Bab 4: Ada Tenggat Waktu Jika Kau Menyerah

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode



Dia atas atap mansion dimana Nia tinggal, bayangan mulai menyebar.

Dari bayangan tersebut, Kurumi perlahan mengangkat dirinya sebelum akhirnya keluar dengan gerakan melompat. Kurumi meregangkan tubuhnya sedikit dan perlahan menatap ke arah langit. Setelah itu, sebuah suara yang familiar terdengar dari dalam bayangan yang menyebar di atas lantai.

“----------Yaah, baiklah.”

“Kelihatannya jadi semakin merepotkan ya.”

“Bagaimana?”

Setelah mengucapkan hal tersebut, beberapa orang gadis keluar di saat yang bersamaan dari dalam bayangan di atas atap mansion.

------------Mereka semua adalah gadis bergaya rambut asimetris yang berkibar dan mereka memiliki jam sebagai mata kiri mereka.

Tenatu saja merekapun memiliki suara yang serupa. Alasannya adalah karena mereka semua adalah suara milik [Kurumi].

Angel milik Kurumi adalah <Zafkiel>. Dengan menggunakan [Peluru ke Delapan] Kurumi dapat menciptakan bayangan dirinya. Mereka semua berbicara kepada Kurumi dari dalam bayangan.

Kurumi menghela napas dan menjawab mereka semua.

“Benar.”

Memang benar jika Kurumi telah bertemu dengan roh kedua yang telah ia cari selama ini, dan dengan menggunakan Angel milik Nia, Kurumi telah mendapatkan informasi mengenai [Roh Pertama].

Akan tetapi, Kurumi malah mencapai suatu kesimpulan yang serius sebagai hasilnya.

Kurumi menghela napas dan menggetarkan bahunya.

“Walaupun aku telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk kembali ke waktu 30 tahun yang lalu dengan menggunakan [Peluru ke Dua Belas – Yud Bet], aku sudah pasti tidak akan bisa menang melawan [Roh Pertama].”

“……………………”

Mendengar Kurumi berkata demikian, para bayangan Kurumi mendadak terdiam.

Mereka semua menatap Kurumi sambil terdiam.

“…………….Ara?”

Merespon mereka, Kurumi tersenyum kecil lalu tertawa.

“Apa-apaan dengan wajah itu, kita? ----Apa kalian pikir akau akan menerima hal ini begitu saja? Apa kalian berpikir kalau aku akan menyia-nyiakan semua nyawa manusia yang telah aku renggut selama ini hanya karena hal seperti itu saja?”

Setelah berkata demikian, Kurumi berputar-putar seolah ia tengah menari, kemudian iapun menendang lantai-nya sedikit supaya bisa berdiri dengan posisi tertentu.

Selagi ia menatap kebawah kota yang terhampar luas, Kurumi pun melanjutkan ucapannya dengan nada seolah tengah menyanyi.

“Kekuatan dari Roh Pertama mungkin memang sangatlah kuat. -----Tapi, memangnya kenapa? Angel-ku <Zafkiel> memiliki kekuatan untuk memanipulasi waktu. Di hadapan waktu, berbagai macam jenis kekuatan akan jadi sia-sia saja.”

Kurumi menatap balik ke arah semua bayangannya.

Diantara semua informasi yang ia dapatkan dari Nia, yang paling penting bukanlah kekuatan dari [Roh Pertama], ---------Malahan, itu adalah alasan dan penyebab dari kemunculannya.

“Tadi itu sungguh percakapan yang sederhana. Roh Pertama tidak ada di dunia ini hingga 30 tahun yang lalu. Kalau begitu, aku harus pergi ke waktu dimana Roh Pertama masih belum muncul di dunia ini, dan menyingkirkan penyebab dari kemunculannya.”

Selagi Kurumi berkata demikian, ia menciptakan bentuk pistol dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya. Kemudian, *Dor!*, ia menembakkannya ke tempat yang kosong.

Ekspresi wajah para bayangan menjadi terlihat lebih ceria setelah mendengar penjelasan Kurumi.


“---------Yah, walaupun itu bohong namanya kalau aku mengatakan bahwa aku tidak menyesali kenyataan kalau aku tidak bisa membunuh si roh menyebalkan itu dengan kedua tanganku sendiri. Tapi, kita biarkan saja dulu yang satu itu.”

Benar. Yang paling penting adalah. ------untuk menghapuskan kenyataan akan kelahiran mahluk bernama [Roh] di dunia ini.

Mengembalikan sejarah kepada yang seharusnya, sama seperti yang Shidou telah lakukan.

Kurumi merendahkan tatapannya dan mengepalkan tangannya seolah telah mendapatkan tekad yang baru.

“Tapi tetap saja……………”

Setelah itu, Kurumi menghela napas lagi.

Dari Nia barusan, Kurumi telah mengetahui alasan dibalik kemunculan [Roh Pertama]. Ia memikirkan hal tersebut di dalam benaknya dan berbicara kepada dirinya sendiri dengan suara mengejutkan.

“Isaac Ray Pelham Westcott, Ellen Mira Mathers, dan Elliot Woodman.”

Kurumi menyebutkan nama dari ketiga pendosa terbesar.

“Meskipun sudah tidak ada gunanya lagi untuk mengatakan itu sekarang…………Tapi di lain waktu aku melihat kalian bertiga, nampakya aku tidak akan bisa menahan hasratku untuk membunuh kalian.”

Berkata demikian, Kurumi menendang lantai lagi selagi ia mulai menghilang ke dalamnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan seperti itulah, pertarungan Shidou dan yang lainnya baru saja dimulai.

Setelah alur ceritanya telah diputuskan oleh semua orang, Shidou dan para roh lainnya mulai membagikan tugas mereka menjadi Tim Menggambar dan Tim Spesial.

Yang pertama, untuk Tim Menggambar, Natsumi bertugas untuk mengerjakan sebagian besar dari gambar, menggambar sketsa kasar untuk outline dan draft untuk sampul.

Walaupun mereka ingin membantu lebih banyak lagi supaya bisa meringankan beban Natsumi, tetapi untuk menjaga konsistensi antara cerita dan gaya gambar-nya, tugas ini harus dikerjakan oleh Natsumi seorang.

Sementara Shidou dan yang lainnya senggang, mereka menonton sebuah vidio yang menerangkan penjelasan sederhana mengenai proses pembuatan komik. Kemudian mereka pun berlatih menggambar sketsa di atas kertas sebagai persiapan sebelum mereka membantu dalam pembuatan komiknya.

Ketika semuanya telah selesai, waktu telah menunjukkan pukul 02:00 pagi pada tanggal 30 Desember.

Meskipun normalnya semua orang harusnya telah tertidur dan melanjutkan kembali pekerjaan menggambar mereka esok hari, Natsumi tetap bersikeras ingin melanjutkan pekerjaannya. Merekapun memutuskan untuk kerja lembur dan tidur secara bergantian untuk memaksimalkan efisiensi kerja mereka.

Ketika Natsumi menggambar draft-nya, ia membingkai ilustrasi-nya dengan menggunakan penggaris dan sebuah pena. Kemudian, ia menggambarkan balon percakapannya. Ketika semua itu selesai, pekerjaan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Semua orang akan menggambar ulang sketsa kasar dari semua karakter yang telah Natsumi gambar dengan menggunakan pensil.

Akan tetapi,

“……………….Uwaah! Aku menggambar melewati bingkai nya!”

“Ku…………..Air mata hitam pekat telah terjatuh ke atas tanah suci yang bersih!?”

“Gangguan. Tintanya malah menempel di bawah penggarisnya.”

“……………Tidak masalah. Ini masih bisa diperbaiki.”

Walalupun Shidou dan yang lainnya sudah pernah menggambar sebuah ilustrasi sebelumnya, mereka tetaplah amatiran. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menggambar manuscript-nya dengan rapih di awal-awal.

Meskipun dengan konsentrasi yang cukup dan kemampuan beradaptasi, mereka menatap kebagian kosong di atas draft dan menggerakkan pena mereka dengan penuh kehati-hatian. Entah bagaimana, mereak dapat menggambar garis dengan baik di atas draft-nya………….Sementara di pertengahan, Kaguya dan Yuzuru telah mengganti jenis pena mereka dari Mili-pen kepada Superfine Marker untuk menintai bagian kecilnya.

Dan setelah penintaan selesai, mereka menghapuskan gambar pensilnya dengan rajinnya. Kemudian, mereka merubah semua gambar itu menjadi bentuk data dengan menggunakan sebuah scanner dan mengirimkannya kepada Tim Asisten yang dipimpin oleh Nakatsugawa.

Walaupun itu bisa dikatakan jika mereka terlalu terburu-buru dalam mengerjakannya, hanya dengan jumlah orang yang sedikit, mereka tidak akan bisa menyelesaikan buku komiknya hanya dalam waktu 2 hari.

Akan tetapi, itu bukan berarti bahwa Shidou dan yang lainnya bisa mendadak meningkatkan kemampuan menggambar mereka. Menintai sketsa kasar buatan Natsumi menggunakan pena memang jauh lebih berat daripada yang mereka pikir sebelumnya.

“………………….”

“………………….”

“………………….”


Di dalam ruangan yang luas, terdapat suara guratan pena yang digerakkan bergema. Walaupun mereka memainkan beberapa CD sebagai musik latar belakang selagi bekerja, tapi hampir tidak ada efeknya sama sekali terhadap orang-orang yang hatinya harusnya dapat disembuhkan oleh musik tersebut.

-------------Setelah beberapa waktu telah berlalu semenjak mereka mulai bekerja.

“Hai, semuanya! Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?”

Mendadak, pintu ruangannya terbuka. Itu Kotori, yang tengah membawa beberapa kantung plastik di kedua tangannya.

“…………….Aah, Kotori. Yah, sepertinya sih.”

“……………Entah kenapa, kau jadi terlihat lebih tua walaupun hanya beberapa jam berlalu semenjak terakhir kali kita bertemu.”

Kotori mengatakan itu sambil berkeringat dingin. Ia meneruh semua kantung plastik itu di atas meja dan berkata.

“Penyegar. Aku akan menaruhnya disini, silahkan diminum kalau kalian istirahat nanti.”

“Kaka……………….Sebuah persembahan, ya? Sungguh dedikasi yang mengagumkan, Kotori.”

“Berterimakasih. Terimakasih banyak Kotori.”

“…………………”

Yamai bersaudari mengucapkan terimakasih, Origami terus terdiam sembari melambaikan tangannya. Pada saat itu, “Uuh………..” suara semacam itu dapat terdengar. Mungkin, Natsumi tengah menjawab ucapan Kotori.

Lalu, karena Kotori telah mendapatkan respon dari semua orang, ia berjalan menuju meja Shidou.

“………………Shidou, bisa kita bicara sebentar?”

“Ng? Ada apa?”

“Ini mengenai Nia, jadi—“

“…………….! Apa sesuatu telah terjadi!?”

Ketika Shidou bertanya, Kotori mengangguk. Kemudian, sekali lagi, Kotori berkata kepada semuanya.

“Maaf, semuanya. Aku akan meminjam Shidou sebentar. Dia akan bekerja dua kali lebih cepat saat dia kembali nanti.”

“Hey!?”

Shidou mengutarakan protes-nya, tetapi Kotori tidak menanggapinya. Iapun menggenggam lengan baju Shidou lalu menariknya kedepan.

“H-Hey……………”

Shidou, selagi diseret oleh Kotori, tengah berjalan keluar dari ruanagn itu layaknya anjing yang tengah dituntun.

Setelah mereka meninggalkan mansion, Shidou merendahkan tatapan matanya karena sinar matahari yang terik.

“Ukh……………Jadi sudah siang, ya? Ini buruk, berapa banyak lagi waktu yang tersisa?”

“Meskipun manuscript-nya juga penting, tapi sekarang ini masuk saja kedalam mobilnya.”

Berkata demikian, Kotori menunjuk ke arah mobil yang terparkir tepat di depan mansion.

Shidou duduk di kursi belakang seperti yang diinstruksikan oleh Kotori. Mobilnya pun segera berangkat, berjalan menyusuri jalan.

“Lalu……………”

Shidou menatap pertokoan dan perumahan di jalanan di luar jendela selagi ia bertanya pada Kotori.

“Apa kalian menemukan sesuatu tentang Nia?”

“Ya. ----------Sebenarnya, kami telah menghubungi seseorang yang merupakan komikus kenalan Nia.”

“B-Benarkah? Lalu, kalau kita bertanya kepada orang itu—“

“Ya. Kita mungkin dapat menemukan sesuatu mengenai masa lalu Nia.”

Kotori berkata demikian sembari menatap Shidou. Shidou menelan ludahnha sendiri.

Setelah 20 menit telah berlalu, mobil yang tengah membawa Shidou dan Kotori berhenti tepat di depan sebuah cafe.

“------------Disini. Tolong turun. Reine sudah berbicara dengan orang itu.”

“A-Aah.”

Shidou turun dari mobil tersebut. Dengan agak gugup, Shidou berjalan menuju café.

Mereka melihat sekeliling bagian dalam café---------Kemudian mereka mendengar seseorang memanggil nama Shidou sembari melambaikan tangannya sedikit.

“Hai, Reine-san.”

“Maaf telah membuatmu menunggu.”

“…………….Aah, jadi kalian sudah sampai, Shin, Kotori.”

Reine berbicara dengan nada mengantuk yang sama dengan Shidou saat ini yang juga sedang mengantuk karena kerja lembur semalam suntuk. Kemudian, Reine mengenalkan mereka kepada sesoernag yang tengah duduk di depan mereka.

“…………….Biarkan aku mengenalkannya. Dia adalah seorang komikus. Namanya adalah Takajou Hiroki.”

“Ah, senang berjumpa dengan—“

Shidou membungkuk kepadanya, -----Tapi sesaat kemudian, ia menghentikan gerakan tubuhnya.


Tadinya ia berpikir jika Takajou Hiroki adalah nama untuk seorang pria. Akan tetapi, di depan Shidou saat ini, terdapat seorang wanita mengenakan kaca mata tebal dan nampaknya umurnya 20 tahun lebih.

Kemudian, Shidou mengingat kembali sesuatu yang berhubungan dengan kejadian minggu lalu. Nia sendiri telah mengatakan jika ada seorang komikus wanita lainnya yang juga menggunakan nama pria sebagai nama pena sama seperti dirinya.

“Perkenalkan. Namaku adalah Itsuka Shidou.”

“Sama, namaku adalah Kotori. Terimakasih banyak karena telah bersedia datang kemari hari ini.”

“Ooh, terimakasih banyak atas kesopanan kalian.”

Merespon sapaan Shidou dan Kotori, Takajou berkata demikian sembari meletakkan tangannya di atas meja sambil membungkuk balik kepada mereka.

Kemudian, iapun menengadah untuk melihat Shidou dan Kotori.

“………………Kalau begitu, hari ini kalian ingin menanyakan sesuatu mengenai Honjou-sensei, kan?”

“Ah---Ya. Itu benar. Apa saja boleh, bisakah kau ceritakan semua yang kau tahu?”

Ketika Shidou bertanya demikian, Takajou membetulkan posisi kaca matanya dan lensa-nya mulai bersinar.

“Walaupun aku tidak merasa keberatan……………Tapi hubungan macam apa yang kalian miliki dengan Honjou-sensei?”

“Eh?”

“Tidak, tolong maafkan aku. Tetapi karir kami saat ini tengah berada di atas puncak popularitas. Aku tidak akan membocorkan infromasi apapun kepada orang yang tidak ada sangkut pautnya.”


“Aku mengerti…………..”


Mungkin percakapan ini tidak akan bertahan lama. Akan tetapi, Shidou tidak dapat memikirkan penjelasan bagus macam apapun dengan segera. Ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan pada saat itu.


Kemudian dari sebelahnya, Kotori angkat bicara.


“-------------Sebenarnya, kak Nia adalah kerabat jauh kami, tapi kami tidak bisa menghubunginya selama beberapa tahun terakhir…………Jadi kami pergi mencaritahu dengan bertanya kepada beragam orang mengenai situasinya.”


Kemudian, Kotori menjelaskan dengan sangat hati-hati. Mungkin ia telah mengira sebelumnya kalau keadaan seperti ini akan muncul? Atau itu cuma karangan yang muncul secara tiba-tiba? Tidak perduli yang manapun, Kotori mengatakannya dengan sangat meyakinkan tanpa merubah ekspresinya. Shidou merasakan jika Kotori memiliki bakat alami sebagai seorang penipu.


“Fumu, aku paham.”


Takajou bergumam sedikit sebelum akhirnya mengangguk. Nampaknya, Takajou mempercayai Kotori karena ia barusan menyebutkan nama aslinya [Nia], yang belum pernah dipublikasikan kepada public sebelumnya.


“Aku memahami keadaan kalian. Aku juga mengkhawatirkan Honjou-sensei. Aku akan bekerja sama dengan kalian selama itu masih dalam batas kemampuanku.”


“Benarkah? Terimakasih banyak………….!”


Shidou menaruh kedua tangannya di depannya, lalu membungkukkan badannya untuk membungkuk kambali kepadanya.


Akan tetapi---------Takajou menggaruk pipinya sedikit.


“Tapi…………….Aku tidak tahu seberapa jauh aku bisa berguna.”


“Apa maksudmu………?”


“Tidak, sebenarnya, aku juga belum pernah bertemu lagi dengan Honjou-sensei beberapa tahun belakangan ini. Selain itu…………..Entah mengapa nampaknya Honjou-sensei sendiri juga membenci diriku.”


“Eh? Apa maksudmu?”


Shidou bertanya, Takajou menggelengkan kepalanya selagi ia melanjutkan.


“Tidak………………Sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu, kami bertemu dalam acara pesta yang diadakan oleh penerbit dan menjadi teman………Tapi suatu hari, anehnya sikapnya menjadi dingin terhadapku dan mulai menjaga jarak denganku…………Tadinya kupikir, kita telah menjadi teman baik sebagai sesama komikus, tapi……………Nampaknya kelalaianku telah membuatku melakukan sesuatu yang menyinggungnya tanpa kusadari.”


“Itu………………..”


Begitu mendengar penjelasan tersebut, Shidou mengernyitkan alisnya. Disebelahnya, Kotori juga membuat ekspresi yang sama seolah menyadari sesuatu.


Mungkin apa yang muncul di benak Kotori juga------Mengenai keberadaan Angel <Raziel>.


“Ada apa?”


Merasakan jika reaksi Shidou dan Kotori itu aneh, Takajou memiringkan kepalanya.


“T-Tidak, tidak ada apa-apa.”


“Fumu…………..Begitukah? --------Ngomong-ngomong, seperti itulah. Meskipun aku bisa memberitahu kalian apa yang kuketahui, aku tidak yakin apakah itu bisa berguna atau tidak.”


“Ya, tolong beritahu kami.”


Shidou berkata demikian sembari mengangguk, Takajou menjawab dengan menggeleng balik. Kemudian, ia melanjutkan.


-----------------Sekitar 40 menit kemudian,


Shidou dan Kotori berterimakasih kepada Takajou lalu meninggalkan café. Mereka kembali kedalam mobil yang sama yang tadi telah membawa mereka kemari. Selagi mobilnya berjalan, mereka berdua menatap keluar untuk melihat pemandangan di luar jendela.


Dari pembicaraan mereka dengan Takajou, Nia memiliki kepribadian yang ramah yang membuatnya selalu dapat berteman dan berbicara dengan siapapun.


Akan tetapi, Nia tidak suka membicarakan mengenai dirinya sebelum dia menjadi seorang komikus. Terutama, ketika ia ditanyai mengenai hubungan masa lalunya dengan teman-temannya. Nia selalu berusaha sebaik mungkin untuk mengalihkan pembicaran seperti itu.


Dan bahkan ketika seseorang seperti Takajou muncul, yang kelihatannya bisa akrab dengan dirinya, Nia malah berbalik menjaga jarak dengannya.


“………………Bagaimana menurutmu Kotori?”


“Kelihatannya------“


Merespon Shidou, Kotori menggerakkan bibirnya.


“Tidak salah lagi kalau itu ada hubungannya dengan keberadaan <Raziel>…………..Kalau dipikir baik-baik, itu tidaklah aneh. Jika kau memiliki sebuah Angel yang dapat mengetahui segalanya yang ada di dunia ini, semua orang pasti ingin menginvestigasi orang-orang disekitarnya, kan?”


“Tapi……………..Tetap saja.”


“Ya. Mungkin, itulah alasan mengapa Nia tidak bisa mempercayai manusia. ---Tapi begitulah. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat berperilaku layaknya malaikat setiap siang dan malam. Semua orang setidaknya pernah membicarakan keburukan seseorang dibelakang punggung orang yang bersangkutan. Dengan <Raziel>, wajar saja jika ia jadi merasa jijik terhadap manusia.”


Kotori menggaruk kepalanya.


“………………Ternyata akar permasalahannya lumayan dalam. Waktu aku mendengar jika ia hanya bisa mencintai karakter 2D, kupikir itu cuma semacam lelucon saja, tapi………….Intinya, ia tidak akan membukakan hatinya supaya tidak ada seorangpun yang akan bisa mengkhianatinya, kan? Bukankah ini………..Sungguh menyedihkan?”


“………………….”


Begitu mendengar ucapan Kotori, Shidou terdiam untuk sesaat.


Mungkin benar yang dikatakan oleh Kotori. Mungkin itulah alasannya. Alasan mengapa Nia tidak pernah membicarakan tentang hubungan masa lalunya dengan teman-temannya…………Alasan mengapa ia menenggelamkan dirinya sendiri kedalam dunia 2D.


Akan tetapi, masih ada satu hal lagi yang terasa janggal. Mengenai Nia, yang mendadak berperilaku dingin dan menjaga jarak dengan Takajou……….Pemikiran semacam itu terus mengganjal di benak Shidou.


“……………….Shidou?”


“Eh? Aah…………..”


Shidou menjawabnya, selagi Kotori menatapnya dengan pandangan tidak puas.


“Aku mengerti kalau kau mengantuk karena kau bekerja semalaman, tapi ini hal yang penting. Kau tidak boleh melamun seperti itu.”


“Aah…………..Maaf.”


Shidou merespon balik dengan jawaban singkat. Begitu melihat kehidupan Nia yang sulit, Shidou mengepalkan tangannya.


“Pokoknya, untuk saat ini, ayo kita selesaikan doujin-nya. Tidak perduli apa yang kita lakukan, kita harus membuat tempat dimana kita bisa berbicara dengan Nia sekali lagi dan bernegosiasi dengannya.”


Ketika Shidou berkata demikian, Kotori menunjukkan ekspresi terkejut selagi mengangguk balik kepada Shidou.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


----------Pekerjaan telah mencapai puncaknya pada tanggal 31 Desember pukul 01:00 pagi.


Di dalam ruangan kerja pada lantai pertama dari mansion para roh, Shidou dan yang lainnya tengah sibuk menggunakan pena untuk menintai manuscript yang masih putih bersih.


“………………..”


Di tengah kesunyian, Shidou menggerakkan tubunnya kedepan meja seolah sedang menempel kepada itu. Kemudian, ia menintai sketsa kasar karakter buatan Natsumi dengan sangat hati-hati.


Shidou mengenakan kaos tangan yang menutupi jari-jemarinya supaya ia tidak mengganggu dan mengotori manuscript-nya. Ia juga menempelkan cooling sheet di atas dahinya untuk mencegahnya dari rasa kantuk.


Botol-botol kosong dari minuman kopi kaleng dan minuman berenergi berjejeran di tepi meja.


“………………….Pukul 01:00 pagi……………..Walau kita harus mengirimkan data nya untuk sentuhan terakhir…………….Kita sudah hampir mencapai batas kita………….Kau tahu?”


“……………Ui~…………….”


“Ja………….waban. Sebelah sini, hanya tinggal sedikit lagi……….”


“…………………..”


Sehari telah berlalu semenjak mereka mulai bekerja. Shidou tidak pernah meninggalkan kursinya kecuali untuk makan, ijin ke toilet dan istirahat sejenak. Ia terus melanjutkan menggambar. Semua itu telah membuat pikirannya merasa jauh lebih lelah daripada yang ia duga. Ketika ia pergi ke toilet barusan, begitu ia menatap bayangannya sendiri di depan cermin, kedua matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam yang luar biasa besar, mirip seperti Reine.


Akan tetapi, bukan hanya Shidou seorang saja yang mengalami kondisi seperti itu. Di sebelah kiri Shidou, baik Kaguya dan Yuzuru juga berada dalam keadaan sama seperti Shidou. Kepala mereka juga terlihat pusing sekali. Satu-satunya yang masih terlihat tenang adalah Origami, tetapi terkadang ia juga berhenti bergerak setiap jam seolah sudah kehabisan baterai.


Akan tetapi, Natsumi, tidak salah lagi, adalah yang tengah berada di dalam situasi yang luar biasa berbahaya.


Natsumi duduk di depan meja di bagian belakang ruangan. Ia tidak beristirahat walau hanya sekali. Kedua matanya terlihat sangat merah, dan ujung jarinya gemetaran. Tetapi, tidak perduli seberapa banyak Shidou dan yang lainnya memintanya untuk beristirahat, Natsumi tidak pernah berhenti menggambar sekalipun. Dengan keteguhan hati yang seperti itu, Natsumi telah dianugerahi dengan kelebihan seorang pro.


Menatap ke arah sang gadis, Shidou jadi tidak bisa mengeluh sedikitpun. Shidou mengumpulkan seluruh tekad yang tersisa di dalam dirinya dan menyalurkannya kepada ujung jarinya. Perlahan, ia mulai mengerjakan bagian yang terakhir.


“Baiklah………………Inilah…………..Akhirnya, selesai……………..”


Shidou berkata demikian dengan suara gemetar, lalu, iapun terjatuh di atas meja. ---------Tentunya, setelah menaruh manuscript-nya ke bagian sampingnya.


Pada saat yang hampir bersamaan, Yamai bersaudari dan Origami juga menyelesaikan pekerjaan mereka. Sama seperti Shidou, baik Kaguya dan Yuzuru terjatuh di atas meja mereka. Akan tetapi, Origami meregangkan tubuhnya lalu berhenti bergerak sebentar.


Kemudian, sambil menunggu tintanya mengering, mereka menghapus sketsa pensilnya lalu memberikan manuscript nya kepada Tim Asisten.


“Baiklah, selanjutnya kita serahkan saja semuanya kepada <Ratatoskr>.”


Tidak lama setelah itu, pintu ruangan kerja terbuka. Kotori dan yang lainnya dari tim lain masuk ke dalam sambil membawa sebuah kardus besar.


“…………….Hai, Shidou.”


“Aah, Kotori…………..Eh?”


Selagi Shidou menyapa balik Kotori dan yang lainnya, ia kesulitan untuk membuka matanya yang lelah.


Disana, Kotori, Tohka, Yoshino dan Miku muncul dengan wajah mengantuk yang sama seperti Shidou dan yang lainnya.


“Kalian……………Wajah itu, apa yang telah terjadi?”


Ketika Shidou bertanya, para gadis saling menatap satu sama lain kemudian menoleh kepada Shidou.


“Itu rahasia, Shidou.”


“Tolong………….Tunggulah.”


“Ufufu……………Sebenarnya, kekurangan tidur adalah musuh utama dari kecantikan, tapi kami tidak bisa membiarkan hanya darling dan lainnya saja yang sibuk bekerja~.”


Setelah berkata demikian, Tohka, Yoshino dan Miku tertawa walaupun mereka terlihat sangat lelah. Shidou memiringkan kepalanya karena bingung.


“Yang lebih penting, bagaimana pekerjaan kalian?”


“Aah…………Aku baru saja menyelesaikannya. Setelah kami menyelesaikan bagian menghapus dan meng-scan nya, kami akan mengirim semuanya kepada Tim Asisten. Kurasa Kaguya, Yuzuru dan Origami juga sudah selesai.”


“Begitukah? Terimakasih, kalau begitu—“


Setelah berkata demikian, Kotori melihat kesekeliling ruangan.


Benar. Disebelah sana masih ada seorang gadis yang terus melanjutkan pekerjaannya di ruangan ini., --Natsumi.


Shidou menumpukkan kertas-kertasnya untuk sesaat lalu perlahan beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke arah Natsumi bersama dengan Kotori dan yang lainnya.


Begitu melihatnya, baik Yamai bersaudari dan Origami mengikuti mereka selagi mereka berjalan menuju Natsumi.


“Natsumi……………Apa kau baik-baik saja?”


“……………………”


“Natsumi?”


“………………! A-Aah……………Un………………”


Ketika Shidou bertanya kepadanya, Natsumi menggetarkan bahunya. Kelelahan nampak terlihat sangat jelas dari wajahnya. Dibawah kedua mata merahnya, terdapat lingkaran hitam disekitarnya. Terlihat seperti itu, Natsumi telah mencapai batasnya.


“Karena kami sudah menyelesaikan pekerjaan kami, kami akan mengambil alih bagianmu. Kau pasti lelah, kan? Kumohon pergilah istirahat.”


“………………Uun, tidak apa-apa. Hanya tinggal sedikit lagi…………….”


Natsumi menggelengkan kepalanya sebagai respon terhadap perkataan Shidou dan melanjutkan pekerjaannya. Iapun menggosokkan matanya karena mereka terlihat sangat kelelahan. Ia secara tidak sengaja mengotori wajahnya dengan tinta yang menempel di tangannya. Entah bagaimana, wajahnya nampak seperti seseorang yang telah kalah dalam pertandingan badminton Jepang.


“Tunggu sebentar………Natsumi, bukankah kau belum istirahat sedikitpun sejak kemarin? Terlebih lagi, kau bahkan mengerjakan pekerjaan dua kali lipat dengan mengerjakan Name dan Draft-nya………..”


“Tidak apa-apa. Pertarungan kita dimulai saat acara penjualannya. Serahkan saja sisanya kepada kami, dimensi kegelapan dari alam mimpi telah memanggil dirimu.”


“Persetujuan. Kau terlalu memaksakan dirimu, Natsumi.”


“Beristirahat juga merupakan pekerjaan penting.”


--------------Akan tetapi, walau Yamai bersaudari mencoba untuk membujuknya bersama-sama, Natsumi tidak menghentikan pekerjaannya sama sekali.


Menatap ke bagian putih bersih dari manuscript, Natsumi menintai semuanya menggunakan pena dengan sepenuh hati.


“………………..Kubilang…………….Tidak apa-apa.”


“T-Tapi………………..”


Ketika Shidou berkata demikian, Natsumi terus menggambar sebuah garis yang indah dengan jarinya yang gemetaran.


“……………Mungkin, akulah satu-satunya yang tidak akan berguna saat acara penjualannya. Inilah satu-satunya hal yang dapat kulakukan…………..Hanya sebatas ini saja………….Itulah sebabnya, biarkan aku melakukan ini. Bgaiku bisa jadi seseorang yang penting seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan. Karena aku juga ingin bisa jadi berguna bagi semuanya………….”


“Natsumi……………”


“…………….Aku telah diselamatkan oleh Shidou dan yang lainnya, waktu itu aku sangat senang……….Karena itulah, saat ini, aku ingin menyelamatkan roh lainnya dengan menyatukan kekuatan kita bersama. Aku, sungguh, sungguh……………Bahagia. Karena itulah, aku tidak merasa sakit sedikitpun. Aku benar-benar merasa senang sampai aku tidak bisa menahan diriku. Aku ingin segera memberitahukan padanya……..Jadi si Nia yang keras kepala itu juga akan bisa memahaminya.”


Natsumi tersenyum sedikit, sebelum akhirnya ia mengangkat kembali pena yang ia genggam dengan perlahan.


“------------Kalau persahabatan itu sungguh hal………….Yang indah.”


Kemudian, Natsumi pingsan dan terjatuh dari kursinya begitu ia menyelesaikan gambarnya. Beruntungnya, Shidou berhasil menangkap tubuhnya menggunakan satu tangan saja.


“Hey, Natsumi, apa kau baik-baik saja?”


“…………….”


Shidou bertanya dengan nada khawatir. Natsumi hanya menjawab dengan dengkuran halus yang menandakan jika ia hanya tertidur saja.


“…………….Kau sudah berjuang dengan keras, Natsumi.”


Berkata demikian, Shidou tersenyum kepadanya dan mengelus kepalanya dengan lembut.


Kemudian Miku, yang berdiri di belakang Shidou, ikut angkat bicara dengan air mata berlinangan dari kedua matanya.


“Uuh..............Aku sungguh terharu! Untuk menunjukkan perhatianku, darling, biarkan aku mengantarkan Natsumi-san ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidurnya………..”


“Shidou, bawa Natsumi ke kamarnya. Jangan lupa untuk mengunci pintunya, OK?”


Seolah memotong perkataan Miku, Kotori berkata demikian. Miku berkata “Aah, Kotori-san benar-benar jahat!” dan membalikkan tubuhnya.


Kotori tidak memperdulikan Miku dan mengambil manuscript-nya dari atas meja Natsumi. Ia menatapnya sebentar lalu kemudian mengangguk sedikit.

“-----------Luar biasa.”

Setelah itu, ia menunjukkannya kepada semua orang yang ada di ruangan itu.

“Inilah hasil dari jiwa Natsumi. Dengan ini, senjata kita akhirnya telah lengkap. ----Semuanya, pertarungan ini, kita pasti akan meraih kemenangan!”

Mendengar perkataan Kotori,

“Ooh!”

Shidou dan yang lainnya mengacungkan kepalan tangan mereka sebagai jawaban mereka.

Akhirnya pagi pun telah tiba. Waktu menunjukkan pukul 07:30 pagi. Pintu menuju medan pertempuran baru saja terbuka.


Semua Circle yang berpartisipasi telah berjejeran di dalam Convention Center yang luas---------Tenguu Square, dimana acara Comico Colloseum diadakan. Selagi memasuki Hall, mereka mendengar suara langkah kaki, begitu juga dengan suara Cart yang menggelinding dari dalam ruangan.


Comico Colloseum diadakan dua kali dalam setahun, sekali saat musim panas dan sekali lagi saat musim dingin. Mereka memamerkan dan menjual doujin dalam jumlah besar. Acara itu sudah dijadwalkan untuk diadakan hanya dalam tiga hari saja. Ini adalah acara besar dimana semua fans komik dan anime dari seluruh negeri berkumpul. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam kurun waktu tiga hari, bisa dikatakan jika lebih dari 50 orang datang sebagai vendor.


Itu adalah acara terbesar yang pernah diadakan. Tentu saja di sana juga ada pertisipan perseorangan, akan tetapi, jumlah partisipasi Circle yang memamerkan doujin mereka lumayan meningkat dalam hal jumlah. Tidak begitu lama setelah Hall dibuka, suara gemuruh dari orang-orang yang berbaris menggema di dalam bangunan.


--------Satu jam berlalu semenjak pembukaan. Semua Circle yang berpartisipasi biasanya ditempatkan di tempat yang sama. Shidou dan yang lainnya, Circle <Ratatoskr>, akhirnya membangun booth mereka di di depan pintu masuk setelah jumlah pejalan kaki yang berlalu lalang berkurang jumlahnya.


“Baiklah, ayo lakukan, semuanya!”


“Umu, persiapannya sudah selesai!”


“A-Ayo kita berjuang…………..!”


Para roh mengangguk mendengar perkataan Shidou.


Meskipun bisa dikatakan jika keadaan fisik semua orang tidak sedang dalam kondisi yang prima saat ini, mereka telah memulihkan energi yang cukup karena telah tertidur setelah menyelesaikan manuscript.


Ketika Shidou terbangun, ia menemukan Origami menempel tepat di sampingnya. Sementara Miku telah memeluk Yoshino dan Kotori di tangan kiri dan tangan kanannya. Alhasil, iapun tertidur dengan wajah yang namapk bahagia. Yoshino dan Kotori mengerang seolah sedang bermimpi buruk. Mereka curiga jika Origami dan Miku sengaja melakukan itu, akan tetapi keduanya membantah hal tersebut dan mengatakan jika itu memang hanya posisi tidur mereka saja. Akan tetapi, <Ratatoskr> mengetahui jika mereka berdua berbohong dan menatap mereka dengan tatapan penuh curiga.


Daripada itu, hari ini adalah waktunya untuk pertarungan yang sengit. Shidou berjalan bersama dengan para roh menuju pintu ruangan lobby yang luas. Kemudian, mereka pergi ke Hall sebelah Timur untuk menuju lokasi booth mereka.


Di dalam Hall, terdapat banyak sekali orang yang berasal dari beragam Circle ikut berpartisipasi. Semuanya terlihat sangat sibuk. Selagi membangun booth milik mereka, mereka memasangkan taplak meja dan menjejerkan semua buku di atas meja.


“Hee……………..Walaupun ini pertamakalinya aku ke sini, ini sungguh menakjubkan.”


“Persetujuan. Semua yang ada di sini sungguh kreatif.”


“Kau benar~. Entah mengapa atmosfirnya terasa mirip dengan acara TV live.”


Para roh memperhatikan sekeliling mereka dengan girangnya, mereka berkata “Kya-Kya!” lalu saling mengobrol.


Lalu, saat Kotori menatap ke arah tertentu di dalam Hall, Kotori meneriakkan sesuatu kepada semua orang.


“---------Dia sudah disini, Nia.”


Mendengar perkataan Kotori, semuanya menjadi tegang.


Shidou menelan ludahnya dan menatap kepada booth dari Circle yang berada di arah yang berlawanan dengan mereka.


Disebelah sana, terdapat orang yang Kotori sebutkan tadi. ----------Wujud dari sang roh, Nia.


“……………….”


Shidou membulatkan tekadnya dan melangkah maju.


Kemudian, seolah menyadari keberadaan Shidou dan yang lainnya, Nia menekuk wajahnya.


“………………Um?”


Berkata demikian, iapun mengangkat gagang kaca matanya dan beranjak dari atas kursinya.


“Sungguh pertemuan yang tak terduga ya bocah. Aku tidak pernah menyangka jika kita akan bertemu lagi di tempat seperti ini. Oh, kulihat semuanya juga ada di sini. Senang berjumpa dengan kalian, kurasa?”


Nia menatap kepada para roh yang tengan duduk di sebuah barisan di belakang Shidou. Tohka, Origami, Kaguya dan Natsumi bersiap siaga. Yoshino dan Yuzuru membungkuk sedikit, sementara Kotori melipat tangannya dan menatap balik Nia sebagai serangan balik.


Hanya Miku seorang yang memegangi dagunya dan matanya terlihat bersinar, “Begitu ya, benar juga……….Gadis yang mengenakan kaca mata dan bertubuh ramping juga cantik rupanya………Tipe yang belum pernah kulihat sebelumnya sampai sekarang~.”


Untuk beberapa alasan, setelah Miku berkata demikian, Natsumi menjauh dari Miku.


“…………….Lalu? Kenapa kalian datang? Yaah, itu sih hak kalian untuk datang ke Comico, tapi………….Partisipan biasa akan dimulai pada pukul 10:00 pagi, kau tahu?”


Nia mengangkat bahunya sebagai reaksi.


Kotori membuka lipatan tangannya sambil menjawab kepada Nia.


“Terimakasih banyak atas saranmu. ------Akan tetapi, kita disini bukan sebagai partisipan biasa.”


Kemudian Kotori perlahan mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah booth di sebelah Nia. Nia mengikuti arah jari Kotori menunjuk dan memperlihatkan ekspresi wajah bingung.


“Fuun...............? Aah, aku paham.”


Na menghela napas kecil, kemudian mengambil peta penunjuk jalan Hall dari atas meja.


“Tadinya kupikir itu aneh. Menurut peta, harusnya tidak ada booth disini, tapi kemudian kulihat sudah ada booth berdiri waku aku baru datang kemari. Tadinya sempat terpikir olehku jika mungkin pihak management telah membuat kesalahan, tetapi………..Aku paham sekarang jika itu ternyata ulah kalian.”


“Yaah…………..Begitulah.”


Selagi Shidou menjawabnya, Nia menunjukkan ekspresi wajah tidak senang kepada Shidou dan yang lainnya. Akan tetapi, ekspresi wajahnya menunjukkan jika ia berpikir kalau situasi tak terduga ini lumayan menyenangkan.


“……………..Ngomong-ngomong, kau membawa banyak orang ya.”


“Ara, bukankah orang yang kau bawa juga cukup banyak?”


“Aah, mereka semua adalah pekerja paruh waktu. Bukankah hubungan kerja itu bagus? Mereka akan bekerja untukmu sebanyak uang yang kau bayarkan kepada mereka, sangat mudah untuk dimengerti.”


Begitu mendengar perkataan Nia, Shidou dan Kotori menggigit bibir mereka sedikit. --------Dari pembicaraan kemarin, ucapan Takajou bergema di dalam benak mereka.


“Lalu? Tidak apa jika kalian berpartisipasi, tapi memangnya apa yang akan kalian jual? Kelihatannya kalian datang dengan tangan kosong.”


“Ya.”


Kemudian Kotori menjentikkan jarinya.


Seolah merespon hal tersebut, tiga orang pria muncul dari dalam ruang pekerja. Mereka mendorong sebuah cart yang dipenuhi oleh kardus-kardus.


--------------Jika dilihat baik-baik, mereka adalah anggota kru <Fraxinus> Nakatsugawa, Kawagoe dan Migimoto.


“----------Kami mengantarkan barang bawaan Circle <Ratatoskr>!”


“Terimakasih. Tolong ditumpuk di booth sebelah sana.”


“Baik!”


Setelah menjawab, merekapun menumpukkan kardus-kardus itu di dalam Circle booth. Terdapat 10 kardus. Benar sekali, itu adalah jumlah kardus yang sama dengan jumlah kardus yang Nia tumpukkan di belakang booth-nya.


“500 volume di dalam setiap 10 kardus……………Jumlah itu sama dengan milikmu, kan, Nia?”


“…………….Hee? Persiapanmu lengkap juga, ya? Lalu, kau akan menjual semua itu lebih cepat daripada aku…………Itu kan yang kalian ingin katakan? Kalian benar-benar memikirkannya ya. Meskipun begitu, kuakui kalau kalian memiliki perspektif penjualan yang lebih baik daripada diriku.”


“Terimakasih atas pengertiannya yang cepat.”


Merespon perkataan Nia, Kotori mengangkat ujung bibirnya.


Kemudian, setelahnya, semua pertisipan yang sedang sibuk membangun booth mereka mulai membisikkan sesuatu.


Nia, Shidou dan yang lainnya dapat merasakan atmosfir yang berbahaya, tapi--------Mereka salah. Entah mengapa mata mereka terfokuskan kepada Nakatsugawa, yang masih bekerja.


“Hey, mungkinkah dia…………”


“Aah, pria yang mengenakan kaca mata dan kaos tangan itu, tidak salah lagi. Sang pemimpin dari Circle legendaris <Mai MaiKaburi>, MUNECHIKA…………….!”


“Mustahil! Lima tahun yang lalu, dikarenakan perbedaan pendapat atas [Haruskah Adik Kecilku Yang Belum Pandai Berbicara Memanggilku Onii-tan Atau Onii-tama?] circle itupun jadi terpecah belah. Sang pria yang telah menghapuskan keberadaannya dari Comico!?”


Mendengarkan gossip semacam itu, Shidou dan Kotori menatap Nakatsugawa dengan mata setengah tertutup.


“…………………<Mai MaiKaburi>?”


“MUNECHIKA…………….?”


Kemudian, Nakatsugawa menghela napas sambil memberikan senyuman hampa.


“Tolong hentikan. Itu cuma cerita dari masa lalu.”


“……………..”


Shidou dan Kotori saling menatap satu sama lain……………Mereka mendapat firasat jika mereka mencoba bertanya lebih dari ini, maka itu akan menjadi percakapan yang lebih menyusahkan lagi. Selagi mereka saling bertatapan, keduanya setuju untuk mengubah topik pembicaraan.


“Yang lebih penting Shidou.”


“A-Aah.”


Shidou berjalan ke bagian belakang booth. Iapun membuka satu buah kardus dan mengambil semua buku yang ada di dalamnya. Mungkin, itu karena semua buku itu baru saja di cetak, tetapi semua buku itu masih terasa agak hangat.


“Uwah……………….”


Jika dipikir lagi, ini adalah pertamakalinya ia melihat produk yang baru jadi. Ilustrasi yang digambar oleh Natsumi telah diwarnai dengan indahnya dengan sebuah logo tercetak di atasnya. Tidak perduli bagaimanapun kau melihatnya, semua itu tak nampak seperti buku yang dibuat hanya dalam dua hari saja.


Shidou berjalan menuju Nia. Iapun menatap Nia, sementara Nia meregangkan badannya untuk membetulkan posisi buku-buku dari kursinya.


“---------------Halo, senang berjumpa denganmu. Aku adalah Itsuka Shidou dari Circle <Ratatoskr>.”


“………………………!”


Nia terperanjat mendengar perkataan Shidou.


Setelah sempat merasa ragu selama beberapa saat, Nia mengambil satu buah buku yang berjejeran di booth-nya dan memberikannya kepada Shidou.


“Honjou Souji dari Circle <Honjou-Dou>. Aku juga senang berjumpa denganmu.”


Kemudian, keduanya membungkuk sedikit selagi mereka saling menukar buku satu sama lainnya. Benar. Itu hal yang wajar untuk saling menukar buku dengan booth tetanggamu.


Nia menunjukkan ekspresi tidak puas.


“……………Karena aku merasa jika aku tidak akan kalah di tempat ini, aku akan menerima buku ini untuk saat ini, tapi apakah aku akan membacanya atau tidak tergantung pada hasil hari ini.”


“Tentu. Aku tidak keberatan. –Ayo kita buat hari ini menjadi hari yang indah bagi kita semua.”


“…………………….”


Shidou mengulurkan tangannya kepada Nia. Niapun menghela napas selagi mengulurkan balik tangannya kepada Shidou. Mereka saling bersalaman sebentar sebelum akhirnya melepaskan tangan mereka.


“Meskipun rencanamu terlihat menarik, aku rasa kau tidak punya kesempatan untuk menang. Lagipula, aku ini seorang Pro, dan bahkan dengan 5000 kopi buku ini, aku sudah merendah dalam hal jumlah bukunya karena ini adalah pertamakalinya aku berpertisipasi lagi dalam acara ini setelah sekian lama. Tidaklah mudah bagi circle baru seperti kalian untuk menang dengan karya yang dibuat secara terburu-buru oleh para amatiran.”


“Yaah………….Aku penasaran soal yang satu itu.”


Kotori tersenyum dengan penuh kepercayaan diri, kemudian -------Iapun menatap kepada para roh yang berada di belakangnya.


“---------Semuanya, persiapkanlah diri kalian.”


Merespon Kotori, Tohka, Yoshino dan Miku menjawab secara bersamaan “Ooh~!”.


Di sisi lain, Yamai bersaudari, Origami dan Natsumi, keempat orang dari tim menggambar tidak mengerti apa yang sebenarnya Kotori bicarakan. Merekapun memiringkan kepala mereka karena keheranan selagi duduk di kursi masing-masing.


“Persiapan……………? Mengenai apa ini?”


“Pertanyaan. Yuzuru dan yang lainnya tidak mendengar apapun mengenai ini sebelumnya.”


“………………Entah mengapa aku bisa merasakan firasat buruk soal ini.”


“Tenang saja, tenang saja. Yang lebih penting, semuanya harus kemari dulu. ----Shidou, kita akan segera kembali, bisakah kau mempersiapkan booth-nya bersama dengan Kawagoe dan yang lainnya sampai saat itu?”


Kotori berkata demikian sembari mendorong punggung Natsumi. Shidou mengangguk kepadanya walaupun sebenarnya ia masih mempertanyakan apa yang tengah terjadi.


“Baiklah……………..Kalau begitu, ayo kita juga mulai konstruksinya.”


Shidou berkata demikian sambil melihat Kotori dan yang lainnya pergi. Para kru mengangguk kepadanya selagi mereka membawa lebih banyak kardus besar dari luar.


Dari semua kardus itu, mereka mengeluarkan beberapa pernak-pernik dekorasi untuk booth: poster dari sampul depan komik mereka dan juga taplak meja.


“Uwah, luar biasa. Kalian bahkan membuat yang seperti ini juga?”


“Fufufu, tentu saja. Lagipula, kita ini circle yang tak bernama. Setidaknya, kita harus mencolok. Baguslah karena tempat ini adalah wall booth yang terkenal. Karena itulah, mari kita buat wall yang efektif dengan tangan kita sendiri.”


Kaca mata Nakatsugawa bersinar terang. Shidou menyeringai sembari berkeringat dingin.


Lalu, Shidou membantu yang lainnya untuk mendirikan poster yang bergambarkan sampul depan komik mereka………….Meskipun itu terasa sangatlah memalukan untuk memiliki poster yang bergambarkan karakter yang penampilannya mirip dengan dirinya sendiri, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk berpikir demikian. Iapun menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pembangunannya.


Pekerjaan itupun berlanjut untuk beberapa saat, Shidou pun menyadari jika beberapa orang mulai berkumpul disekitar wall booth. Dengan segera orang-orang itu mulai mengantri di depan circle booth. Khusunya circle Nia, terdapat cukup banyak orang yang mengantri di depan booth mereka.


“Eh…………..? Bukankah acaranya masih belum dimulai? Orang-orang itu……….”


Shidou bertanya, Nakatsugawa, yang tengah sibuk menjejerkan semua buku, menjawab Shidou.


“Aah, mereka juga sama seperti kita, mereka juga circle yang ikut berpartisipasi. Selama mereka memegang tiket circle, mereka bisa datang ke Hall sebelum partisipan biasa dan mereka bisa mengantri di depan circle favorit mereka lebih cepat dari biasanya.”


“Eh? Benarkah?”


“Uhm…………..Susah juga menjelaskannya.”


Nakatsugawa memberikan jawaban samar selagi ia melipat kedua tangannya. Drai ekspresinya, nampak seolah ia berkata “Meskipun tidak baik bagiku untuk mengatakannya, tapi aku juga melakukan hal yang sama di masa lalu……………”


“Eh…………..Tapi, lalu itu artinya—“


“Benar. Akhirnya kau mengerti.”


Nia, yang tengah berdiri di booth sebelah, menjawab Shidou.


“Faktor kesuksesan dari doujin bergantung pada reputasimu sebelumnya. Tentu saja, aku juga blank, karena saat ini aku adalah pertisipan dadakan. Aku tidak sempat tercetak di katalog, tapi aku mem-post pengumuman di blog milikku sebelumnya. Di luar sana ada banyak sekali partisipan yang ingin menjadi yang pertama yang mendapatkan bukuku, kau tahu?”


Setelah berkata demikian, iapun mengarahkan tatapannya kepada Shidou dari atas bingkai kaca matanya.


“Sebenarnya aku merasa kasihan padamu, tapi walaupun kalian memiliki jumlah buku yang sama denganku, pemenang dari siapa yang dapat menjual lebih cepat telah ditentukan sejak awal.”


“Apa!? Mustahil…………..”


“------------Aku tidak yakin soal itu.”


Saat itu, memotong perkataan Shidou, Kotori angkat bicara.


“Kotori? E………….Eeh!?”


Melihat ke arah sumber suara, mata Shidou langsung terbelalak.


Akan tetapi, itu wajar saja. Karena di sebelah sana, para roh muncul dengan mengenakan kostum bunny-girl yang manis di atas tubuh mereka.


“K-Kalian semua, penampilan itu………….”


“Umu! Kelihatannya kami menjadi salesgirl!”


“Kemarin…………..Semuanya, membuat ini……….! Walaupun ini terasa agak memalukan………….Tapi aku akan berjuang……………!”


Baik Tohka dan Yoshino menjawab pertanyaan Shidou. Memang benar, Tohka dan yang lainnya yang bukan merupakan bagian dari tim menggambar memiliki tugas lain untuk dikerjakan, jadi inilah yang mereka maksud.


Melihat kemunculan mendadak dari grup gadis cantik yang ber-cosplay, para partisipan di sekeliling nampak tertarik.


“Ada apa di circle itu…………..? Bukankah semua gadis itu terlihat luar biasa manis?”


“Eh? Mereka tidak ada di katalog, kan?”


“Ngomong-ngomong, diantara para gadis itu, bukankah Izayoi Miku?”


Terlebih, ketika seseorang menyadari bahwa sang idola Izayoi Miku berada di sini, mendadak merekapun menjadi berisik. Dari arah sini dan sana, suara “Kya~ Kya~!” dan suara dari kamera hp bergema.


Meskipun pada dasarnya itu adalah hal yang tidak baik untuk dilakukan, Miku tidak merasa keberatan, malahan ia berpose untuk seornag gadis yang tengah memegangi kamera.


Melihat itu, Nia memegangi kepalanya karena bingung.


“……………Izayoi Miku?”


“Ufufu~, jadi akhirnya kau menyadarinya~”


Miku membusungkan dadanya dengan bangga. Akan tetapi, Nia mengangkat alisnya seolah sedang merasa kebingungan.


“………………..Maaf, aku tidak kenal sama sekali. Apa kau terkenal?”


“Auuuu!?”


Mendengar perkataan Nia, Miku tercengang karena kaget.


“T-Tenanglah, Miku. Nia telah ditawan oleh DEM sampai beberapa saat yang lalu, jadi jelas saja kalau dia tidak mengetahui tentang dirimu yang seorang artis.”


“K-Kau benar~……………Terimakasih banyak, darling.”


“Bersiaplah. Ini akan segera dimulai.”


Miku tertawa kecil dan membetulkan posisi tubunya, Kotori mengusap punggungnya sedikit, seolah tengah menyemangati semangat juang Miku.


Sementara waktu, jarum jam telah menunjukkan pukul 10:00 pagi, pengumuman pun bergema di seluruh ruangan Hall.


“-------------Muali dari saat ini, Comico Colosseum telah dibuka.”


Di saat bersamaan, suara tepukan tangan bergemuruh kencang seperti layaknya suara petir.


Shidou dan para roh langsung terbelalak begitu melihat tepukan tangan yang sedahsyat itu. Merekapun mengalihkan pandangan mereka kepada tetangga mereka.


Tetapi, ini hanyalah awalan saja. Sebelum suara tepukan tangan hampir berhenti, dari kejauhan…………….*Drapdrapdrapdrapdrapdrapdrap*…………….suara gemuruh menggetarkan lantainya.


“S-Suara ini……………..”


Shidou berbicara dengan nada gemetar,----------Tetapi kemudian, iapun segera menyadarinya.


Semua suara itu datang dari para partisipan biasa dalam jumlah besar, yang langkah kakinya tengah berlarian kedalam ruangan.


“O-Ooh……………!?”


“………………..Luar biasa, apa itu?”


Dari arah kedatangan mereka, semua orang berlarian kedalam layaknya ombak pasang. Pemandangan tersebut mirip dengan pasukan tentara yang tengah menyergap sarang musuh setelah gerbang kastil terbuka. Para roh tercengang untuk sesaat selagi mereka saling menatap satu sama lain dengan kagumnya.


Akan tetapi, mereka tidak boleh terus diam dan berdiri seperti itu saja. Ketika para partisipan biasa masuk, anggota circle yang berjejeran di belakang booth Nia mulai menjualkan buku Nia satu per satu.


“Tolong satu buah bukunya.”


“Ya, itu 500 Yen.”


“Sebelah sini, tolong dua buah!”


“Itu 1000 Yen.”


Dengan penanganan yang professional, Nia dan para anggota staff nya melayani para pembeli. Nia menatap ke arah Shidou dan menggerakkan bibirnya seolah mengatakan “Coba kita lihat apa kalian memang bisa menang.”


“Ku-------------Kita juga, ayo kita mulai!”


“Itu benar. Baiklah semuanya, ayo lakukan sesuai dengan yang direncanakan!”


“Ooh!”


Mengikuti instruksi Kotori, para roh membuat barisan di depan booth. Seolah tertarik dengan penampilan mereka, para partisipan yang berencana untuk membeli buku lain menghentikan langkah mereka tepat di depan booth milik Shidou.


“Ooh, selamat datang!”


Tohka memanggil seorang remaja lelaki yang sedang menatap poster mereka sambil berlalu. Lelaki itupun terperanjat seolah terkejut dengan panggilan Tohka.


“Tidak, uhm…………”


“Satu buah harganya 500 Yen! Bagaimana?”


“………………………….Ah…………..Kalau begitu tolong satu buah.”


Meskipun remaja itu nampak ragu antara haruskah ia membeli bukunya atau tidak, tapi ia tidak bisa menang melawan senyuman menyilaukan dari Tohka yang tenagh berdiri di hadapannya. Setelah tersenyum dengan gugup, lelaki itupun menyerahkan uang 1000 Yen.


“Ooh, terimakasih! Kembaliannya 500 Yen!”


Setelah Tohka memberikan bukunya, ia melambaikan tangannya sambil tersenyum manis. Remaja lelaki itu terlihat malu-malu, tapi ia terlihat senang sambil melambai balik sebelum akhirnya pergi.


Shidou menyeringai begitu melihat pemandangan tersebut.


“Haha……………..Baguslah………………..Kurasa?”


Setelah Shidou berkata demikian, Nakatsugawa, yang masih merapihkan buku-buku, tersenyum.


“Tentu saja. Lagipula, ini adalah pertarungan penjualan. Tidak perduli seberapa bagus gambar yang kau buat, tetaplah penting untuk menjualnya sebanyak mungkin. Kemampuan untuk memperluas wilayah dan propaganda adalah factor penting. Honjou-sensei pasti sudah memahami hal itu juga. --------Malahan, kalau kita tidak melakukannya, rasanya mustahil bagi circle tak ternama seperti kita bisa menjual 5000 buah buku.”


“B-Begitu ya………….”


Keringat dingin mengalir di pipi Shidou selagi ia mengangguk. Itu benar, walaupun ini adalah tempat untuk doujin, tempat berjualan tetaplah tempat berjualan.


Kerumunan mulai mengelilingi circle <Ratatoskr> dikarenakan oleh para salesgirl-nya yang cantik. Senyuman maut dari para roh telah berhasil menaklukkan para partisipan. Mereka mulai menaikkan jumlah penjualan mereka secara lancar dengan menggunakan taktik licik.


Walau, <Honjou-Dou> yang berada di sebelah mereka telah menjual sedikit lebih banyak buku dibandingkan <Ratatoskr> tanpa menggunakan taktik serupa. Semakin jauh waktu berlalu, antrian di depan circle Nia bertambah panjang.


“Ukh…………….Kalau ini terus berlanjut…………!”


Perbedaan perkembangannya terlalu jauh. Wajah Shidou nampak lesu karena melihat buku Nia terjual satu per satu.


Kemudian, Kotori, yang juga tengah mengenakan kostum bunny girl, memegangi stik Chupa Chups dan mengacungkannya ke atas.


“Ada apa dengan wajah itu, Shidou? --------Pertarungan baru saja dimulai dari sekarang.”


“Eh……………..?”


Shidou memiringkan kepalanya karena bingung mendengar perkataan Kotori.


Kemudian------Mata Shidou pun langsung terbelalak karena terkejut. Perlahan orang-orang mulai mengerumuni circle <Ratatoskr>. Terlebih lagi, mereka semua tidak hanya numpang lewat saja seperti pertisipan yang sebelumnya. Orang-orang ini mengantri untuk membeli buku <Ratatoskr>.


“I-Ini……………”


Shidou berkata dengan nada tak percaya, sementara Kotori melipat tangannya dengan bangga.


“Fufufu, sudah kubilang, kan? Kaguya, Yuzuru! Pergi dan rapihkan antriannya dari ujung panel!”


“Kaka, dimengerti!”


“Persetujuan. Serahkan saja kepada kami.”


Mengikuti instruksi Kotori, Yamai bersaudari berlari ke bagian depan booth <Ratatoskr> untuk merapihkan antrian.


Bahu Shidou bergetar karenanya.


Di tengah antrian, terdapat banyak sekali wajah familiar yang terlihat di sana sini. ----------Benar. Mereka semua adalah anggota organisasi <Ratatoskr>.


“………………Ini, bukankah ini namanya curang?”


Shidou bertanya kepada Kotori dengan suara kecil yang tak dapat terdengar oleh Nia. Setelah itu, Kotori mendengus dan menatap balik Shidou dengan mata setengah terbuka.


“Kasar sekali. Mereka semua adalah [teman-teman] yang datang mengunjungi circle kita. Membeli doujin buatan kenalanmu adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Aku sudah meminta yang lainnya untuk menghubungi teman-teman mereka juga.”


“Y-Yaah, meskipun itu benar, tapi…………….”


Kemudian, Shidou memiringkan kepalanya. Terdapat beberapa bagian yang mengkhawatirkan dari perkataan Kotori.


“…………………Yang lainnya juga?”


Shidou bergumam selagi ia merasakan suatu firasat buruk. Beberapa saat kemudian, suara yang familiar terdengar.


“Yahoo~! Tohka-chan~, kami datang~”


“Jumlah orang yang datang sungguh menakjubkan~”


“Mengingatkanku akan pertarungan pulau Congo yang basah~”


Berkata demikian, tiga aorang gadis datang ke depan booth setelah mengantri.


Melihat kemunculan mereka, Shidou tersedak. Bagaimanapun, yang berada di sana adalah teman sekelas Shidou, ketiga gadis itu adalah Ai, Mai dan Mii.


“Ooh, jadi kalian bertiga datang!”


Tohka menyapa dengan nada riang. Kemudian ketiganya berkata “Fufu” dan berkata,


“Tentu saja. Tidak mungkin kami menolak permintaan Tohka-chan.”


“Benar, benar. Lagipula Comico kelihatannya menarik juga.”


“………………Yaah, ah! Kapten-----------San lelaki buas telah ditemukan!”


“Apa!?”


Begitu melihat wajah Shidou, ketiganya langsung memasuki mode tempur. Shidou menghela napas tanda menyerah, lalu iapun menyapa ketiganya.


“………………..Yaah, kalian bertiga, lama tak jumpa……….”


“Semuanya, hati-hati!”


“Dia akan mencoba merayu kita!”


“Dia akan membuatmu hamil kalau tidak berhati-hati!”


“…………………”


Shidou menjadi gugup melihat mereka membuat keributan…………Sesuai dugaan, ia memang harus menjelaskan kejadian ketika ia kehilangan kendali dari kekuatan roh di dalam dirinya pada awal bulan ini. Ia memang sudah merencanakan untuk menyelesaikan kesalahanpahaman ini setelahnya, tapi ia tak pernah berpikir jika mereka akan bertemu di tempat ini.


Akan tetapi, sekarang adalah waktunya untuk pertarungan penjualan. Seolah memikirkan hal yang sama, Kotori menghampiri ketiganya dengan perilaku seorang penjual professional.


“Satu buah harganya 500 Yen. Apakah Anda ingin membeli tiga buah?”


“Eh? Ah, ya. Tolong.”


“Uwah, bukankah sampul depannya sangat bagus? Siapa yang menggambar ini?”


“Ngomong-ngomong karakter ini, tidakkah kalian pikir mirip dengan Itsuka-kun?”


Berkata demikian, ketigannya membeli buku dan kemudian melambaikan tangan tanda perpisahan kepada Tohka. Walaupun ketiganya suka membuat keributan, nampaknya mereka masih memiliki akal sehat. Mereka memutuskan untuk tidak membuat masalah dengan mengganggu orang lain yang sedang mengantri di belakang mereka.


Shidou menghela napas lega dan kembali berjualan.


Beberapa waktu kemudian, grup tiga orang gadis yang baru pun datang, dengan umur yang terlihat berbeda, mereka datang kedepan booth.


Yang pertama adala seorang wanita tinggi yang nampaknya berusia sekitar dua puluhan, yang lainnya adalah gadis pendek dan yang terakhir nampak seperti gadis blasteran berambut pirang.


Ketiganya berjalan menghampiri booth dan memanggil Origami begitu mereka melihatnya.


“Ah, itu dia. Ada apa ini? Tiba-tiba saja menghubungi kami.”


“-----------Kapten.”


Origami merespon balik kepada wanita bertubuh tinggi itu. Kemudian Shidou berkata “Ah”dan menepukkan tangannya. Kalau diingat-ingat, wanita itu adalah anggota dari Anti-Spirit Team dimana Origami bergabung dulu--------Dia adalah kapten dari AST. Namanya Kusakabe Ryouko. Entah mengapa layaknya Tohka, Origami juga menghubungi kenalannya. Dan kedua gadis lainnya nampaknya adalah anggota AST juga.


“Origami-san! Sudah lama ya!”


“Ah~, apa kau memotong rambutmu? Kau sungguh tegas ya~”


“Mikie, Mildred.”


Origami memanggil nama mereka dengan santai. Kemudian gadis yang dipanggil Mikie berkata “Uu” dan bertingkah seolah ia tengah mengusapi air matanya.


“Uu…………………….Karena Origami-san tiba-tiba saja keluar, rasa kesepianku terus berlanjut setiap hari. Kumohon kembalilah…………..”


“Itu benar~. Kenapa tiba-tiba saja kau berhenti~?”


“Tidak ada pilihan lain. Aku memiliki alasanku sendiri, aku tidak akan kembali ke AST.”


“Begitukah…………….Sungguh mengecewakan--------Auw!”


Kemudian, Ryouko menjitak kepala Mikie sedikit.


“……………..Ya ampun, kalian ini, kenapa kalian harus membicarakan soal AST di tempat seperti ini sih?”


“Ah…………….! M-Maafkan aku, ini salahku………..”


“Tidak apa-apa. Di tempat seperti ini, perkataan seperti itu akan segera terlupakan.”


Origami mengatakan itu dengan nada santai. Sebaliknya, Mikie menatap Origami dengan ekspresi heran.


“……………..Ngomong-ngomonbg Origami-san, atmosfir mu jadi agak berbeda…………..”


Kemudian Origami mengaitkan tangannya dengan tangan Shidou.


“Karena dia.”


“Apa……….!?”


“Kyaa~! Eh, jadi itu alasannya~?”


Begitu mendengar jawaban Origami, Mikie menunjukkan ekspresi luar biasa terkejut sementara pipi Mildred mulai memerah. Akan tetapi, Ryouko menjitak kepala Mikie dan Mildred menggunakan kedua tangannya untuk menghentikan mereka berdua.


“Hey, jangan berisik. -------Karena kita sudah terlanjur datang kemari, kami akan membeli beberapa buku. Kalau begitu, bisa kami beli tiga buah?”


“Baiklah.”


Origami mengambil uang itu dan memberikan mereka tiga buah buku. Setelah itu, Ryouko mulai memperhatikan Tohka dan para roh lainnya dengan wajah ragu.


“……………….Hey, Origami. Para gadis itu, kurasa aku pernah melihat mereka sebelumnya……….”


“Itu hanya imajinasi saja.”


“Begitukah? Tapi………….”


“Imajinasimu.”


“Tidak, tapi-“


“Terimakasih banyak.”


“………………..”


Origami membantahnya dengan nada tegas, Ryouko menghela napas tanda menyerah. Kemudian, ia mengajak Mikie dan Mildred pergi meninggalkan tempat itu bersamanya. Sembari berlalu, Mikie berkata “A-Aku tidak akan kalah!” dan menunjuk ke arah Shidou. Sementara itu, Shidou tidak tahu bagaimana harus bereaksi.


Akan tetapi---------Masih terdapat satu hal yang Shidou masih belum mengerti. Begitu melihat jumlah orang yang mengantri di depan circle <Ratatoskr>, itu jelas bukan hanya karena mereka berbuat curang saja.


Seolah menebak apa yang Shidou pikirkan, Nakatsugawa, yang tengah merpihkan kardus-kardus berkata.


“Itu bukan hal yang aneh. Memang benar jika booth kita tidak tercetak di katalog. Akan tetapi, di sisi lain, kita adalah [Circle Misterius] yang mendadak muncul. Begitu mengetahui keberadaan kita, bukankah akan ada banyak orang yang merasa tertarik?”


“B-Benar juga sih, tapi bukankah yang paling penting adalah membuat keberadaan kita diketahui oleh semua orang?”


Ketika Shidou bertanya demikian, Nakatsugawa mengangkat kazca matanya.


“Apa kau sudah lupa, Shidou-kun? Tempat kita tepat berada di sebelah circle yang paling populer <Honjou-Dou>.”


“Ah---“


Mata Shidou terbelalak. Mungkin itulah alasannya. Tidaklah aneh jika semua orang yang tadinya bermaksud membeli buku milik Nia akan merasa tertarik oleh misterius booth yang berada teapt disebelah circle Nia.


Kemudian---


“------------Di sini ya? Circle yang tidak tercetak di katalog?”


“Tapi, kenapa mereka mendadak jadi wall booth?”


“Aah……………Ngomong-ngomong bukankah si penaksir, MUNECHIKA bersama mereka?”


“Benarkah!? Circle manapun yang bisa membuat dia tertarik akan mendapatkan popularitasnya meningkat dengan tajam. Penulis manapun yang ia rekomendasikan juga pasti akan sukses besar dalam hal penjualan dan akan dipuja-puja, yang itukah!?”


“Apa kau bilang!? Sang pemenang dari Moe Anime, sang pemenang yang telah menang 7 kali berturut-turut, MUNECHIKA!?”


“Sang pemimpin dari dari grup ternama Super Galaxy, MUNECHIKA telah kembali!?”


“…………………………”


Pembicaraan seperti itu terus terdengar diseluruh Hall.


Shidou diam-diam menatap Nakatsugawa, ekspresi wajahnya nampak agak terganggu.


“Saat ini aku hanya sekedar pegawai biasa saja.”


“H-Haa.”


Shidou mendapat firasat jika ia tidak boleh bertanya lebih jauh lagi.


Dengan demikian, akhirnya pertarungan merekapun dimulai. Antrian panjang di depan booth milik Shidou nampaknya menarik lebih banyak orang untuk datang lagi. Setelah mereka selesai membeli buku yang mereka inginkan, para partisipan biasa ini pun mulai mengantri di depan booth Shidou dan Nia dari segala arah.


Begitu melihat pemandangan itu, Kotori, yang baru saja menerima stok buku tambahan dari Kawagoe, berteriak kepada semua orang.


“Baiklah…………..Ayo lanjutkan. Ada tiga orang di circle milik Nia. Rencananya adalah dua orang untuk mengatur antrian, dan orang yang terakhir mengurus stok nya. Dan untuk kita, kita memiliki 12 orang di booth kita termasuk Kawagoe dan yang lainnya. Berdasarkan staff yang kita miliki, kita berada jauh di depan dalam hal buku yang bisa kita jual di saat yang bersamaan!”


Mendengar perkataan Kotori, para roh pun mulai saling berteriak satu sama lainnya sembari terus menjual buku mereka. Jumlah kardus yang tertumpuk di belakang pun mulai menurun satu per satu.


Kemudian, circle <Ratatoskr> mulai mengejar perbedaan besar diantara mereka dengan <Honjou-Dou> dalam waktu yang singkat. Jumlah stok milik mereka yang tersisa pun hampir menyamai jumlah milik Nia.

Kotori melipat tangannya dan menatap circle yang berada di sebelah mereka.


“Fufun, bagaimana, Nia? Kami hampir mengejarmu. Karena jumlah kasir kami jauh lebih banyak daripada milikmu, kami lebih unggul dalam hal kecepatan. Atau mungkin kau menganggap ini sebagai suatu permainan yang curang?”


Setelah berkata demikian, Kotori menggerakkan bibirnya dengan gaya provokator. Rekan-rekannya, yaitu para roh, juga nampaknya tidak tertarik untuk ikut berkomentar……….Lagipula, pendapat Nia pada awal pertandingan mengenai kemungkinan bahwa buku mereka akan berakhir sebagai kertas bekas nampaknya telah berbalik kepada dirinya sendiri.


Akan tetapi Nia, seteah diprovokasi oleh Kotori, hanya menjawab dengan nada santai.


“Ng---------? Tidak, aku tidak bilang begitu. Bahkan sesuatu yang digambar dengan indah jugan akan menjadi sia-sia jika tidak bisa terjual dengan baik…………Yaah, memang benar jika aku tidak terpikir kalau kalian bisa sampai sejauh ini.”


Nia menepukkan tangannya.


“Tapi……………Tidakkah kau pikir jika masih terlalu cepat untuk merasa terlalu percaya diri seperti itu?”


“……………..Apa katamu?”


Mendengar perkataan Nia, Kotori mengernyitkan alisnya.


Setelah sepuluh menit kemudian, sesuatu mulai berubah.


Antrian yang berada di depan circle <Ratatoskr> mulai menurun jumlahnya. Sementara waktu, antrian di depan <Honjou-Dou> yang berada di arah berlawanan masih tetap tak berkurang jumlahnya.


“I-Ini……………Apa yang terjadi?”


“Meskipun kau bertanya padaku, bukankah barusan kau hampir mengubah kedudukan kita?”


Nia menjawab pertanyaan Kotori yang terdengar kesal.


“Salesgirl yang manis dan pembeli bohongan dalam jumlah besar, lalu berbagai macam pernak-pernik digunakan untuk menargetkan jenis sasaran kalian. Memang benar jika cara seperti ini mungkin akan efektif untuk menarik banyak orang, tetapi pada akhirnya semua itu berakhir dengan sia-sia. Nampaknya menjual 5000 kopi itu memanglah hal yang mustahil. ----------Walaupun barusan aku mengatakan jika buku bagus yang digambar dengan baik akan menjadi sia-sia saja jika tidak bisa terjual dengan baik, pada akihrnya, yang para partisipan inginkan adalah [Buku yang Menarik]. Meskipun saat ini aku tidak memiliki banyak persiapan, hingga saat ini aku telah datang kesini selama beberapa tahun. Tidak seperti kalian para amatiran yang tidak tahu harus menggambar apa, kalian tidak berpikir jika semua perbedaan itu akan langsung terlupakan hanya dalam satu hari, kan?”


“Kuh……………!”


Kotori menjawab dengan kesal.


Akan tetapi, apa yang Nia katakan memang benar. Hingga saat ini, Shidou dan yang lainnya hanya bergantung kepada senjata rahasia mereka dan entah bagaimana berhasil menyusul <Honjou-Dou>.


Sementara itu, para partisipan yang tadinya mengantri di depan circle <Ratatoskr> telah selesai membeli buku mereka. Tidak ada seorang pun yang datang lagi. Tapi masih terdapat 4 kardus lagi yang tersisa. Dengan hitungan sederhana, masih terdapat lebih dari 200 volume yang tersisa.


“S-Shido………………Tidak ada orang yang datang lagi.”


“…………………..A-Apa yang harus kita lakukan?”


Para salesgirl Tohka dan Natsumi bertanya dengan nada panik. Shidou berusaha keras untuk memikirkan sesuatu.


“Sesuatu……………Tidak adakah sesuatu yang bisa kita lakukan………...!? Kalau ini terus berlanjut………….!”


Akan tetapi, tidak ada satupun cara efektif yang muncul di benak Shidou.


Sementara itu, antrian di depan <Honjou-Dou> terus menarik lebih banyak orang untuk datang membeli buku mereka tanpa adanya gangguan. Segera, satu lagi dari total 4 kardus yang tersisa di tempat mereka telah kosong.


“Kuh……………….Apa yang harus kita lakukan………!?”


Kalu begini, Nia akan selesai menjual bukunya lebih cepat. Dengan kata lain-----------Shidou dan yang lainnya akan kehilangan kesempatan untuk menyegel kekuatan Nia.


Akan tetapi, tidak perduli seberapa pentingnya itu, bukanlah ide bagus untuk terus terjebak dalam pemikiran seperti itu. Ia hanya bisa menatap para partisipan yang berlalu lalang sambil menaruh tagannya di atas meja.


----------------Akan tetapi, sesaat kemudian.


Seseorang menggenggam tangan Shidou dengan lembut, yang saat itu tengah tenggelam dalam keputusasaan.


“Eh……………?”


Kemudian, Shidou pun menatap ke arah sang pemilik tangan tersebut, ----------Miku, ia tengah tersenyum.


“Ufufu, menyerah seperti ini tidak seperti darling, kau tahu~? Pertarungannya masih belum selesai saat ini. Malahan, ini baru saja dimulai.”


“Miku………….?”


Begitu mendengar perkataan Miku, sebuah pertanyaan muncul di dalam benak Shidou. ------Dari cara bicaranya dan ekspresi wajahnya, Miku tidak hanya mencoba menghibur Shidou dengan perkataan kosong belaka.


Miku mengangguk sedikit dan menatap Nia.


“Kalau begitu Nia-san, inilah pertarungannya.”


Berkata demikian, Miku menunjukkan jarinya kepada Nia.


Melihat aksi tersebut, wajah Nia nampak kebingungan.


“……………….? Meskipun aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan, tapi bukankah akan sulit untuk mengejar perbedaan sebesar ini kalau dari sekarang?”


“Ufufu, aku penasaran soal itu~. -----------Hey Nia-san. Kelihatannya kau telah ditawan oleh DEM dalam waktu yang lama, tapi apakah kau tahu soal SNS~?”


“Aah, itu adalah Social Networking Service kan? Tentu saja, aku tahu. Aku bukanlah pemilik dari Angel serba tahu tanpa alasan”


“……………………..Tapi kau tidak mengetahui tentang diriku, kan~? Bukankah kau sama sekali tidak tertarik untuk mencari tahu tentang diriku~? Begitukah~?”


“……………….Tidak, maaf.”


Miku terdengar seolah ia ingin protes kepada Nia, tapi ia menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan pemikirannya.


“Ngomong-ngomong! Saat ini SNS telah digunakan oleh lebih dari setengah penduduk Negara ini. -------Terlebih lagi, kalau melihat golongan usia semua orang yang ada di dalam Hall ini, tidakkah kau pikir jika ada lebih banyak orang yang termasuk kedalam persentasi itu~?”


“…………………! Miku, jangan bilang kalau-----------“


Kotori ikut angkat bicara seolah menyadari sesuatu. Dengan segera, iapun mengambil sebuah Smartphone dari dalam kantungnya dan mulai mengoperasikan layarnya karena beberapa alasan.


Beberapa detik kemudian, Kotori terperanjat.


“H-Hey, Kotori. Apa yang terjadi?”


“Ini—“


Kotori menunjukkan layar Smartphone-nya kepada Shidou untuk menjawab pertanyaannya. Tohka, Yoshino dan Origami, yang berada di dekatnya, juga ikut melihat layarnya bersamaan.


Apa yang tertera adalah halaman SNS, tapi………………Terdapat icon Miku disana beserta sebuah komentar tertera di bawahnya.


“Izayoi Miku: Aku membantu circle milik teman-temanku di Comico, silahkan datang~! Lokasinya di Timur A-20.5 di circle <Ratatoskr>, aku akan menyerahkan bukunya dengan tanganku langsung dan------Foto bersama juga OK~!”


“Apa…………………!? M-Miku?”


Mata Shidou langsung terbelalak, Mikupun tersenyum lebar, keudian *Tuk!* Miku menyentuh dada Shidou dengan jari telunjuknya.


“Melihat darling dan yang lainnya bekerja begitu keras, aku tidak bisa hanya berdiam diri tanpa bekerja keras juga. Karena aku juga sama seperti Natsumi-san, aku juga ingin bisa berguna bagi semuanya.”


“Miku……………”


Saat itu Miku merundukkan pandangannya dan kemudian *Bang!* ia mengalihkan wajahnya menghadap Nia.


“Memang benar jika kami tidaklah sebanding denganmu jika menggunakan cara adil. Itulah sebabnya kami akan membuat jalan pintas dari jalan pintas yang ada untuk mengalahkanmu dengan telak!”


Menunjukkan jarinya dengan gaya provokasi, Miku melanjutkan.


“Lalu, biarkan aku menunjukkan padamu Nia-san. Kekuatan dari wanita yang tidak kau ketahui. Dan pastikan untuk mengukirnya di dalam benakmu. Namaku-----------Izayoi Miku!”


Kemudian iapun membentangkan tangannya seolah tengah memainkan sebuah opera.


Siapa sangka bahwa bersamaan dengan aksi tersebut------------Saat itu juga, dari pintu masuk Hall, terdapat banyak sekali suara langkah kaki yang mulai bergema, itu sama seperti pada saat upacara pembukaan dimulai tadi.


“--------Saatnya pertunjukkan!”


Miku mengangkat tangannya dan menjentikkan jemarinya.


Kemudian, sekelompok orang dalam jumlah besar memasuki Hall dan berlari secara bersamaan menuju kedepan circle <Ratatoskr>.


“Wah! Bukankah itu adalah Miku-tan yang asli!?”


“Serius nih, yang asli!? Kenapa bisa di tempat seperti ini…………!”


“Ah, kudengar katanya kau akan memberikan bukunya dengan tanganmu sendiri, apakah itu benar……………?”


Seorang remaja pria bertanya dengan malu-malu. Miku terperanjat untuk sesaat saat ketika melihat kemunculan seorang lelaki, tapi kemudian ia pun mulai tersenyum dengan segera.


“Ya, itu benar~. Semuanya, terimakasih banyak atas dukungan kalian!”


“Uwooooooooooooooooh!”


Mendengar perkataan Miku, semua partisipan menyahut secara bersamaan dengan gaya berteriak sampai-sampai suara gemuruh mereka dapat terdengar oleh semua yang berada di dalam Hall. Lalu, merekapun mulai mengatri di depan circle <Ratatoskr>.


“…………………..! Kaguya, Yuzuru! Tolong atur antriannya! Kawagoe dan yang lainnya bantu mensupply buku dan mengatasi para partisipan yang akan membayar!”


Kotori, yang sempat terdiam untuk sesaat, kembali ke mode komandannya dan mulai memerintah semua orang lagi.


“Shidou, Tohka, Yoshino, Origami dan aku akan melanjutkan menjadi kasir! Natsumi terus lanjutkan menjual dan peluk Miku untuk mencegah kondisi fisiknya kelelahan!”


“Bukankah tugasku itu sangat aneh!?”


Walaupun ada satu orang yang menyuarakan protesnya, para roh tetap kembali melanjutkan pekerjaan mereka.


Begitu melihat hal itu, Nia mengernyitkan alisnya.


“Fuun…………….Jadi dia memang bisa melakukan hal itu, ya. Gadis itu ternyata memang seorang selebriti.”


“………………..Aah. Bukankah dia sungguh luar biasa? Dia adalah idola kami yang membanggakan.”


“Jangan bilang, kalau kau menganggap ini sebagai suatu kecurangan?”


Shidou dan Kotori menatap Nia sembari berkata demikian, Nia agak kaget dan mengangguk.


“Tentu saja. Tetapi, bisakah kalian mengejar mulai dari sekarang?”


Nia menajamkan tatapan matanya dan mengangkat ujung bibirnya. Shidou mengangguk untuk meyakinkannya.


“……………….Itu sudah jelas! Kami pasti akan bisa mengalahkanmu! Itu juga demi semua orang yang telah membantuku! Dan untuk Nia juga! Itu juga demi dirimu……………..”


Lalu kemudian Nia tertawa sambil terus menjual buku miliknya dan menjawab balik Shidou.


“Yaah terimakasih untuk itu! Tapi meskipun kau berkata demikian, aku tidak akan memberimu diskon apapun~!”


“Tidak masalah! Karena kami pasti akan menang!”


“Ahahaha! Itu benar, tentu saja! Jika kau memang benar bisa menang, maka------“


Kemudian-----------


Nia yang tadinya tengah tertawa tiba-tiba saja menghentikan kalimatnya.


Untuk sesaat, pertanyaan besar muncul di dalam benak Shidou----------Kemudian iapun segera menyadari alasannya.


Di booth circle Nia. Disebelah sana, terdapat seorang wanita yang mengenakan kaca mata tebal datang menghampiri.


“T-Takajou-sensei…………”


Nia berkata dengan nada tak percaya.


Benar. Wanita itu adalah komikus yang sempat mengobrol dengan Shidou dan Kotori kemarin, Hiroki Takajou.


“Ahaha, sudah lama ya Honjou-sensei. Kudengar katanya kau akan berpartisipasi dalam pameran circle setelah sekian lama, jadi aku datang.”


“Ah, itu………………Uhm, terimakasih…………”


Barusan, ekspresi wajah Nia mendadak berubah dari sebelumnya.


“Tolong maafkan aku karena seenaknya saja datang. Maaf jika aku hanya mengganggumu saja. Tapi……..Bisakah aku menanyakan padamu sesuatu?”


Takajou menatap ke arah Nia melalui lensa kaca matanya. Nia dengan gugup segera mengalihkan pandangannya.


“………………….Apakah aku telah melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu tanpa kusadari? Kalau memang begitu alasannya, maka tolong maafkanlah aku.”


Setelah berkata demikian, Takajou membungkukkan badannya dan menundukkan kepalanya kepada Nia. Setelah itu, Nia nampak kebingungan dan mengalihkan pandangannya lagi.


“H-Hal seperti itu……………Tidak pernah ada!”


Nia menjawab dengan nada tegas yang agak gemetar.


Itu terdengar agak berbeda dengan nada suara acuh tak acuh dari Nia yang biasanya.


“Begitukah?”


Mata Takajou terbelalak. Akan tetapi, Nia menjawabnya dengan ekspresi wajah yang rumit.


Keheningan terus berlanjut sejenak. Takajou memutuskan jika tidaklah baik untuk terus berdiam diri di depan booth Nia lebih lama lagi. Iapun menghela napas dan membali satu buah buku kemudian menunduk kepada Nia sekali lagi.


“Meskipun kau membenciku………………Aku……….Aku akan terus menikmati buku-buku dari Honjou-sensei.”


“Ah…………….”


Nampaknya Nia ingin mengatakan sesuatu kepada Takajou, tapi pada akhirnya untuk beberapa alasan ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Nia hanya bisa menunduk balik kepada Takajou.


“………………..”


Begitu melihat pemandangan itu, Shidou mengingat kembali jika ada satu hal yang terasa janggal dari pembicaraan dengan Takajou kemarin, tapi sekarang ia sangat yakin apa alasannya.


“Nia.”


“………………….! Aah, bocah. Kelihatannya aku telah memperlihatkanmu sesuatu yang memalukan. Tapi pertandingannya—“


“Kau……………..Mengenai orang itu, kau menyukainya, kan?”


“Hah!?”


Begitu mendengar perkataan Shidou, mata Nia terbelalak karena terkejut.


“A-Apa yang kau katakan, bocah? Aku tidak punya hobi seperti itu—“


“Tidak, bukan itu yang kumaksud. Orang itu…………Bagaimana menjelaskannya ya, sebagai seorang teman?”


Benar. Shidou mengingatjika itu adalah sensasi yang sama dengan yang ia rasakan kemarin.


Karena Nia memiliki kekuatan <Raziel>, iapun menjadi takut akan manusia. Itulah sebabnya Nia mengatakan jika ia hanya mempercayai 2D yang tidak akan pernah mengkhianati dirinya. Dan pada akhirnya menyebabkan Nia menjadi seorang komikus.


Akan tetapi, ada satu hal yang membuat keputusasaan Nia menjadi berbeda dengan keputusasaan dari para roh lainnya.


Sementara Nia mencoba utuk tetap bertahan di dalam masyarakat, ia tetap menjaga kemampuan berkomunikasi yang dasar dengannya.


Mungkin, itulah yang membuatnya terasa janggal.


Kotori menyangka jika Nia mungkin menggunakan kekuatan <Raziel> untuk mencari tahu tentang Takajou dan setelah mengetahui sifatnya yang sebenarnya, Nia mulai menjaga jaraknya dengan Takajou.


Akan tetapi, Shidou malah berpikirsebaliknya. Jika itu Nia, meskipun ia mengetahui sifat asli dari teman-temannya, ia akan terus melanjutkan pertemanan yang hampa di luar dan hanya mengikuti arus-------Dan.


Sembari memikirkan hal itu, satu kemungkinan muncul di benak Shidou.


“Nia, kau……………Mungkin, kau takut?”


“Huh? A-Apa yang—“


“Jika kau menjadi akrab dengannya seperti itu, maka suatu hari kau akan dikalahkan oleh rasa penasaranmu sendiri dan menggunakan <Raziel>----------Tapi kau tidak ingin dikecewakan oleh seorang teman yang akhirnya kau dapatkan, jadi kau memutuskan untuk menjaga jarak dengannya, kan?”


Nia terdiam untuk sesaat begitu mendengar perkataan Shidou, iapun berbalik dan kembali melanjutkan menjual buku miliknya.


“Haa, aku sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya bocah katakan! Ah, itu 500 Yen.”


“Lalu apa-apaan itu barusan! Jika itu kau, biasanya kau akan bisa terus berinteraksi bahkan dengan orang yang kau tidak sukai!? -----------Terimakasih banyak!”


Baik Nia dan Shidou melayani para pelanggan sambil saling menatap sesekali…………Entah bagaimana pemandangan itu berubah menjadi pertengkaran yang aneh.


“Kau berisik sekali! Fokus saja dengan menjual! ---------Ujung dari antrian ada di sebelah sana!”


“Maaf saja, tapi aku tidak bisa! Alasan mengapa aku ingin menang adalah karena aku ingin menyelamatkanmu! Itu akan menjadi sia-sia saja jika aku mebiarkan masalah ini terus berlanjut! -----Ya, silahkan ambil bukunya disebelah sana!”


Menjawab perkataan Shidou, Nia berteriak dengan kesal “Guuuuuuuuuuuuh…………!”


Dan lalu karena Nia tidak bisa berhenti melayani para partisipan, Nia pun berteriak seolah sudah tidak tahan lagi.


“Kau memang benar, lalu apa salahnya dengan merasa takut! Aku juga ingin bisa punya teman! Tapi aku pun tidak berdaya! Memangnya kau pikir seseorang yang memiliki kamera observasi super efisien yang bisa mengawasi setiap orang disepanjang waktu bisa memiliki teman!? -------Harganya 1000 Yen!”


Nia berkata demikian dengan eskpresi muram.


Begitu mendengar hal tersebut, Shidou dapat merasakan kesepian di dalam hati Nia.


Nia takut jika ia akan dikalahkan oleh rasa penasarannya sendiri dan berakhir dengan mencari tahu mengenai semua temannya……………..Ia juga merasa bersalah karena ia dapat mencari tahu mengenai apapun yang berhubungan dengan teman-temannya sesuka hatinya.


Memiliki kekuatan luar biasa yang mirip seperti Dewa telah menjadi sebab dari kesengsaaannya. Iapun mengisolasi dirinya sendiri, karena tidak ada seorangpun yang sama seperti dirinya. Itu adalah sesuatu yang tak dapat dimengerti oleh siapapun yang tidak memiliki kekuatan roh.


Akan tetapi-------------Shidou berteriak denagn nada perduli.


“Itu…………..Bagaimana kau bisa tahu sebelum kau mencobanya!”


“Ha! Itu lebih mudah untuk dikatakan daripada dilakukan! Biarkan aku bertanya balik padamu bocah. Jika kau mengenal seseorang yang dapat terus mengawasimu kapanpun tidak perduli apakah kau sedang berada di dalam toilet ataupun sedang mandi, dan juga bisa mencari tahu tentang masa lalumu dengan mudahnya, apa kau pikir kau bisa berteman dengan orang semacam itu dengan tulus!?”


Nia berteriak kembali dengan kesalnya.


Akan tetapi, Shidou terdiam sejenak, kemudian iapun tertawa terbahak-bahak.


“Haha………………………Hahahahahahahahahahahaha!”


“A-Apa yang kau tertawakan!?”


Nia bertanya dengan bingung. Shidou pun menghela napas dan mengusap rambutnya.


“------------Maaf, tapi aku sudah terbiasa berurusan dengan orang semacam itu! Aah………….Sekarang aku mengerti. Kau dan aku sungguh mirip! Privasi!? Apanya yang bagus dengan hal itu!? Atau malahan, dirimu yang terus mengkhawatirkan hal semacam itu justru terlihat seperti seorang malaikat di mataku!”


“H-Hah!?”


Nia mengernyitkan alisnya karena ia tidak mengerti sama sekali apa yang Shidou maksud dengan itu.


Begitu melihat ekspresi Nia, Shidou pun kembali berkata.


“Jika kau memang ingin mencari tahu, silahkan saja! Jika kau ingin mencari tahu mengenai diriku, maka lakukanlah sesukamu! Tapi tetap saja! Aku tidak akan membencimu!”


“……………………!”


Shidou terus berteriak, sementara Nia kesulitan untuk menimpalinya.


Beberapa saat kemudian, Nia menggemeretakkan giginya karena frustasi dan menimpali Shidou.


“Huuuuuuuuuuh!? Apa yang kau katakan!? Tidakkah kau pikir justru malah aku yang akan membencimu jika aku mencaritahu mengenai dirimu?”


Waktu terus berjalan sementara mereka terus bertengkar satu sama lainnya. Antrian di depan circle <Ratatoskr> dan <Honjou-Dou> tidak berkurang sedikitpun. Mereka harus terus menjuual buku milik mereka.


Walaupun <Honjou-Dou> memiliki keunggulan dalam hal jumlah buku yang tersisa, yang hanya tersisa 500 buah lagi. <Ratatoskr> memiliki keunggulan dalam hal kecepatan kasir mereka, karena mereka memiliki lebih banyak orang.


Sebagian orang menjual bukunya, sebagian lagi mengatur antriannya, dan ada seseorang yang mendapat pelukan dari seorang idola yang kelelahan karena menyerahkan buku-bukunya. Iapun meneriakkan protesnya dan air matanya mulai berlinangan.


Di tengah-tengah keantusiasan, semua orang telah melaksanakan tugas mereka.


Kemudian---------


“---------------Terimakasih banyak!”


Shidou dan Nia, yang akhirnya menjual buku terakhir mereka, meneriakkan kalimat itu disaat bersamaan. Suara merekapun bergema di dalam Hall.


“………………….!”


“……………………….!?”


“Haa, Haa” Shidou bernapas secara tersengal-sengal selagi berbalik kepada Nia. Dan Nia juga berbalik kepada Shidou di saat yang bersamaan.


Baik kedua belah pihak nampak sangat kelelahan, melihat keringat terus mengalir di atas dahi mereka walau saat ini adalah pertengahan musim dingin. Kaca mata Nia mulai berkabut sedikit.


Kemudian, setelah keduanya mengatur napas mereka, suara mereka bergema di saat yang sama dari <Ratatoskr> dan <Honjou-Dou>.


“<Ratatoskr>, terjual habis!”


“<Honjou-Dou>, terjual habis!”


Benar.


Buku dari kedua circle yang berlokasi saling bersebelahan satu sama lainnya telah terjual habis di saat yang bersamaan.


Begitu mendengar pengumuman tersebut, para partisipan yang masih mengantri menyuarakan kekecewaan mereka dan bubar di saat yang sama. Akan tetapi tidak ada gunanya menyuarakan kekecewaan dan protes mereka sama sekali.Tidak ada gunanya lagi bagi mereka untuk terus mengantri di tempat ini. Dengan begitu, orang-orang itupun memutuskan untuk pergi mencari buku lain saja.


Melihat mereka semua, Shidou dan Nia menghela napas lebar selagi duduk di kursi, terdengar suara keras dari pipa penyangga kursi saling berbenturan.


“…………………..Yaah, nampaknya kita seri.”


Kotori menajamkan ekspresinya sedikit dan berbalik kepada Nia.


“…………………….”


Beberapa detik kemudian, Nia, yang tengah merebahkan tubuhnya di atas kursi, menatap ke arah langit-langit. Ia pun melepaskan kaca matanya dan mengelap keringatnya menggunakan lengan bajunya.


Kemudian, ia berbalik kepada Shidou dan melepaskan tangannya. Iapun meraih buku doujin yang tadi ia tukar dengan Shidou. Setelah menemukannya tepat di bawah mejanya, iapun mengambilnya.


“…………………….Baiklah, sebagai hadiah karena sudah berhasil sampai sejauh ini………----------Aku akan membacanya.”


“…………………………!”


Begitu mendengar perkataan Nia, Shidou dan yang lainnya dari <Ratatoskr> saling menatap satu sama lain dan meneriakkan kegembiraan mereka.

Kira-kira satu jam setelah doujin habis terjual.

Shidou dan yang lainnya telah selesai membereskan booth milik circle mereka. Para roh pun telah mengganti pakaian mereka, lalu pergi ke pojokan tempat parkir umum di belakang Tenguu Square.

Karena mereka akan membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan roh, mereka pikir akan lebih baik jika mereka melakukannya di tempat dimana tidak ada seorang pun staff dari <Honjou-Dou> berada, jadi mereka memutuskan untuk meninggalkan acara itu lebih awal dari biasanya.

Ngomong-ngomong, Nia telah menyuruh para pegawai nya untuk membelikan beberapa doujin yang ia inginkan dengan menggunakan uang dalam jumlah tak terbayangkan. Itu benar, bagi seorang pecinta komik seperti Nia untuk tidak pergi dan membeli doujin orang lain rasanya nampak aneh, tapi kelihatannya Nia sudah mempersiapkan segalanya.

Nia menjelaskan, sejujurnya, ia ingin membeli semua doujin itu secara langsung, tapi ia tidak bisa mempercayakan booth nya kepada orang lain, jadi ia agak ragu dengan keputusan tersebut.

“---------------Jadi, bisakah aku mulai membacanya?”

Setelah berkata demikian, Nia duduk di atas kursi di tempat parkir sambil memegangi doujin buatan Shidou dan yang lainnya di tangannya.

Walaupun pertandingannya berakhir dengan seri dan mereka berhasil membuat Nia membaca bukunya, masalah utamanya dimulai dari sini. Jika Shidou, tokoh utama dari buku ini, tidak bisa membuat Nia merasa puas, maka Shidou tidak akan bisa menyegel kekuatan Nia.

“……………………”

Spontan saja, Shidou dan para roh yang lain juga ikut duduk di atas kursi dan menatap Nia. Nia menatap balik ke arah mereka.

“……………………Sulit bagiku untuk membacanya kalau kalian menatapku seperti ini.”

“A-Aah……………..Maaf.”

Shidou menggaruk pipinya dan mengalihkan pandangannya dari Nia dengan sengaja. Para roh juga berbalik dari Nia seolah mengikuti contoh dari Shidou.

Nia menghela napas dan menatap dengan tajam mereka semua.

“Ngomong-ngomong, akan kukatakan lagi, aku hanya setuju untuk membaca buku ini, benar? Tapi setelahnya lain cerita! Jadi jangan berharap lebih, OK?”

“……………….Aah, aku mengerti.”

Shidou menjawab dengan ekspresi tegang, kemudian Nia meregangkan bahunya sedikit dan melambaikan tangannya seolah meminta Shidou dan yang lainnya untuk berbalik.

“Kalau begitu, tolong pergi ke sebelah sana sebentar. Karena ketika kau sedang membaca komik, kau tidak ingin merasa terganggu, dan itu harus membuatmu merasa bebas.”

“O-Ooh…………….”

Walau Shidou tak mengerti bagian akhir dari kalimat Nia, intinya Nia ingin ditinggal sendirian. Shidou mengajak para roh pergi bersamanya ke tempat yang agak jauh dari Nia.

“Haa…………..Ampun deh.”

Karena Nia sudah ditinggal sendiri di kursinya, iapun menghela napas.

“……………………Si bocah itu, dia benar-benar mengatakan segalanya semaunya saja.”

Kemudian, iapun teringat kembali apa yang terjadi di dalam Hall tadi, Nia pun mengerutkan wajahnya karena kesal.

Akan tetapi------Nia mengetahui dengan pasti apa yang membuatnya merasa kesal.

Kenyataannya……………..Dia memang benar.

“……………………Karena kalian sudah omong besar, tidak akan kumaafkan kalau bukunya ternyata jelek.”

Nia mengedipkan matanya beberapa kali seolah mencoba menjernihkan pemikirannya. Setelah membetulkan posisi kaca matanya, iapun menatap ke arah buku yang ada di genggamannya.

Pada sampul depannya, terdapat seorang karakter yang tercetak di atasnya yang terlihat mirip dengan Shidou. Itu adalah gambar yang sama dengan Nia lihat ketika buku itu diberikan kepadanya beberapa jam yang lalu. Walaupun garis yang tergambar agak kurang rapih, tapi artwork nya jelas melampaui batas kemampuan amatir. Apa itu artinya mereka mempekerjakan seorang komikus pro?

“Fuun. Yaah………………….Walau begitu, yang terpenting adalah isinya.”

Nia bergumam dan membuka sampul depannya, kemudian mulai membaca komiknya.
Gambarnya………….Yaah, terbilang lumayan bagus untuk ukuran doujin. Meskipun gaya gambarnya terlihat berbeda dari halaman satu ke halaman lainnya, entah mengapa itu sama sekali tidak mengganggunya sampai-sampai ia bisa merasa kesal akan hal itu sementara terus membacanya.

Kisahnya dimulai dari seorang remaja lelaki, Itsuka Shidou yang pada sutu waktu berjumpa dengan seorang roh gadis.

Sebuah kisah mengenai seorang remaja lelaki yang berjumpa dengan seorang gadis yang selalu ditolak oleh para manusia karena kekuatan luar biasa yang ia miliki.

Setelah itu, iapun bertemu dengan lebih banyak roh lagi, dan para roh itupun membuka hati mereka kepada lelaki itu karena niatnya yang tulus.

“………………..Begitu.”

Beberapa menit kemudian…………

Nia mengerang dan menggaruk pipinya selagi ia selesai membaca buku tersebut.
Kesimpulannya dapat dikatakan--------Buku buatan Shidou dan yang lainnya telah melampaui perkiraan Nia.

Setidaknya, tak kan ada seorangpun yang akan mempercayai jika buku ini dibuat oleh sekelompok amatiran hanya dalam waktu dua hari saja.

Akan tetapi…………………….Di sisi lain, hanya itu saja.

Memang benar jika kualitas buku ini lumayan bagus. Tetapi, akankah Nia dapat mencintai sang tokoh utama Itsuka Shidou ini atau tidak adalah lain cerita.

Terlebih lagi, jumlah halamannya tidak cukup. Karena mereka tidak memiliki banyak waktu, mereka tak dapat menunjukkan pesona dari sang tokoh utama dengan baik.

Dan yang lebih penting lagi, sang tokoh utama Itsuka Shidou ini tak nampak realistik sama sekali.

Supaya bisa membuat Nia jatuh hati padanya, tentu saja mereka akan melakukannya, tapi Shidou ditampilkan sebagai seorang pahlawan secara terlalu berlebihan. Walaupun Nia menyukai karakter ini, ia akan merasa kecewa dengan celah perbedaan yang dimiliki oleh Shidou asli.

“Sayang sekali………………Bocah. Meskipun kelihatannya kau sudah berusaha keras, tapi kau tidak bisa membuatku jatuh cinta padamu hanya dengan ini saja.”

Nia menghela napas selagi berkata demikian, kemudian iapun menutup bukunya.

Akan tetapi, masih ada satu hal lagi yang masih mengganjal di pikiran Nia. Kemudian Nia pun melihat kesekelilingnya, setelah ia yakin bahwa tak ada seorangpun disekitarnya, iapun mengangkat tangan kirinya ke atas udara untuk memanggil <Raziel>.

Kemudian, Nia memikirkan sesuatu di dalam benaknya sambil menyentuh sampul depan buku tersebut.

--------------Supaya bisa melihat pemandangan ketika Shidou dan yang lainnya menggambar komik ini.

Benar. Walaupun isinya tidak bisa mendapatkan pengakuan dari Nia, sebagai seorang komikus ia merasa tertarik untuk mengetahui cara yang mereka gunakan untuk membuat buku dengan kualitas seperti ini hanya dalam waktu singkat.

Halaman <Raziel> mulai bercahaya. Setelah Nia mengkonfirmasinya, iapun menyentuh halamannya secara perlahan.

Pada saat itu---------Informasi mengenai proses pembuatan buku ini mengalir di dalam benak Nia.

“……………..Begitu. Setelah mereka memutuskan ceritanya, merekapun saling membagi tugas dengan gadis bernama Natsumi itu sebagai penggambar utamanya……………Tapi kurasa cara seperti itu tidak akan berguna bagiku. Mustahil aku bisa mendapatkan bantuan digital seperti itu. Seperti yang sudah diduga dari <Ratatoskr>, mereka sungguh berani.”

Kemudian------------Setelah itu, 

Nia, yang merasa puas dengan informasi dari <Raziel> yang mengalir di dalam benaknya, mengernyitkan alisnya dengan kaget.

“Aku ingin segera memberitahunya…………..Jadi si keras kepala Nia itu juga bisa memahaminya. ---------kalau persahabatan itu, adalah suatu hal yang…………….Indah.”

Itu, Nia mendengar suara Natsumi.

“…………………..Fuu.”

Nia mengerutkan wajahnya dengan rasa tidak puas setelah mendengar hal itu.

“Ya, ya……………….Terimakasih untuk itu. Tapi maaf saja, soal pendapatmu yang berharga itu, aku------“

Akan tetapi, sebelum Nia dapat menyelesaikannya.

“Eh………………?”

Alasannya sederhana. Terdapat teks baru yang tertera di atas halaman <Raziel> yang Nia sentuh.

Di saat bersamaan, gambaran baru muncul di benak Nia.

Itu adalah saat dimana Natsumi masih memiliki kekuatannya. Natsumi, yang menyimpan rasa tidak percaya terhadap manusia, mulai membuka hatinya karena merasa tersentuh oleh kebaikan Shidou dan yang lainnya.

“Ini, kan……………”

Nia bergumam.

Lalu, Nia pun dapat memahami sedikit apa yang baru saja terjadi.

<Raziel> adalah Angel yang serba tahu. Akan tetapi, pada akhirnya itu hanya bisa memberikan informasi yang Nia inin ketahui saja.

Mungkin-----------Jauh di dalam hatinya, Nia merasa penasaran.

Pengalaman semacam apa yang telah dialami oleh Natsumi hingga ia dapat mengatakan hal naif yang Nia merasa tidak tahan untuk mendengarnya.

Akan tetapi, bukan hanya itu saja. Terdapat teks baru lainnya yang muncul di atas halaman <Raziel>, kemudian informasi baru tersebut mengalir ke dalam benak Nia lagi.

Origami, Miku, Kaguya, Yuzuru, Kotori, Yoshino, kemudian----------Tohka.

Para gadis itu yang tadinya telah menutup pintu hatinya, mereka mulai berubah setelah tergerak oleh cahaya hangat dari Shidou.

Aah, benar-------Pemandangan itu tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang baru saja Nia baca dari komik itu.

“Ah………………….Ah………………..”

Benar. Di dalam buku itu, tidak ada yang didramatisasi sama sekali.

Lelaki bernama Itsuka Shidou benar-benar berusaha keras untuk menolong para gadis itu, bahkan tanpa memperdulikan kondisinya sendiri sedikitpun.

Tidak hanya satu atau dua masalah saja yang ia hadapi dalam pertemuannya dengan para roh. Kegelapan yang terdapat di dalam hati para gadis itu, masa lalu yang kelam, atau bahkan—Kekejaman, yang merupakan sifat asli mereka.

Tetapi tidak perduli seberapa banyak masalah yang muncul, Shidou tidak pernah menyerah. Bahkan ketika ia nampaknya hampir menyerah, ia akan terbangun kembali.
Sekarang, Nia telah mengerti.

Tak ada kebohongan satupun di dalam perkataan Shidou yang dikatakan kepadanya.
Tidak salah lagi jika bagi para gadis itu, Shidou memanglah seorang pahlawan.

Tes……………Tes…………..

Air terjatuh di atas halaman <Raziel> kemudian diterangi oleh cahaya dari buku tersebut.

“……………………..”

Setelah menyadari jika ia menangis, Nia menarik tangannya kembali dari atas <Raziel>.
Meninggalkan Nia sendirian, Shidou menunggu di kursi sebelah barat di tempat parkir. Ia mengayunkan kakinya karena tidak bisa merasa tenang sama sekali.

“Shidou, itu sikap yang buruk.”

“A, aah, maaf.”

Setelah Kotori mengingatkannya, Shidou menghentikan ayunan kakinya. Akan tetapi, jika dilihat baik-baik, Kotori bukanlah Kotori yang biasanya. Ia terus memutarkan stik Chupa Chups yang sedang diemutnya.

Walau, itu dapat dipahami.

Bagaimanapun, keputusan Nia tidak hanya akan menentukan apakah kekuatannya dapat disegel atau tidak, tapi itu juga akan menentukan apakah mereka akan dapat menempatkan Nia di bawah perlindungan <Ratatoskr> dan melindungi dia dari DEM.

“! Shido!”

Kemudian, mendadak saja Tohka berteriak.

Seolah telah dibawa kembali ke kenyataan oleh suara tersebut, Nia dapat terlihat berjalan perlahan menuju ke arah Shidou dan yang lainnya berkumpul tadi.

“………………! Nia---“

“Kuku……………..Jadi kau datang juga?”

“Tegang. Bagaimana hasilnya?”

Shidou dan para roh menelan ludah mereka.

Akan tetapi, Shidou mengernyitkan alisnya begitu Nia tiba dihadapan mereka.

Kedua matanya terlihat sangat merah, itu terlihat jelas melalui lensa kaca matanya.

“Nia……………….? Apa yang terjadi?”

“…………………Tidak, tidak apa~…………………”

Nia menjawab dengan nada santai, kemudian mengambil napas.

Setelah Nia menjawab demikian, Shidou tidak dapat bertanya lebih jauh lagi.

Terlebih, masih ada satu hal yang jauh lebih penting lagi yang mengganggu pikirannya saat ini.

“Lalu…………………Bagaimana itu Nia? Buku kami?”

“………………………”

Selagi Shidou bertanya, Nia tetap terdiam sesaat, iapun menatap buku yang ada di tangannya.

Kemudian “Haa”, ia menggerakkan bahunya.

“Meski, kalian membuatnya dengan bagus, tapi sesuai dugaan aku memang tidak bisa jatuh cinta padamu hanya dengan satu buku ini saja. Bukankah cara pikir kalian terlalu optimis? Maaf, tapi aku bukanlah wanita gampangan.”

“U……………………Gu…………………..”

“M-Mustahil………………”

Shidou menggemeretakkan giginya dan mengepalkan tangannya. Ia merasa jika tubuhnya kehilangan energinya. Para roh juga menunjukkan ekspresi wajah yang serupa.

----------------Tetapi,

“………………….Tapi, yaah.”

Nia mengalihkan pandangannya selagi ia melanjutkan bicara.

“Itu tidak seperti komiknya jelek secara keseluruhan sih………………Bagaimana ya? Aku bisa memberimu satu kesempatan lagi.”

“Eh………………?”

Shidou menatap Nia dengan mata terbelalak dan menjawab balik, wajah Nia merona merah karena malu.

“…………………..Begitulah, aku akan berkencan denganmu satu kali lagi. Jika bocah memang seorang pria, maka lakukanlah.”

“…………………..”

Shidou merasa jika bulu angsa menggelitiki seluruh tubuhnya. Tubuhnya terisi kembali oleh energi. Ia merasa jika ia ingin berteriak sambil berlarian.

“Shidou!”

Tohka dan yang lainnya juga sama. Mereka melompat kepada Shidou seolah ia adalah seorang penyerang yang baru saja mencetak gol.

“Kya~! Darling, kau berhasil~!”

“Itu……………..Luar biasa!”

“Tentu saja. Itu adalah hasil dari pesona nya Shidou.”

“Hahaha……………….Hentikan itu semuanya…………….Ngomong-ngomong, Miku dan Origami tolong hentikan itu. Itu, uhm? Kenapa kelihatannya kalian berusaha untuk melucuti pakaianku selagi kita berada di tengah kebingungan begini?”

“Eeh~? Nggak kok~. Benar kan~?”

“Kami tidak melakukannya. Meskipun berakhir seperti itu, itu cuma kecelakaan. Bukan salah siapapun.”

“Kya~! Kyaaaaaaaaaaaa~!?”

“H-Hey, kalian berdua……………Apa yang kalian lakukan kepada Shido!?”

Tohka berusaha untuk menghentikan Miku dan Origami. Dipicu oleh itu, para roh lainnya pun ikut bergabung. Shidou berada di tengah-tengah sedang di dorong oleh semuanya.
“…………………..Fu, haha, ahahahahaha!”

Melihat pemandangan itu, Nia tak sanggup menahan tawanya.

“Bagaimana menjelaskannya ya…………….Benar, aku iri pada kalian semua. –Hey, bocah. Mungkin, jika itu kau—“

--------------Lalu, 

Pada saat Nia mengatakan itu…………..

Keadaan [Abnormal] pun muncul.

Nia terperanjat dan tubuhnya mulai gemetaran, kemudian iapun terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya.

“Eh………………? A, A, A, Aaaaaah, aaaaaaaaaaaaaa------!?”

Ekspresinya nampak kesakitan, iapun mulai berteriak kencang.

“N-Nia……………?”

Tanpa mengetahui apa yang baru saja terjadi, Shidou berlari menuju Nia yang tiba-tiba saja kesakitan.

Sebuah kekuatan gelap mulai mengalir keluar dari tubuh Nia dan mulai menyebar ke tanah. Sesaat kemudian, alarm dari gempa ruang berdering diseluruh kota karena kekuatan luar biasa yang dapat terdeteksi.



“Apa………………..Ini—“

“Nia! Apa yang terjadi!?”

Shidou dan yang lainnya bertanya dengan panik. Kotori mendadak menekan sesuatu yang ada di telinga kananya dan mulai berbicara. -----------Entah mengapa, nampaknya ia sedang berkomunikasi dengan ruang kendali melalui intercom yang menempel di telinganya.

“…………………Apa katamu!? Apa maksudnya itu!?”

“Kotori! Apa yang terjadi? Nia……………!”

Ketika Shidou bertanya, Kotori menjawab dengan wajah pucat pasi.

“………………….Tingkat kekuatan, kategori E. ------------Nia, dia mulai inverse……………!”

Kotori meneriakkan itu dengan penuh keputusasaan.
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded