban real-time.

“………………..Hey, ini tidak akan jadi masalah, kan?”

Ketika kalimatnya berhenti sejenak, Shidou mematikan mikrofon lalu menoleh ke arah Kotori yang duduk di belakangnya.

“Ya. Level ketertarikannya meningkat dengan pesat. Setelah Nia merasa cukup puas dengan game-nya, tidaklah masalah bagi Shidou untuk muncul di hadapannya sebagai [Itsuki-kun]. Kali ini, kau tidak usah berpura-pura lagi. Itu semua karena karakter itu adalah Shidou sendiri.”

Berkata demikian, Kotori tersenyum sembari mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Tepat sekali. Inilah recana <Ratatoskr>.

Nia tengah memainkan game buatan <Ratatoskr>. Shidou akan mengisi suara karakter tersebut, jadi Shidou akan dicintai oleh Nia……………Tidak ada percakapan yang rumit.

“Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa membuat game ini? Bukankah mustahil untuk membuat benda seperti itu hanya dalam waktu singkat, kan?”

Setelah Shidou bertanya, Reine menjawab dengan nada suara mengantuk.

“……………..Yaah, hanya untuk jaga-jaga. Persiapkan segalanya dan tidak menyesali apapun, bukan begitu?”

“Aku jadi penasaran apa yang tadinya ingin kau lakukan dengan menggunakan game ini…………”

Shidou menyeringai sembari berkeringat dingin. Lalu, suara Kotori dapat terdengar dari belakang.

“Lihat Shidou, jangan hanya berdiri saja disana. Kalimat berikutnya sudah muncul.”

“Y-Ya.”

Shidou menatap ke arah monitor, iapun mengambil kembali mikrofonnya dan kembali berakting sebagai <Itsuki-kun>.

Di sisi lain layar monitor, mereka menampilkan Nia yang tengah memainkan game tersebut. Sementara di sisi lainnya, terdapat grafik keadaan mental Nia. Aku paham, seperti kata Kotori, semuanya berjalan lancar.

Akan tetapi, Shidou mengatakan itu sambil mengernyitkan alisnya………….Entah mengapa, ia merasa seolah mereka telah melupakan sesuatu yang sangat penting.

“Waah~…………..Game terbaru ini sungguh mengagumkan. Karena ini hanya edisi personal, kurasa aku harus membeli full version-nya setelah game ini release.”

Kemudian, sementara Shidou masih berpikir, Nia di layar nampak sangat puas dan terus tersenyum.

------------Lalu,

“Oh, iya? Kapan tanggal release full versionnya? Selain itu, perusahaan pembuat game ini adalah…………”

Berkata demikian, Nia mengangkat tangan kirinya dan sebuah buku muncul di udara.

“……………..! Ah----------“

Nia menyentuh halaman <Raziel>……………Ekspresi wajahnya menjadi muram seketika.

Perlahan, Nia mengeluarkan suara yang dipenuhi amarah.

“…………………Apa, jadi ini ulah kalian!?”

Nia menghela napas. Ia berdiri dari atas kursi dan berjalan tepat ke arah kamera tersembunyi, Ia melontarkan tatapan penuh amarah ke ruang kendali.

“………………Kau tahu, aku mengerti tujuan kalian melakukan semua ini.Tapi tidakkah kalian pikir kalau ini sudah kelewat batas? Tidak hanya kalian telah menghina Tokiya-ku, tetapi kalian juga telah mempermainkan hati Otome-ku!”

“N-Nia, tidak, ini………”

“Itsuki-kun sebaiknya diam saja!”

“……………….B-Baiklah…………..”

“Ngomong-ngomong, kalau kalian melakukan hal seperti ini lagi mulai dari sekarang, aku tidak akan pernah memaafkan kalian lagi. --------Satu lagi, aku juga butuh privasi. Bisakah kalian mengeluarkan kamera tersembunyi itu dari dalam kamarku? Terlebih, kalian sudah tahu kan apa yang akan terjadi jika kalian melanggarnya lagi?”

Nia mengatakan itu sambil membuang mukanya.


“………………….Semuanya sudah berkumpul, kan? Kurasa aku sudah menjelaskan pada kalian semua keseluruhan ceritanya…………Nampaknya kita sedang menghadapi kesulitan yang berat.”

Kotori menempatkan sikunya di atas meja bundar yang besar. Ia berbicara dengan wajah yang nampak rumit.

Tapi itu wajar saja. Lagipula, ini bukan kali pertamanya gadis dengan kepribadian unik muncul. Akan tetapi, taktik mereka telah gagal dua kali.

“2D……………..Artinya dia hanya akan mencintai sesuatu seperti karakter komik?”

Seorang gadis yang tengah duduk tepat di samping Kotori, ia memiliki gaya rambut pendek yang nampak tomboy, serta wajah yang terlihat mirip dengan boneka. Ia bertanya dengan nada tidak percaya. Dia adalah seorang roh yang kekuatannya baru disegel oleh Shidou akhir-akhir ini: Tobiichi Origami.

Tidak hanya Origami saja. Saat ini di dalam fasilitas bawah tanah <Ratatoskr>, bersama dengan anggota <Fraxinus> yang lain dan juga Shidou, semua roh yang telah disegel oleh Shidou berkumpul di sana: Tohka, Yoshino, Natsumi dan Yamai bersaudari.

Walaupun sebenarnya Kotori tidak ingn melibatkan gadis lainnya dalam penangkapan roh yang baru, tetapi……………Begitu menghadapi seorang roh yang tipenya belum pernah mereka tangani sebelumya, Kotori berakhir dengan meminta saran dari yang lainnya juga.

Kotori juga sama seperti semua roh lainnya yang ada di sini. Kekuatannya juga telah disegel oleh Shidou. Kotori pikir mereka dapat memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang mereka bagi.

“Mungkin……………”

Kotori menjawab Origami dengan wajah pucat, lalu kemudian seorang gadis tinggi yang tengah duduk di sebelah kanan melontarkan komentarnya.

“Ah~, aku paham~. Aku juga punya seorang teman sesama idola yang mirip seperti Nia.”

Miku, seorang gadis yang memiliki rambut panjang berwarna indigo, mengangkat jari telunjuknya sembari berkata demikian.


-------------Gadis ini juga sama, seorang roh. Ia adalah seorang idola nasional yang kepopulerannya tengah menanjak: Izayoi Miku. Meskipun ia tidak memiliki waktu luang bahkan setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, tapi ia tetap datang setelah Kotori menghubunginya.


“cinta pertamaku adalah Sieg-sama~, itulah yang ia katakan. Ah, ngomong-ngomong Sieg-sama adalah salah satu karakter anime. Tapi itu semua cuma image buatan. Supaya dia bisa menjadi dekat dengan para fans-nya, ia memilih untuk memiliki hobi yang sama dengan para fans-nya. Yaah, sebenarnya gadis itu sudah punya pacar, sih~”

Berkata demikian, Mikupun tertawa “Ahaha”.

“…………………Tidak apa jika Nia sama seperti idola itu…………….Tapi kalau dilihat dari nilainya, kurasa ia tidak berbohong.”

Kotori mengatakan itu dengan wajah lesu, Miku berkata “Ya ampun” dengan mata terbelalak.

Sementara di sisi lain, Kaguya berkata “Muu”.

“Fun, jadi Honjou Souji sebenarnya seorang wanita…………….Dia telah sukses menipu penglihatanku.”

“Ah, jadi Kaguya juga mengetahui dia?”

Menjawab pertanyaan Shidou, Kaguya mengangguk.

“Tentu saja. Bahkan anak-anak badai seperti kami memiliki ketertarikan dalam hal seperti ini.”

“Informasi. Kaguya lebih banyak memilih untuk membaca komik Shounen, tapi dia juga membeli komik porno dengan menyembunyikannya diantara komik pertarungan dan komik olah raga.”

“Tunggu sebentar Yuzuru!”

Yuzuru berbicara seolah tengah berbisik karena tangan Kaguya menutupi mulutnya. Wajah Kaguya memerah selagi ia berteriak.


“Jangan mengatakan hal yang tidak penting!? Ngomong-ngomong, kau juga sama saja! Bukankah komik Shoujo yang sering Yuzuru baca memiliki lebih banyak adegan porno nya!?”


“Pertanyaan. Bisakah kau jelaskan adegan porno yang seperti apa? Tolong jelaskan semuanya beserta contoh detailnya.”


“I-Itu…………..Seorang pria dan wanita di atas kasur…………..”


“Pengulangan. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Tolong katakan sekali lagi.”


“U-Ugu…………Muu…………….”


Wajah Kaguya semakin memerah sementara ia membuat wajah yang nampak frustasi.


Begiru melihat aksi kedua gadis itu, Kotori menepukkan tangannya.


“Sudah-sudah. Walaupun bagus kalau kalian akur begitu, tapi ayo lanjutkan lagi nanti. ---------Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana cara menangkap Nia.”


Begitu Kotori berkata demikian, semua orang menatap ke arah meja bundar dan sibuk berpikir.


Beberapa saat kemudian, Yoshino mengangkat tangannya secara perlahan.


“Uhm……………Apa boleh aku ikut bicara?”


“Ya, tentu saja.”


“Itu………….Mungkin, cara supaya bisa akrab dengan Nia-san adalah dengan memberinya lebih banyak waktu, itulah yang kupikir. Jika kita menghadapinya dengan cara yang tepat, kupikir Nia-san akan dapat mengerti niat baiknya Shidou-san.”


“Yoshino………….”


Setelah Shidou berkata begitu, wajah Yoshino memerah.


Kotoripun mengerang “Muu”, sembari memegangi dagunya.


“Mungkin………….Itulah cara yang paling tepat. Meskipun ia hanya mencintai mahluk 2D, jika kita terus mendekatinya dengan penuh ketulusan, potensi kalau Nia akan membuka hatinya bukanlah mustahil.”


“Lalu, rencananya berubah kepada pendekatan jarak panjang?”


Shidou bertanya sebagai respon atas perkataan Kotori.


“Kemungkinan terburuk adalah jika memang tidak ada cara lain untuk melakukannya………….Pada akhirnya itulah satu-satunya cara yang tersisa. Sementara kita harus melakukannya dengan penuh kehati-hatian, jika DEM sampai mencium keberadaannya, maka tidak ada jaminan jika Nia akan aman. Jadi kita juga tidak bisa melakukannya terlalu lambat.”


“M-Maaf………..”


Setelah Kotori berkata demikian, Yoshino membungkuk untuk meminta maaf. Kotori meggelengkan kepalanya.


“Tidak perlu meminta maaf. Sejujurnya, aku juga ingin menggunakan cara itu………..Jika Nia memperhatikan baik-baik, kurasa dia akan menyadari jika Shidou jauh lebih baik daripada semua karakter komik itu.”


Kotori berkata demikian sembari mengalihkan pandangannya sedikit, iapun memutar-mutar stik Chupa-Chups-nya. Entah mengapa setelah mendengar itu, wajah Shidou agak memerah.


Lalu, selanjutnya, Tohka, yang tadinya memiringkan kepalanya sambil melipat tangannya, menoleh ke arah Shidou.


“Hey, Shidou. Kenapa Nia hanya bisa mencintai 2D?”


“Eh? Uhm……..Itu………..”


Walaupun Tohka hanya melontarkan pertanyaan sederhana, tetapi Shidou tak dapat menjawabnya.


Tentunya, itulah akar permasalahannya. Kenapa Nia tidak bisa membuka hatinya pada yang lain selain 2D…………Disisi lain, ia tidak bisa mencintai mausia 3D.


Kotori juga memikirkan pertanyaan yang sama. Sementara memegangi dagunya, iapun berkata.


“Aku juga sedikit penasaran………..Aku akan melakukan beberapa investigasi.”


“Eh? Investigasi?”


“Entah bagaimana, 10 tahun yang lalu Nia pastilah sudah menjadi komikus. Lalu, entah dia adalah manusia sungguhan atau roh asli, ia pasti telah meninggalkan beberapa jejak kehidupannya di dunia ini. Itu akan menjadi petunjuk kita.”


“Aku mengerti……….”


Shidou melipat tangannya sembari berkata demikian. Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kotori.


“Walau………..Itu tidak seperti kita akan selalu dapat menemukan sesuatu. Ngomong-ngomong, kita harus memikirkan suatu rencana khusus.”


Setelah itu, seseorang merespon perkataan Kotori, Natsumi yang tengah duduk tepat di samping Yoshino berkata dengan suara kecil.


“……………..Kalau begitu, bukankah lebih baik jika kita mengikuti saja keinginan orang yang bersangkutan? Bukankah itu permasalahan utamanya?”


“Meskipun memang benar begitu………..Baik taktik cosplay dan taktik game berakhir dengan kegagalan, kau tahu? Walaupun taktik menyamar sebagai perempuan pernah berhasil pada seseorang sebelumnya……..”


Sementara berkata begitu, Kotori menatap Miku. Setelah Miku menyadari tatapannya, ia mentarkan seuah kecupan kepada Kotori. Kotori langsung tersedak melihatnya dan mengalihkan pandangannya.


“……………….Walau itu Shidou, ia tidak bisa melewati batas dimensi. Atau mungkin, kita harus menggunakan road roller atau semacamnya untuk meratakan Shidou?”


“H-Hey…………..”


Sementara Shidou berkeringat dingin, Natsumi mengacungkan jarinya untuk merespon perkataan Kotori.


“……………..Uhm, bagaimana kalau aku menggunakan <Haniel> ku untuk merubah bentuk Shidou buku komik…………”


“Bukankah ide untuk melakukan pendekatan dengan menjadi 2D sudah menggelikan sejak awal!?”


Shidou mengatakan itu sembari berkeringat dingin, Natsumi menggembungkan pipinya.


“………………B-Bukankah sudah jelas jika aku hanya bercanda. Maaf. Walau aku memang bukan tipe yang ahli dalam hal bercanda…………Aku tahu. Aku akan tetap diam saja. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi…………”


Perlahan Natsui terjatuh dari kursinya karena merasa depresi. Shidou berkata di tengah kebingungan.


“T-Tidak, bukan begitu yang kumaksud…………..Maaf.”


“Mu~……………….”


“N-Natsumi-san…………….”


Tetapi, Yoshino yag tengah duduk di samping Natsumi, mengulurkan tangannya dan menarik kembali Natsumi ke kursinya.


“------------Aku mengerti.”


Origami, yang sedari tadi tengah sibuk berpikir, mendadak saja angkat bicara.


“? Ada apa Origami? Apa kau mendapat suatu ide?”


Kotori bertanya, Origami mengangguk.


Lalu kemudian, Origami mengatakan sesuatu yang tak terduga.


“Rencana Natsumi mungkin akan berhasil. Mengenai Shidou yang berubah menjadi sebuah buku.”


Mata Shidou terbelalak begitu mendengar perkataan Origami.


“Eh?T-Tunggu dulu. Meskipun Nia mengatakan jika ia tidak bisa mencintai siapapun selain 2D, tapi itu artinya mengarah kepada karakter komik, bukan buku komiknya itu sendiri, kau tahu? Walaupun aku berubah menjadi sebuah buku………..”


Shidou mengatakannya dengan wajah kebingungan, sementara di sisi lain, Natsumi terus menatapnya.


“……………….Ah, jadi kau mendengarkan kalau Origami yang berbicara…………..Tentu saja begitu. Itu semua jelas karena kualitas otakku berbeda dengan milik Origami. Kekuatan persuasive dari kata-katanya juga jelas akan berbeda pula. Tidak heran. Karena itu memang sudah jelas…………”


“B-Bukan begitu…………”


Melihat ke arah Natsumi, yang langsung merasakan depresi lagi, Shidou kesulitan untuk memberikan penjelasan kepadanya.


Tetapi, seolah tidak memperdulikannya, Origami terus melanjutkan.


“Bukan itu maksudku. Aku tidak mengatakan untuk merubah Shidou menjadi sebuah buku. Malahan, aku mengusulkan untuk membuat sebuah komik dengan [Shidou] sebagai tokoh utamanya.”


“Apa………….!?”


Begitu mendengar usul dari Origami, semua orang yang tengah duduk di dalam ruang pertemuan langsung angkat bicara di saat yang bersamaan. Hanya Tohka, yang tidak bereaksi untuk sesaat, kemudian iapun berkata “Apa……!?” seolah untuk menyelaraskan dengan reaksi yang lainnya.


“Aku paham………..”


Kotori menaruh telapak tangannya di depan mulutnya sembari menunjukkan ekspresi wajah serius.


“Sebuah komik di mana Shidou yang menjadi tokoh utamanya……….Ya? Memang benar kalau yang seperti itu masih bisa disebut karakter 2D juga.”


“H-Hey, hey. Tunggu sebentar. Walaupun itu bisa efektif untuk sementara, tetapi diriku yang ada di dalam komik pastinya akan berbeda dengan diriku yang ada di kehidupan nyata, kan? Bukankah pada akhirnya hasilnya akan sama saja………..?”


Shidou merespon dengan wajah lesu.


Benar. Hanya dengan melihat contoh hari ini saja mereka sudah mengetahui dengan jelas kalau Nia sangatlah tegas dalam hal penampilan karakter favoritnya.


Jika Nia berkata “Shidou tidak akan melakukan hal seperti ini!” atau semacamnya, maka itu akan menjadi krisis identitas bagi Shidou.


Tetapi, seolah menyanggah pernyataan Shidou, Yamai bersaudari mengutarakan pendapat mereka.


“Fufufu, kalau begitu, supaya tidak menyimpang dari kenyataannya, bukankah lebih baik menggambar sesuatu yang nyata saja? ---------Untungnya, ada segunung materi di sekitar Shidou yang bisa dijadikan komik.”


“Persetujuan. Jika kita menggambarkan Shidou seperti itu, maka itu tidak akan sama dengan menipu Nia menggunakan game waktu itu. Seperti yang sudah diduga dari Master Origami. Itu ide brilian.”


“T-Tidak, meski begitu, Nia juga pasti punya kriteria-nya sendiri, kan? Yang lebih penting lagi adalah apakah Nia mau membacanya atau tidak, dan apakah ia akan menyukai karakter yang ada di dalam komik atau tidak………..”


“I-Itu tidak masalah………..!”


Menjawab Shidou, seorang gadis yang memiliki tinggi yang sama dengan Natsumi dan berwajah lembut, Yoshino angkat bicara.


“Y-Yoshino……………..?”


Mata Shidou terbelalak begitu mendengar pernyataan tegas Yoshino, yang terdengar berbeda dari biasanya. Tapi wajah Yoshino menjadi memerah. Ia memegangi tangan kanannya dengan erat dan berkata.


“Shidou-san telah menyelamatkan kita semua……………..Kalu kita menggambar apa yang Shidou-san lakukan hingga saat ini secara nyata, Nia-san akan menyukai Shidou-san juga……..Aku yakin………….!”


“U-Uhm……………..”


Begitu mendengar Yoshino, yang normalnya tidak akan pernah berbicara dengan nada tegas seperti itu, entah mengapa membuat Shidou merasa luar biasa malu. Secara ragu-ragu Shidou berbisik dengan nada tergagap.


Setelah itu, semua kru dan para roh mengutarakan persetujuan mereka terhadap rencana tersebut.


“Dokumentari Shidou-kun, ya? Kalau seperti itu, mungkin akan berhasil………..”


“Tapi, itu juga artinya kita akan menggambar mengenai roh juga, kan? Apa itu tidak masalah?”


“Apa? Bukankah hanya Nia yang akan membacanya, meskipun itu bocor ke pihak luar, semua orang pasti akan berpikir jika itu hanyalah cerita fiktif berlaka.”


“Ooh……………Jadi Shidou akan menjadi sebuah komik? Itu hebat! Aku juga ingin membantu!”


“Kukuku…………….Nampaknya ini waktunya bagi kami Yamai bersaudari untuk meminjamkan kekuatan kami.”


“Persetujuan. Pada kontes ke-39, pertarungan membuat ilustrasi, naskah kami mendapatkan publikasi dengan judul [Ilustrasi Unik Dari Kembar!], dan kami berakhir dengan seri lagi.”


“………………..Kalian berdua benar-benar melakukan segalanya……………”


“H-Hey~…………….”


Shidou angkat bicara dengan tegang, tetapi semua orang nampaknya tidak mendengarkan sama sekali.


Kotori mengepalkan tangannya dan memukul meja untuk menenangkan semua orang.


“-------------Kalau begitu, ayo kita voting. Siapa yang setuju dengan proyek untuk membuat komik tentang Shidou?”


“Ya!”


Merespon pertanyaan Kotori, semua orang mengangkat tangan mereka terkecuali Shidou.


“………………”


Semua orang menatap ke arah Shidou.


“Ukh………….”


Shidou menghela napas, iapun perlahan mengangkat tangannya juga. Semua orang berkata “Waah” kegirangan.


“Baiklah! Semuanya sudah setuju! Ayo segera kerjakan plot-nya—“


Kemudian,


Pada saat Kotori hampir menyelesikan kalimatnya, console yang terpasang di dalam runag pertemuan mulai mengeluarkan suara *Pipipipipi*.


“Eh…………..? Suara apa itu, Kotori?”


Begitu Shidou bertanya, Kotori mengernyitkan alisnya lalu menatap ke arah console.


“Telepon. Tapi, sambungannya berasal dari luar…………? Aku tidak mengenali nomernya, sih………..”


Kotori menekan tombol call sembari berkata demikian.


Setelah itu, suara seorang gadis yang familiar dapat terdengar dari speaker di dalam ruang pertemuan.


“—Hey. Kamu lumayan licik juga ya, bocah.”


“Apa…………….”


Begitu mendengar suara itu, wajah semua orang berubah pucat karena terkejut, dimulai dahulu dari Shidou.


“N-Nia………..?”


Benar. Suara yang terdengar dari speaker tidak salah lagi adalah roh yang tengah menjadi topik utama diskusi di dalam ruang pertemuan.


“Sulit dipercaya! Sirkuit fasilitas bawah tanah ini sudah dienkripsi, bagaimana bisa dengan mudahnya dia—“


Migimoto berteriak, tetapi berhenti di tengah-tengah.


Nampaknya ia telah menyadari sesuatu di tengah perkataannya. Dengan Angel serba tahu <Raziel> yang Nia miliki, enkripsi apapun atau security macam apapun tidak akan jadi penghalang baginya.


“Aku mengerti. Kau sudah mendengar segalanya…………….Kan?”


“Yaah begitulah~. Pada dasarnya aku benci spoiler, meskipun aku tidak ingin menggunakan <Raziel> dengan cara seperti ini, aku hanya tidak ingin kau bermain-main dengan Tokiya atau hati Otome-ku lagi.”


Dengan tawaan kosong, Nia berkata demikian. Begitu mendengar nada suaranya, Shidou dan yang lainnya mulai berkeringat dingin.


Yang lain juga menyadarinya. Mereka mulai berbisik satu sama lain.


“………………D-Dia marah, iya kan…………?”


“……………….Uhm………..Kelihatannya dia benar-benar marah.”


“Dia sungguh menyukai karakter Tokiya-san itu, ya~?”


Mungkin Nia tidak begitu memperhatikan semua bisikan komentar itu……………Kemudian Nia melanjutkan perkataannya seolah menjawab mereka.


“…………….Yaah, walau itu bagus karena sepertinya kalian telah merubah rencana kalian, tetapi rencana yang satu itu, tidakkah kalian pikir ada lubang besar di dalamnya?”


“L-Lubang……?”


“Ya. Contohnya saja begitu komiknya selesai, kenapa kalian bisa berasumsi jika aku akan membaca buku tersebut?”


“Apa……………”


Mata Shidou terbelalak…………..Memang benar jika ada kemungkinan seperti itu.


Dalam kasus seorang penggemar komik seperti Nia, mungkin Nia akan mau membacanya, tetapi………Mungkin itu bisa disebut kalau mereka hanya mengandalkan kebaikan hati dari pihak lainnya.


“Bukankah begitu? Pekerjaanku itu super sibuk, jumlah buku yang bisa kubaca itu terbatas, kau tahu? Sebenarnya, aku bahkan masih belum membaca 10% dari semua buku komik yang kubeli hari ini. Ada banyak sekali serial favoritku yang terbit ketika aku masih ditawan. Kenapa juga akau mau membuang-buang waktu luangku dengan membaca komik yang digambar oleh para amatiran yang memiliki motif tersembunyi seperti itu! Yaah………Kalau itu sebelum-sebelumnya sih mungkin aku masih mau membacanya, tapi aku sedang berada dalam mode marah saat ini. Aku bahkan dapat mengalahkan mahluk bernama Ashura. Mana mungkin aku mau membaca buku dari kalian semua, yang telah merendahkan Tokiya-ku!”


“M-Mustahil………”


Begitu mendengar ucapan Nia, Yoshino membuat ekspresi wajah seolah ia ingin menangis.


“Baiklah, bye! Itu saja! Berhentilah melakukan hal yang sia-sia!”


“—Tunggu sebentar.”


Akan tetapi ketika Nia hampir memutus teleponnya, Kotori menaruh sikunya di atas meja dan menghentikannya.


“Uun…………? Aah, apa kau Kotori-chan? Kurasa ini pertama kalinya kita berbicara langsung seperti ini. Hai, senang berkenalan denganmu.”


“Aku juga.”


Kotori menjawabnya, lalu melanjutkan ucapannya.


“--------------Baiklah, aku akan langsung saja ke pokok permasalahannya. Dari cara bicaramu, kurasa seperti ini………Jika buku itu memang pantas untuk dibaca, maka kau akan meluangkan waktu untuk membacanya, begitu kan?”


“……………Um? Apa maksudmu?”


“Tolong dijawab saja. Jika komik yang kami buat bisa lebih bagus daripada buatanmu dalam satu aspek, maka itu akan menjadi pantas untuk dibaca, kan?”


Mendengar perkataan Kotori, Nia tertawa kencang.


“Ahaha! Yaah, kurasa begitu. Tapi, apakah isinya menarik atau tidak tergantung pada orangnya masing-masing. Meskipun kau mengatakan jika buku itu menarik, apa kau benar-benar berpikir kalau aku juga akan berpendapat sama?”


“Kau memang benar soal itu……………Tapi jika itu masalahnya, bukankah ada satu standar pasti yang bisa kita digunakan untuk menilainya?”


“Standar pasti………?”


Ketika Nia balik bertanya, Kotori menjawabnya dengan nada sangat serius.


“Ya. -----------Itu adalah angka penjualan.”


“Apa………….!?”


Bukan hanya Nia yang sontak angkat bicara begitu mendengar ucapan Kotori. Semua orang yang berada di dalam ruang pertemuan juga mengarahkan pandangan mereka kepada Kotori di saat yang bersamaan.


“Fuun…………….Menarik juga. Apa kau serius ketika kau mengatakan kalau kau bisa menang melawanku, Honjou Souji, dalam hal angka penjualan?”


“Benar. Kalau kami menang, kau harus membaca buku kami dengan patuh.”


Nia terdiam sejenak, kemudian berkata “Ahaha” selagi ia tertawa kencang.


“Boleh juga. Mari kita lihat apakah kalian benar-benar bisa menang.”


Setealh Nia berkata demikian, iapun memutuskan teleponnya.


Untuk beberapa saat, ruang pertemuan dilanda kesunyian.


“H-Hey, Kotori. Apa yang telah kau katakan……………? Lawan kita adalah seorang komikus professional, kau tahu?”


“Kita tidak punya pilihan lain, kan? Itu semua karena dia menyatakan dengan jelas jika ia tidak akan membaca bukunya.”


“Walaupun begitu…………..!”


Setelah Shidou berkata demikian dengan nada tinggi, Kotori mengulurkan telapak tangannya untuk menghentikannya.


“Tenanglah. Itu tidak seperti aku tidak merencanakan apapun.”


Ketika Kotori berkata demikian, iapun mengangkat stik Chupa Chups-nya.



“………………Haa.”


Nia menghela napas selagi ia berbaring di atas kasurnya.


Di pinggir kasur, terdapat segunung komik dan Light Novel yang tertumpuk di atas rak. Akan tetapi saat ini ia tidak merasa ingin membaca semua itu. Ia juga tidak sedang mengerjakan ide komik selanjutnya. Ia hanya sibuk menatap langit-langit.


Ia tengah memikirkan sebab dari masalahnya saat ini. ----------Karena informasi yang dulu ia dapatkan dari <Raziel> dan telepon langsung yang ia lakukan dengan Shidou, Kotori dan yang lainnya.


Apapun mereka, mereka ingin membuat komik dengan Shidou sebagai tokoh utamanya supaya Nia mau membacanya dan membuatnya jatuh cinta kepada Shidou sendiri.


“………………Mereka terlalu meremehkanku.”


Nia menggembungkan pipinya karena merasa tersinggung.


Benar. Nia memang menyukai komik dan anime. Dan pernyataannya mengenai ia yang tak pernah jatuh cinta pada siapapun kecuali 2D juga bukan kebohongan belaka.


Tetapi itu bukan berarti jika ia akan mencintai siapapun selama mereka adalah 2D.


Topik itu juga sudah menjadi kesalahpahaman yang umum diantara para Otaku. Membuat stage anime terkenal di tempat tertentu yang menyenangkan untuk dikunjungi, taktik untuk meningkatkan jumlah turis untuk mengembangkan pemerintah daerah sebuah kota, dengan pikiran bahwa Otaku menyukai hal-hal semacam ini, bukan begitu? Selama ada karakter moe yang manis tersedia, rata-rata semuanya akan berjalan lancar. ---------Pada dasarnya, yang diskukai para Otaku adalah [Anime yang Menarik]. Itu bukan berarti mereka akan menyukai semuanya selama semua itu adalah anime. Latar belakang juga hal penting bagi karakter moe.


Kasus kali ini juga sama. Walaupun Nia memiliki Tokiya sebagai salah satu karakter waifu-nya (Meskipun ia adalah lelaki, ia tetap disebut waifu). Pada akhirnya, semua karakter itu memiliki kepribadian luar biasa yang membuat Nia memiliki perasaan yang kuat terhadap mereka semua. Itu tidak seperti ia bisa merasa *Dag-Dig-Dug* pada setiap karakter komik.


Selain itu, meskipun mereka menggambar sebuah komik berdasarkan manusia sungguhan sebagai modelnya, itu bukan berarti Nia bisa membuka hatinya begitu saja.


“……………………”


Nia terdiam, iapun mengusapkan tangan kirinya dengan lembut ke atas.


Mengikuti aksi tersebut, sebuah buku muncul di udara.


<Raziel>, sebuah Angel yang mengetahui segalanya yang terjadi di dunia dan merupakan Angel terbaik sekaligus terburuk milik Nia.


“……………………”


Nia menatap ke arah sampul depan <Raziel> tanpa membukanya, kemudian iapun mengingat kembali ingatan lama dari masa lalunya yang masih belum begitu lama.


Walaupun Nia memiliki Angel serba tahu yang dapat mengetahui semua yang ada di dunia ini, tetapi ia tidaklah memiliki hasrat atau ambisi tertentu, ia juga tidak pernah memikirkan untuk menyalahgunakan kekuatan ini untuk melakukan sesuatu hal yang buruk. Ia tidak keberatan untuk menjalani hidup normal yang damai.


Sebenarnya, dengan bantuan dari kepribadiannya yang membuatnya bisa berbicara dengan siapapun, Nia merasa bahwa sangatlah mudah untuk berinteraksi di tengah masyarakat…………..Walau, menggunakan kekuatan <Raziel> merupakan bantuan utamanya.


Akan tetapi, pada suatu waktu, rasa penasaran hinggap di benak Nia.


“--------------Bagaimana aku terlahir, ya?”


Jika dipikirkan lagi, itulah awal dari semua kesalahannya.


Dulu, jika ia bisa menahan rasa penasarannya dan tidak membuka <Raziel>, maka saat ini Nia mungkin akan menjadi roh yang jauh lebih rasional lagi.


Akan tetapi, Nia telah memahaminya. Alasan mengapa ia menjadi dirinya yang sekarang ini.


………….Dan dirinya dari masa lalu.


Ketika ia mengerti semua itu……….Tidak, mungkin lebih akurat jika mengatakan setiap kali Nia mengingat semua itu, pada saat itu juga, ia merasa seolah ia ingin memuntahkan semua isi perutnya keluar.


Terlebih lagi, di dalam pikiran Nia, ia terus menciptakan perasaan tidak percaya terhadap manusia layaknya racun.


Dan yang terburuk, di tangan Nia saat ini terdapat sebuah Angel yang dapat mengetahui segalanya yang ada di dunia ini.


Nia mulai melakukan beberapa investigasi mengenai semua orang yang tinggal di sekitarnya di dalam masyarakat. Mulai dari teman-temannya, kenalannya, bahkan sampai kepada penjaga dari toko yang sering ia datangi.


--------------Lalu, Nia pun berakhir seorang diri.


Semakin banyak ia melakukan investigasi, semakin banyak ia tahu, dan semakin banyak pula ia tidak bisa tahan terhadap mahluk hidup bernama manusia.


Entah mengapa walaupun mereka memiliki wajah yang nampak ramah, selalu saja ada sisi buruk sebenarnya yang mereka sembunyikan. Tidak perduli seberapa banyak cinta yang ada, akan selalu ada lubang hitam kelam menganga di dalam hati mereka. Kemudian, Nia pun menjadi merasa jijik terhadap mahluk hidup bernama manusia.


Walaupun di tengah masyarakat, mustahil baginya untuk terus hidup tanpa berinteraksi dengan siapapun.


Itulah sebabnya ia memakai topeng dengan sangat ahli.


Ia mencoba sebaik mungkin untuk tidak menggunakan <Raziel> pada orang yang baru saja ia temui, dan berinteraksi dengan orang-orang seolah mereka semua adalah karakter NPC dari game.


Tetapi di dalam lubuk hatinya, terdapat satu mahluk yang Nia dapat membuka hatinya kepadanya.


Mereka adalah mahluk yang tinggal di dalam dunia yang berbeda dari dunia Nia, semua yang tinggal di dunia 2D.


Semua karakter komik dan anime itu tidak memiliki kepribadian tersembunyi lainnya selain daripada yang Nia ketahui tentang mereka. Mereka tidak akan pernah mengkhianati Nia.


Kemudian, Nia menenggelamkan dirinya ke dalam dunia itu. Sampai pada akhirnya iapun memutuskan untuk memilih pekerjaan di mana ia sendiri bisa membuat dunia yang seperti itu.


Itulah sebabnya, tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa Nia tidak bisa mencintai siapapun selain 2D.


Nia hanya tidak bisa membukakan hatinya untuk manusia sungguhan.


“Itulah sebabnya…………Itu semua percuma saja.”


Nia menatap langit-langit di atasnya sembari menyentuh sampul depan <Raziel> dengan tangan kirinya.


Contohnya saja-----------Tepat sekali. Apakah ucapan Shidou sebenarnya jujur atau bohong belaka.


“…………………”


Nai menghela napas kecil, ia mencoba untuk menghilangkan rasa penasarannya itu. Sebelum itu, ia harus menunggu untuk beberapa saat, hasrat Nia dapat mendatangkan hasil yang tidak diinginkan.


Nia sudah pernah mengalami hal seperti ini beberapa kali. Kapanpun ia merasa penasaran, Nia selalu berakhir dengan mengisi hatinya dengan kecurigaan.


“…………….Tidak, aku tidak boleh melakukannya.”


Berbicara sendiri, Nia mengembalikan posisi tangannya ke posisi semula.


Lalu------------Nia menghela napas lagi dan ia pun membenci dirinya sendiri untuk itu.


Pada saat itu………


“—Ara, ara. Pada akhirnya, kau tidak menggunakan Angel itu?”


Dari dalam ruangan di mana tidak ada orang lain selain Nia, sebuah suara yang tak dikenal dapat terdengar.


“……………! Siapa itu!?”


Nia terperanjat dari atas kasurnya dengan penuh kebingungan. Tumpukan buku bagaikan gunung disekelilingnya pun runtuh bak salju yang menggelinding.


Nia menatap sekelilingnya dengan wajah penuh kewaspadaan. Sebuah bayangan mulai muncul dari setitik tinta yang menempel di sebuah sisi dinding. -----------Dari sana, wujud seorang gadis dapat terlihat muncul.


Gadis itu memiliki rambut hitam yang diikat dengan gaya kuncir dua yang tidak seimbang. Selain itu, gadis itu memiliki kulit putih yang berlawanan dengan rambut hitamnya. Ia mengenakan gaun berwarna merah dan hitam di tubuhnya.


Akan tetapi, melihat penampilan gadis di depan matanya itu tealh membuat kesadaran dan ingatan Nia menjadi kabur seolah semuanya terpotong menjadi potongan kecil. Dengan penampilan yang tak nampak seperti Dewi ataupun Iblis. Di tengah wajahnya terdapat sepasang mata dengan warna berbeda. Di mata kirinya, terdapat jarum jam terukir di atasnya, *Tik-Tik*, seluruh permukaan matanya nampak seperti sebuah jam.


Ini tak terlihat seperti kenyataan. Melihat pemandangan ini benar-benar sama seperti melihat ke dalam mimpi------atau mungkin seperti mimpi buruk yang indah. Bagi gadis ini untuk muncul secara tiba-tiba, seorang manusia biasa pastinya akan berteriak atau tercengang.


Akan tetapi, Nia tidak memilih salah satunya. Ia merendahkan postur tubuhnya, dengan penuh kewaspadaan, Nia menunjukkan jarinya ke arah gadis di depannya.


“---------------Siapa kau sebenarnya? Bukankah menyelinap masuk ke kamar orang lain tanpa mengetuk pintu itu termasuk tidak sopan?”


Ketika Nia berkata demikian, gadis itu menaruh tangannya di depan mulutnya sembari tertawa geli dengan cara yang mencurigakan.


“Ufufu, tolong maafkan aku atas ketidaksopananku. –Tapi, kau tidak usah terlalu waspada seperti itu, aku hanya ingin menjadi temanmu. Setidaknya untuk saat ini.”


“……………..Teman?”


Nia mengernyitkan alisnya dan mengibaskan tangan kirinya. Setelah gerakan itu, sebuah buku besar muncul sama seperti biasanya. Entah mengapa begitu melihat hal itu, kedua mata gadis itu langsung berbinar-binar karena merasa tertarik.


Supaya bisa menghadapi gadi itu, Nia menyentuh sampul depan <Raziel> dengan lembut. Semua halamannya pun terbalik secara otomatis, kemudian cahaya tipis bersinar dari halaman tersebut.


Setelah itu, Nia menyentuh halaman itu dengan ujung jarinya dan menghela napas kecil.


“……………..Fuun, aku mengerti. Alasan mengapa tidak ada seorangpun yang menjaga pesawat dimana aku ditahan waktu itu adalah karena kau, Tokisaki Kurumi.”


Nia menyebut nama Kurumi dengan aksen yang tegas seolah mencoba untuk mengancamnya.


Akan tetapi gadis yang bersangkutan---Kurumi, ia nampaknya tidak takut sedikitpun pada aksi Nia. Malahan, ia menunjukkan senyum yang mengerikan.


“Sungguh menakjubkan. Jadi itu adalah Angel yang serba tahu <Raziel>?”


Begitu mendengar ucapan Kurumi, tubuh Nia langsung terperanjat karena shock.


“…………….Hee. Jadi rupanya kau telah menyelidiki tentang diriku sebelumnya, ya?”


“Ya. Tentu saja, walaupun kau harus bergantung kepada [Jumlah] untuk mendapatkan segalanya karena aku tidak memiliki kemampuan investigasi dengan level yang sama seperti dirimu.”


Kurumi tertawa dengan puasnya.


[Jumlah]. Karena Nia merasa penasaran mengenai apa yang barusan Kurumi katakan, Nia menyentuh <Raziel> untuk kedua kalinya. Saat itu juga, maksud dibalik ucapan Kurumi terngiang di dalam benak Nia.


“………………….Aku paham, bayangan, ya? Lagi-lagi, ada kekuatan lainnya yang juga merepotkan muncul.”


Sementara berkata demikian, sebuah bulir keringat mengalir dari atas dahi Nia.


Nia menyatakan ini bergantung kepada informasi yang tertulis di atas <Raziel> mengenai Angel Kurumi <Penguasa Waktu – Zafkiel>. Ia tidak pernah mengetahui sebelumnya jika kekuatan mengerikan semacam ini benar ada.


Nia menatap Kurumi, ia berteriak di dalam pikirannya. -------Kenapa bisa ada Angel yang dapat memanipulasi waktu? Bukankah itu namanya curang………….!?


Meskipun <Raziel> dapat digunakan dalam situasi yang berbahaya, jika Nia harus bertarung satu lawan satu dengan Kurumi, mungkin Nia tidak akan punya kesempatan untuk menang.


Akan tetapi, merasa khawatir saat ini adalah pilihan buruk. Walaupun kemampuan Kurumi untuk mengumpulkan informasi melalui bayangan sangatlah mengerikan, tetapi mustahil baginya untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh kemampuan milik <Raziel>.


Dan sebaliknya, Nia telah mengetahui seluruh kemapuan Kurumi, dan Kurumi pun seharusnya telah memahami hal itu juga. Menghadapi roh yang misterius, gadis itu pastinya bukan roh sembarangan.


Tetapi Nia masih memiliki keuntungan karena informasi yang ia miliki dapat digunakan untuk pertarungan. Nia berpikir jika ia lebih unggul satu langkah dan merasa percaya diri karenanya. Setelah memikirkannya, Nia menghela napas dan merilekskan tubuhnya yang tegang sedikit.


“Lalu, urusan macam apa yang nona roh paling mengerikan miliki dengan diriku?”


Setelah Nia bertanya, Kurumi kembali tertawa geli.


“--------------Aku punya satu permintaan sederhana, aku ingin kau menginvestigasi sesuatu.”


Kemudian Nia mengangkat tangannya secara perlahan dan menyentuh <Raziel>.


“Ada sesuatu yang aku ingin kau cari tahu dengan menggunakan <Raziel>.”


“……………….Sesuatu yang kau ingin aku cari tahu, ya?”


Nia memegangi dagunya.


“Baiklah, untuk menunjukkan rasa terimakasihku karena telah menolongku, aku ingin mendengarkan permintaanmu, tapi itu tergantung kepada tingkatnya………….Kurasa. Berbeda denganmu, aku ini seorang yang cinta damai. Aku tidak akan membocorkan informasi penting macam apapun yang bisa menjadi berbahaya nantinya.”


Begitu mendengar ucapan Nia, Kurumi pun tertawa kecil.


“Tolong tenanglah. Ini benar-benar hanya untuk keinginan pribadiku semata. Aku berjanji kalau informasi yang kudapat tidak akan menyebabkan perang apapun atau menjadi penyebab untuk ketidak bahagiaan seseorang.”


“……………….Fuun?”


Nia mengarahkan pandangannya kepada Kurumi.


Seolah mencoba untuk merespon, Kurumi pun menggerakkan bibirnya.


“Itulah sebabnya, tolong beritahu aku. ---30 tahun yang lalu, [Roh Pertama] yang muncul di dunia ini. Penyebab serta alasan dibalik kemunculannya, koordinat dan waktu akurat ketika ia muncul, kekuatannya, dan juga---cara untuk membunuhnya.”


“…………..Eh?”


Begitu mendengar Kurumi, Nia mengernyitkan alisnya.

“------------Baiklah, ini ruangannya. Silahkan masuk.”

Setelah berkata demikian, Kotori membukakan pintunya menggunakan kunci lalu menyuruh Shidou dan yang lainnya untuk masuk kedalam.

Itu adalah sebuah ruangan yang berada di lantai pertama dari mansion tinggi tepat disamping kediaman Itsuka dimana semua roh tinggal. Shidou menoleh kebelakang untuk melihat para roh yang berada di belakangnya, kemudian iapun memegangi knop pintunya lalu memutarnya.

Kemudian merekapun membuka sepatu mereka selagi memasuki ruangan, lalu mata merekapun berbinar-binar dengan kagetnya begitu melihat pemandangan ruangan itu.

“Ini……………….”

Beberapa meja kerja yang besar berjejeran di dalam ruangan seluas 20 tatami. Di atas semua meja itu, terdapat beragam perlengkapan menggambar telah dipersiapkan.

Ruangan ini nampak seperti ruang kerja Nia dengan versi yang lebir besar. Tetapi di saat yang sama, terdapat beberapa perbedaan antara ruangan ini dengan milik Nia. Baik meja maupun perlengkapan menggambar semuanya adalah merk terbaru, seolah menunjukkan jika semua itu memang belum pernah digunakan sebelumnya.

Pertemuan sebelumnya berlangsung sekitar satu jam yang lalu. Pada waktu itu, <Ratatoskr> tengah mempersiapkan ruang kerja ini………….Seperti biasanya, mereka adalah organisasi yang luar biasa.

“Ooh~! Ini…………….Menakjubkan~”

“Terlihat seperti milik seorang Pro……………”

“Kaka! Hou, bukankah ini adalah tempat yang pantas bagi kami Yamai untuk menunjukkan kemampuan kami?”

Para roh memasuki ruangan setelah Shidou. Merekapun mengungkapkan kekaguman mereka terhadap interior dan peralatan ruangan itu.

Begitu melihat reaksi dari semua orang, Shidou menatap ke arah Kotori.

“……………………Kau bahkan membuat ruangan seperti ini…………..Jadi kau benar-benar serius ya.”

“Benar-benar, sungguh serius. -----------Atau kalau boleh jujur, memang sudah tidak ada cara lain lagi, kan?”

“Yaah, benar juga sih………….”

Shidou menggaruk pipinya sembari berkata demikian. Kotori melipat tangannya sembari berjalan ke tengah ruangan. Iapun menolehkan tubuhnya ke arah semua orang.

Kemudian, ia berbicara dengan suara lantang.

“Baiklah, semuanya. Targetnya adalah dua hari dari sekarang. Pada tanggal 31 Desember, pada hari terakhir Comic Colosseum, circle milik Nia akan berpartisipasi pada hari itu.”

Kotori membentangkan kedua tangannya, dan kemudian mengeluarkan suara dengan nada yang serupa dengan pertunjukan opera.

“----------Pada hari itu, kita akan mendirikan booth kita tepat disamping Nia. Kita akan membuat jumlah doujin kita sama dengan jumlah milik Nia, kemudian kita akan menjual semua itu lebih cepat daripada Nia.”

Begitu mendengar ucapan Kotori, para roh-pun berkata “Ooh………….!”

Benar. Inilah yang Kotori maksud dengan berkata “Merencanakan”. Dari informasi yang diberikan oleh Shidou, Kotori mengetahui jika Nia akan berpartisipasi dengan doujin miliknya pada akhir bulan. Kalau mereka semua focus pada poin tersebut, maka rencananya adalah untuk mengalahkan Nia hanya dalam satu serangan saja dengan batuan dari semua orang.

“Masalahnya adalah kita tidak memiliki banyak waktu. Walaupun latar belakang dan sentuhan akhirnya akan dikerjakan dengan bantuan dari <Ratatoskr>, sisanya adalah tanggung jawab kita semua, dengan begitu [Buku yang kita buat bersama] tidak akan menjadi kebohongan belaka natinya. Cerita dan gambar dari tokoh utamanya harus kita yang mengerjakan. Aku telah mempersiapkan peralatan printing-nya, kemungkinan terburuknya adalah kita harus menyelesaikan skrip-nya pada tanggal 31 pukul 03:00 pagi.”

“Tapi………………..Apa kau yakin ini akan berhasil? Lawan kita adalah komikus professional, kau tahu?”

“Yaah, itu tidak seperti aku berpikir kalau ini akan jadi mudah. Tapi, kalau kita tidak bisa menyamai Nia dalam hal komersil, maka kita juga tidak akan bisa menang, kan? Karena itu adalah doujin, jumlah buku yang bisa kita bawa ke acara itu terbatas, itu adalah satu-satunya cara kita bisa melawannya. -----Selain itu, karena itu doujin, tidak akan menjadi masalah jika jumlah halamannya tidak begitu banyak.”

“Itu benar……..Lalu, katakanlah jika kita bisa menjual semua bukunya lebih cepat daripada Nia, tapi bagaimana caranya agar kita bisa membuat Nia mengakui kekalahannya………..?”

“Itu, mungkin bergantung pada cara kita bernegosiasi dengannya di tengah proses dan harga dirinya Nia sendiri. Tapi, karena tujuan utama kita adalh untuk [Membuat Nia membaca buku buatan kita], maka kupikir kita masih punya banyak peluang.”

“…………….Kalau begitu, masalahnya adalah—“

Shidou bertanya dengan ekspresi wajah sangat serius, lalu Kotori menjawabnya dengan mengangguk.

“Ya. Bagaimana caranya kita bisa mebuat doujin yang bisa menyentuh hatinya Nia? ----Juga, bagaimana kita bisa menjual lebih cepat daripada Nia?”

Setelah Kotori berkata demikian, ia mulai berjalan menuju white board yang berada di dalam ruangan itu sembari mengibaskan jaket yang menggantung di pundaknya. Iapun berdiri di depan board itu.

“----------Kalau begitu, pertama ayo kita tentukan peran masing-masing. Ceritanya akan kita buat bersama-sama……….Masalahnya adalah gambarnya. Aku ingin menanyakan satu pertanyaan. Apakah di antara kita ada yang pernah menggambar komik atau ilustrasi sebelumnya?”

Kotori bertanya sembari menatap kepada semua roh, kemudian beberapa orang mengangkat tangan mereka. Mereka adalah Kaguya, Yuzuru, dan sang mantan manusia Origami dan Miku.

“Yaah, sudah kuduga…………..Baiklah, sebagai awalan, ayo kita lihat kemampuan menggambar semua orang. Semuanya, silahkan duduk di meja manapun yang kalian sukai. Ayo mulai dengan menggambar Shidou.”

“Ooh~! Menggambar Shidou. Serahkan saja padaku!”

“Fufun, tidak masalah. Kalian lihatlah kemampuan seni-ku!”

“Persetujuan. Shidou, tolong duduklah di sebelah sana.”

“Darling, tolong lihat kemari, lihatlah kemari~!”

“………………”

Setelah semua roh telah duduk di kursi pilihan mereka, mereka mulai menggerakkan pensil mereka di atas kertas yang tersedia di atas meja. Kemudian, Kotori mengernyitkan alisnya seolah baru saja mengingat sesuatu.

“Ah, benar. Shidou, kau juga gambarlah sesuatu.”

“Aku juga!?”

“Ya. Waktu dulu, kau menggambar berbagai macam karakter di buku catatanmu, kan? Kalau aku tidak salah ingat—“

“A-----h! Aaaaaaaaaaaaaaaah!”

Shidou berteriak seolah mencoba untuk menutupi suara Kotori. Para roh pun terkejut dan menoleh ke arah Shidou.

“A-Ada apa, Shidou? Tiba-tiba saja berteriak seperti itu?”

“A-Aku sangat…………..Terkejut.”

“……………….Yaah, begitulah, biarkan saja dia sendirian.”

Entah bagaimana nampaknya Natsumi mengerti akan situasi Shidou dan menaruh tangannya di atas pundak Yoshino. Yoshino menoleh kepada Natsumi dengan ekspresi agak heran.

“Baiklah, ayo cepat, cepat, karena aku juga akan ikut menggambar.”

“Ku……………..”

Kotori menggerakkan stik Chupa Chups-nya untuk menyuruh Shidou buru-buru. Jika Shidou terus melawan Kotori, mungkin Kotori akan mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya. Shidou-pun menelan penyesalannya sendiri, ia mengambil sebuah buku yang nampak mirip dengan milik Tohka dan yang lainnya lalu mulai menggambar di atas kertasnya.

---------------Kemudian, 30 menit telah berlalu. Semuanya telah menyelesaikan gambar mereka.

“Baiklah, mari kita lihat gambar milik semuanya satu per satu.”

“Ooh! Silahkan lihat!”

“Aku…………..Juga sudah selesai.”

Merespon ucapan Kotori, baik Tohka dan Yoshino menunjukkan gambar mereka kepada semua orang.

Gambar buatan mereka berdua sungguh manis…………….Akan tetapi, keduanya terlihat seperti gambar buatan anak SD.

“Begitu………….Uh, keduanya terlihat manis.”

“Benarkah?”

“Ya. Tapi, kita tidak bisa menggunakan itu untuk doujin kali ini.”

“M-Maafkan aku………..”

Yoshino merundukkan bahunya untuk meminta maaf. Shidou tersenyum kecil lalu mengelus kepala Yoshino dengan lembut.

“Baiklah, selanjutnya. Ngomong-ngomong, ini punyaku.”

“Ah~, kalau begitu aku juga akan menjukkan punyaku~! Ini dia!”

Kotori dan Miku menunjukkan gambar mereka.

Gambar buatan mereka satu level lebih bagus daripada Tohka dan Yoshino dalam ukuran umur. Akan tetapi, daripada terlihat seperti gambar komik, keduanya lebih nampak seperti gambar yang dibuat oleh gadis SMP atau SMU di buku catatan mereka. Walau begitu, gambar karakternya masih terlihat cukup bagus.

Akan tetapi, ada satu hal yang menarik perhatian Shidou. Semua orang harusnya menggambar Shidou, lalu kenapa ilustrasi buatan Miku menunjukkan Shidou dengan rambut panjang dan mengenakan rok.

“…………………Uhm, Miku?”

“Ya~, ada apa, darling?”

“………………..Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, ayo kita lihat yang selanjutnya.”

Ketika Miku menoleh kepada Shidou dengan mata berbinar, Shidou dapat merasakan sesuatu yang berbahaya di dalam pikiran Miku, lalu Shidou-pun mengalihkan pandangannya dari Miku. Jika Shidou melanjutkan mengomentari gambar Miku, ia memiliki firasat jika dirinya yang asli akan dipaksa untuk menyesuaikan dengan gambar buatan Miku.

“Kukuku……………Kalau begitu selanjutnya adalah kami!”

“Presentasi. Silahkan dilihat.”

Yamai bersaudari berkata demikian dengan nada suara penuh percaya diri selagi mereka menunjukkan gambar mereka.

“Ooh!?”

Begitu Shidou melihat gambar mereka, matanya langsung terbelalak. Seperti yang diduga dari mereka berdua yang sudah pernah mengadakan kontes ilustrasi. Kualitas gambar buatan Kaguya dan Yuzuru berada di level yang berbeda dengan keempat orang sebelumnya.

Tentu saja, masih terdapat beberapa bagian yang tidak digambar dengan sempurna, tapi kedua gambar ini masih bisa digunakan untuk komiknya.

Ngomong-ngomong, gambar Shidou buatan Kaguya adalah Shidou yang nampak maco seperti gaya dalam komik Shounen, sementara gambar Shidou milik Yuzuru adalah Shidou yang nampak tampan seperti gaya dalam komik Shoujo.

“Bukankah keduanya luar biasa?”

“Kakaka! Jelas saja!”

“Persetujuan. Tidak ada yang kami, Yamai bersaudari tidak bisa lakukan.”

Mereka berdua-pun membusungkan dada mereka dengan penuh percaya diri. Kotori melihat gambar mereka sambil bergumam “Fumu” lalu memegangi dagunya. Lalu iapun menoleh kepada Shidou dan Origami.

“Untuk saat ini main artist adalah Yamai bersaudari. ---------Kalau begitu, selanjutnya, ayo lihat yang selanjutnya.”

“Y-Ya………”

“Dimengerti.”

Merespon Kotori, Shidou dan Origami menunjukkan gambar mereka. Semua orang melihat gambar keduanya.

“Fumu-fumu, walaupun masih belum sebanding dengan buatan Kaguya dan Yuzuru, gambar buatan Shidou tidak begitu jelek juga. Lalu Origami………….Ah? Hyaa!?”

Kotori berteriak begitu melihat gambar Origami. Akan tetapi, itu wajar saja. Gambar milik Origami dibuat dengan sangat realistik dan sanagt indah, tetapi……………Penampilan Shidou nampak telanjang bulat dan disana ada Origami yang juga telanjang bulat, tengah memeluknya dengan penuh hasrat.”

“Apa……………!?”

“…………………!?”

Para roh-pun ikut terperanjat mengikuti reaksi Kotori. Akan tetapi hanya Yuzuru dan Miku yang nampak tenang dan melihat ke arah gambar itu dengan mata bersinar.

“A-Apa yang telah kau gambar, Origami!?”

“Shidou menjadi satu dengan diriku.”

“Hal tidak penting macam apa yang telah kau tambahkan!?”

Kotori berteriak dan membalikkan gambar milik Origami ke bawah.

“Ya ampu…………….Tapi karena gambarmu terlihat sangat bagus, aku akan menaruhmu sebagai kandidat main artist juga, tapi tolong jangan lakukan hal seperti itu lagi, OK…………?”

“Aku tidak bisa mengerti. Kalau kau ingin menjual doujin dengan baik, maka menambahkan elemen khusus untuk orang dewasa adalah hal yang tak terelakkan.”

“Booth kita hanya akan dibangun di bagian [Karya untuk Semua Umur].”

Setelah berteriak, Kotori menghela napas karena kelelahan.

“Ngomong-ngomong……………Kurasa hanya itu saja? Lalu—“

“A-Anu………….”

Kemudian, sebelum Kotori dapat menyelesaikan kalimatnya, Yoshino angkat bicara dengan malu-malu.

“Kita masih belum melihat gambar buatan Natsumi-san………..”

“………………! Ah, tidak, aku……………”

Mendengar ucapan Yoshino, Natsumi terperanjat dan menyembunyikan kertasnya di belakang punggungnya.

“Aah, tidak apa. Maafkan aku, Natsumi. Bisa tolong kau perlihatkan gambarmu?”

“………………..T-Tidak perlu. Lagipula ini bukanlah gambar yang bagus. Bukankah akan lebih baik kalau langsung saja dilanjutkan ke Kaguya, Yuzuru, Shidou atau Origami?”

“Karena kau sudah menggambarnya, kami juga ingin melihatnya, ayolah.”

“……………..U-Uu. Ngomong-ngomong, sebenarnya, karena ini tidak begitu bagus, jangan berharap lebih, OK?”

“Tidak apa. Gambarku juga tidak begitu bagus.”

“Sebenarnya, kondisi badanku sedang buruk karena aku kurang tidur hari ini. Aku juga sudah lama tidak memegang pena………..”

“Aku mengerti.”

“Sejujurnya, aku butuh 10 menit untuk menggambar karena aku ragu dengan pose-nya, aku juga sudah lama tidak menggambar lagi seperti ini, dan yang terakhir kondisi badanku juga sedang buruk karena kekurangan tidur—“

“Aah, aku sudah tahu, jadi cepat dan tunjukkan saja!”

Kotori berteriak untuk menyuruh Natsumi cepat-cepat menunjukkan gambarnya, lalu Kotori-pun mengambil paksa kertas itu dari tangan Natsumi.

Ketika Kotori melihat ke kertas itu-----------Matanya langsung terbelalak.

“Eh…………….Ini—“

“L-Luar biasa……………”

“Apa……………Katamu?”

Para roh mengutarakan rasa takjub mereka satu per satu.

Tetapi, itu jelas saja. Level kemampuan menggambar Natsumi tidaklah kalah dari kemampuan gambar para komikus pro.

“Bukankah ini menakjubkan, Natsumi? Jadi kau memiliki kemampuan spesial seperti ini?”

“……………….Tidak, daripada kemampuan spesial……………..Dulu aku tertarik………………Aku pernah [Menirukan] seorang komikus…………..”

“Ah----“

Mendengar ucapan Natsumi, Shidou-pun kembali teringat.

Benar. Natsumi memiliki Angel-nya <Haniel>. Pada dasarnya, dia adalah roh peniru. Ia dapat berubah menjadi apapun dan merubah penampilannya sendiri menjadi seperti apapun yang ia sukai.

Dan dia juga mampu untuk menyamarkan dirinya menjadi orang lain hingga bahkan teman terdekat merekapun tak dapat menyadarinya dengan mudah. Ia juga nampaknya meneliti dengan baik perilaku dari objek yang menjadi targetnya. Ia adalah seorang yang jenius dalam hal observasi dan meniru.

“------------Baiklah, sudah diputuskan.”

Berkata demikian, Kotori angkat bicara.

“Main artist adalah Natsumi, dan support-nya adalah Yamai bersaudari, Shidou dan Origami.”

Semua roh mengangguk tanda setuju.

“Umu, aku setuju!”

“Natsumi-san………….Hebat.”

“Aku tidak keberatan.”

“Fufufu………..Baiklah. Untuk kali ini akan kubiarkan kau yang mengambil alih kepemimpinannya.”

“Persetujuan. Akan kubiarkan kau yang jadi peran utamanya.”

‘Kya~! Natsumi-san, bisakah kau menggambarkan sebuah cerita cinta antara aku dengan darling setelah ini~?”

“E………..Eh?”

Natsumi hanya bisa berkedip begitu mendengar pendapat semua orang.

Kemudian Shidou menggenggam tangan Natsumi.

“Tolonglah, Natsumi. Tolong pinjamkan kekuatanmu untuk menyelamatkan Nia!”

“Eh………………..!?”

Shidou memohon dengan wajah serius, Natsumi terdiam untuk beberapa saat.

“……………….N-Nanti jangan mengeluh, ya?”

Ucap Natsumi malu-malu.

Seolah memberi ucapan selamat kepada Natsumi, suara tepukan tangan semua orang menggema di seluruh ruangan. Setelah itu, wajah Natsumi mulai memerah.

Pada saat itu, Tohka menyadari sesuatu.

“Ngomong-ngomong Kotori, apa yang harus kita lakukan?”

“Benar juga ya~. Ah! Apakah kita akan memijat semua orang ketika mereka merasa lelah, dan menyanyikan lagu tidur selagi kita tidur bersama~!?”

Miku memutarkan tubuhnya dan matanya mulai berbinar. Natsumi terperanjat dan berkata “Hii” sambil bersembunyi di belakang Shidou.

“Bukan itu. Aku punya tugas lain untuk semuanya. ----Mungkin misi ini jauh lebih penting daripada membuat komiknya.”

Kotori berkata “Ya ampun” dan menggetarkan bahunya selagi ia menjawab pertanyaan Tohka. Setelah itu, Miku, Tohka dan Yoshino saling menatap satu sama lain sambil memiringkan kepala mereka karena penasaran.

“Sebuah misi penting………….Benarkah?”

“Aku penasaran apa yang akan kita lakukan~”

“Itu adalah sesuatu yang patut untuk ditunggu-tunggu. ---------Terlebih lagi, semuanya, ayo kita mulai pikirkan cerita untuk doujin nya!”

“Nu? Bukankah kita akan menggambar Shidou?”

“Itu memang benar, tapi saat ini ada batasan jumlah halaman pada komik yang harus kita kerjakan. Meskipun kita mendapatkan beberapa bantuan dari <Ratatoskr>, maksimal, ada total 64 halaman dikurangi 4 halaman untuk sampul depan dan 1 halaman untuk imprint. Jadi totalnya, kita butuh 59 halaman. Kita harus menyesuaikan ceritanya agar bisa muat dengan halaman yang terbatas itu supaya Nia bisa mencintai karakter [Shidou] itu.”

“Muu………….Aku mengerti. Itu sulit juga.”

Tohka melipat tangannya dengan wajah yang bingung. Kotori berjalan menuju white board yang berada di tengah ruangan lalu berdiri di depannya.

“Itulah sebabnya, ayo kita diskusikan terlebih dahulu. Kita akan membuat Name-nya hari ini juga, lalu menyelesaikan gambarnya besok.”

“…………….Kalau dipikir lagi baik-baik, itu benar-benar schedule yang berantakan……………Apa kau yakin kalau kita bisa menyelesaikannya tepat waktu?”

“Tidak ada pilihan lain selain itu.”

Kotori lalu membuat suara *Kyubon*, suara dari tutup pena ajaibnya mulai terngiang. Iapun menulis [Proyek Doujin Shidou] di atas white board.

Kemudian, Kotori menoleh ke arah semua orang dan mendeklarasikan dengan keras.

“---------------Baiklah, mari kita mulai manuscript [Kencan]-nya!”
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded